***
"Kak Ali!!" (Namakamu) berteriak pada ponsel nya karena benar-benar panik. Mengapa ia tidak turun? Tidak terbesit dipikiran (Namakamu) agar segera turun dari mobil nya dan menghampiri Ali karena orang panik tidak bisa berpikir jernih._.
'Brak'
Setelah suara keras itu berbunyi, terdengar suara jeritan Ali yang memilukan dan juga panggilan nya terputus begitu saja. Tapi sebelum panggilan terputus telinga Aldi, Iqbaal dan (Namakamu) sempat mendengar suara tawa renyah dari seorang anak kecil.
(Namakamu) memutuskan panggilan dan menatap Iqbaal dan Aldi secara bergantian seolah-olah berkata 'ini gimana?' .
Tanpa basa-basi, Iqbaal turun dari mobil nya dan diikuti oleh (Namakamu) dan Aldi. Mereka bertiga berjalan setengah berlari kerumah (Namakamu).
Sesampai nya didepan pintu Iqbaal terus menekan bel atau mengetuk pintu rumah (Namakamu). Tapi apa yang terjadi? Tidak ada sahutan sama sekali dari dalam. (Namakamu) yang berada dibelakang bersama Aldi hanya mampu terdiam dengan wajah yang khawatir.
'Clek'
Iqbaal menekan knop pintu yang ternyata tidak tidak terkunci sama sekali. Jika memang begitu, mengapa tidak dibuka daritadi? Hanya menghabiskan waktu saja berdiri didepan pintu menunggu sahutan dari dalam (-_-")
"Otak lo setengah, sih." ledek Aldi yang berada dibelakang bersama (Namakamu).
Iqbaal menoleh dan melihat bahwa pria bermata sipit itu merangkul (Namakamu) hangat, mencoba menenangkan (Namakamu) dari rasa khawatir nya yang sudah maksimal._.
Iqbaal mendengus sebal dan membuka pintu lebar-lebar. Iqbaal berjalan masuk dan ditemani (Namakamu)-Aldi dibelakang nya.
Iqbaal bisa merasakan dirumah ini benar-benar sepi. Lampu rumah ini hanya beberapa yang menyala dengan terang. Hanya ruang televisi dengan televisi yang masih menyala. Iqbaal mengangkat kepala nya keatas, melihat lantai 2 rumah ini. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ali berada dikamar nya.
(Namakamu) mengeratkan pegangan tangan nya pada Aldi karena saat ini rasa khawatir nya sudah benar-benar tidak bisa dikendalikan lagi.
"kak Ali!!" (Namakamu) berteriak karena tidak tahan dengan rasa khawatir nya sendiri. Berharap bahwa kakak nya itu membalas sahutan nya.
Iqbaal dan Aldi menoleh. Menatap gadis itu yang berlinang beberapa airmata. Aldi mengelus bahu (Namakamu) lembut. Mencoba menenangkan gadis yang tengah ketakutan ini.
"Kita cek dapur." Iqbaal melanjutkan langkah nya menuju dapur dan (Namakamu) serta Aldi hanya mengikuti nya dari belakang.
Semakin memasuki rumah ini, bulu kuduk Iqbaal makin meremang. Entah mengapa, padahal setahu Iqbaal rumah (Namakamu) tidak ada cerita mistis nya.
"Ihh.." Iqbaal bergidik jijik ketika kaki kanan nya menginjak cairan yang entah apa nama nya karena Iqbaal tidak bisa melihat nya. Yap, mereka sudah berada didapur dengan kondisi lampu yang masih mati.
"Lo nginjek apaan, sih, Baal? Kok kayak nya banyak banget." Aldi menyahut ketika ia juga merasakan bahwa kaki nya menginjak cairan yang sama dengan Iqbaal.
Iqbaal terdiam sejenak. "(Namakamu), kamar mandi lo bocor atau gimana? Kok air nya sampe tumpeh-tumpeh begini?"
"Lo jangan ketularan iklan deh, Baal." Aldi yang berada dibelakang melangkah sembari meraba-raba dinding untuk mencoba menemukan saklar lampu dapur ini.
Iqbaal menyeringai dan mundur perlahan. Mencoba mensejajarkan tubuh nya dengan (Namakamu) diruangan yang gelap ini.
"Tenang ya, (Namakamu). Gue yakin kak Ali gak kenapa-napa." Iqbaal meraih tangan (Namakamu) dan menarik nya mendekat lalu merangkul gadis ini erat. (Namakamu) mengangguk pelan walau Iqbaal tidak dapat melihat nya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO NA ME
Horror~Dum da di da Da da da dum Da da da dum Da da da dum da da di dum Da di dum dum Da da da dum Da da da dum Da da da dum la da da di da dum~ PRIVATE STORY # 40 dalam horor # 205 dalam horor # 212 dalam horor # 218 dalam horor # 273 dalam horor