Debaran ke delapan

1.4K 141 0
                                        

***

"Bapak lihat siapa yang bapak tabrak tadi?" tanya Iqbaal dengan hati-hati.

Sang supir menoleh dan menatap Iqbaal, Aldi dan (Namakamu) secara bergantian. (Namakamu) bisa melihat supir yang berusia 50 tahunan ini tengah ketakutan hebat.

"Anak kecil, mas. Pakai baju biru."

Mendengar jawaban dari pak. Agus—supir—mereka segera bertukar pandang satu sama lain. Sepertinya kini mereka memikirkan hal yang sama. Fika.

Iqbaal membenarkan posisi duduk nya dan menatap jalanan depan. Kosong dan gelap. Terlebih lagi disamping kiri dan kanan mobil adalah pepohonan. Yap, mobil ini sengaja melewati jalan pintas agar lebih cepat sampai tujuan. Iqbaal menelan air liur nya sendiri, ia mengatur nafas agar tidak pingsan saat itu juga.

"Hm, lo cek gih, Al." (Namakamu) menyikut tangan Aldi.

Aldi menoleh dan memasang wajah tak percaya nya(?) "g-gue? Iqbaal aja, tuh!"

Mendengar nama nya disebut Iqbaal menoleh dan menatap Aldi kesal. Seingat Iqbaal, Aldi sudah tahu bahwa dirinya penakut. Lalu mengapa saat ini Aldi malah menyuruh Iqbaal untuk memeriksa nya?

"Gue? Lo aja ah. G-gue sakit perut." Alibi Iqbaal memegangi perut nya dan memasang wajah kesakitan nya.

"Aduh! Hm, kaki gue sakit." Kali ini Aldi yang beralasan sembari memegangi kaki kanan nya.

"Halah alasan lo!" Iqbaal melemparkan beberapa kertas yang memang ia pegang.

Aldi mendelik tajam kearah Iqbaal, "lo juga alesan!"

"Gak. Gue emang sakit perut."

"ah, masa?"

"Iya. Percuma, sih gue jelasin sama lo. Karena mana ada alien yang ngerti bahasa Indonesia?"

"Heh maksud lo gue alien?"

"Lo nyadar? Oh, baguslah. Jadi gue gak usah jelasin lagi."

"Mana ada alien ganteng kayak gue?"

"Lo ganteng? Oh iya, Aldi lo ganteng banget." Iqbaal menujukan ekspresi kagum kelebay-lebayan nya ._.

"Nah, tuh lo ngakuin."

"Ganteng kalau ngaca nya di kuah rawon!"

'Brak'

Suara itu mengagetkan Iqbaal dan Aldi. Yap, hanya Iqbaal dan Aldi. Mereka berdua menoleh kearah suara dan melihat bahwa kursi jok (Namakamu) kosong dan ternyata gadis itu sudah keluar mobil duluan. Mungkin telinga nya panas mendengar pertengkaran kecil antara Iqbaal dan Aldi.

Iqbaal dan Aldi kini saling melempar pandang dengan wajah tegang mereka seolah-olah mengatakan, kita harus gimana?. Tanpa adanya aba-aba, mereka turun dari mobil dengan terburu-buru seolah-olah ada seorang psikopat didalam mobil yang siap menggoreskan pisau nya keleher mereka.

Setelah turun dari mobil Iqbaal dan aldi sama-sama melihat (Namakamu) yang tengah menolehkan kepala nya ke kanan dan ke kiri, dan tak berapa lama kemudian gadis itu menunduk seperti melihat kebawah mobil. Iqbaal bergidik ngeri dan memperhatikan sekitar. Malam hari ditambah dengan suara hewan malam membuat suasana disini semakin mencekam.

Iqbaal berjalan mempercepat langkah nya menghampiri (Namakamu), dan langsung menggaet tangan (Namakamu). (Namakamu) yang mendapat perlakuan seperti itu memasang wajah terkejut nya.

"Ada apa, sih? Mana yang katanya ketabrak? Jangan-jangan rampok lagi," ucap Aldi yang kini sudah berada disamping kanan (Namakamu). Kepala nya ikut ditolehkan ke kanan dan ke kiri berharap menemukan seseorang atau rumah untuk meminta bantuan jika saja mereka mengalami sesuatu yang buruk disini. Tapi tidak ada hasil sama sekali. Hanya ada pepohonan yang menghiasi kanan dan kiri mereka.

NO NA ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang