Debaran Limabelas

394 42 0
                                        

  Seolah telah mendapat tamparan keras, (Namakamu) tersadar dan segera memutar tubuh nya untuk mencari tali. Sementara Aldi masih sekuat tenaga menahan Fika dilantai supaya anak itu tidak lepas.

(Namakamu) melangkah kan kaki nya cepat saat menuruni anak tangga, sedikit berlari saat ia menuju dapur. Dapur? Ya, siapa tahu saja Ali menaruh tali didapur, pikir (Namakamu). Langkah nya terhenti saat melihat seorang pria dengan santai nya tengah duduk diruang makan sambil menggigir roti sandwich yang telah dibuat nya.

“Iqbaal!” ucap (Namakamu) kesal dan berjalan menghampiri Iqbaal. pria itu menoleh dan menghentikan sejenak kunyahan nya yang membuat pipi nya sedikit membesar karena makanan nya yang terkumpul disana._.(?)

“Kenapa? Tadi gue gak sengaja nemu ini di kulkas. Lo mau? Agak dingin, sih. Tapi enak kok. Kalau lo mau gue ambilin.” Iqbaal berjalan santai menuju lemari pendingin yang terletak disudut ruangan dengan mulut yang belum berhenti untuk mengunyah.

“Lo liat tali?” tanya (Namakamu) tidak menanggapi ucapan Iqbaal. Gadis ini sibuk membuka laci-laci yang berada dibawah kompor(?) untuk mencari sebuah tali.

Iqbaal menghentikan aktivitas nya sejenak, ia terdiam tapi mulut nya tidak juga berhenti mengunyah. Tangan kiri nya memegang pintu kulkas dan tangan kanan nya memegang sandwich.
“Tali? Tali apa? Tali jahit? Ada dilaci ruang tamu. Lo mau jahit apa malem-malem gini? Kalau tali rafia ada diwarung depan,” jawab Iqbaal dengan santai nya dan membuka pintu kulkas. Sedikit menundukan kepala nya dan mencari sesuatu.

(Namakamu) berkacak pinggang dan berdecak lidah sebal. “Gue serius, Baal!” (Namakamu) menarik tangan Iqbaal dan menutup rapat pintu kulkas.

Tangan nya mengambil sandwich yang tengah dipegang Iqbaal dan menaruh nya dimeja.

“Serius apa?”
“Masalah ini akan selesai.”
“Masalah apa?”
“Kasus.”
“Kasus apa?”
Bahu (Namakamu) merosot. Sebenarnya apa sih isi kandungan sandwich yang dimakan Iqbaal sehingga menyebabkan Iqbaal menjadi lemot seperti ini?

“(Namakamu)! Iqbaal!” suara itu terdengar keras dan terkesan memaksa. (Namakamu) menoleh dan ia tahu panggilan itu berasal dari atas.

(Namakamu) tahu pasti Aldi kesal karena dirinya tidak kunjung balik dengan tali yang diinginkan Aldi.

(Namakamu) melangkah dan menarik tangan Iqbaal, ia tidak memperdulikan lagi tali yang tadi dipesan oleh Aldi.

“Bentar lagi lo mati!” Aldi berdiri dari posisi nya dan menghadap ke Fika. Menatap gadis kecil yang tengah terikat itu. (Namakamu) terlalu lama, Aldi sudah terlebih dahulu menemukan sebuah tali dibawah tempat tidur Fika.

“Ald, tali nya gak ada jadi...”
Aldi menoleh dan melihat (Namakamu) beserta Iqbaal yang berada diambang pintu.

(Namakamu) tidak jadi melanjutkan kata-kata nya karena ia sudah melihat disudut kamar ini ada Fika yang duduk terikat dengan kedua tangan yang berada dibelakang.

“Aldi! Lo ngiket Fika? Lo gila!” Iqbaal yang tidak terima melihat Fika diikat seperti itu, menghampiri Aldi bahkan Aldi sudah bisa menebak bahwa pria itu akan menghajar nya saat ini juga.

“Iqbaal!” (Namakamu) menahan Iqbaal dengan cara berjalan mendahului nya dan menahan dada Iqbaal agar menghentikan langkah nya. (Namakamu) melihat sekilas wajah Iqbaal dan terlihat bahwa pria itu tidak terima atas perlakuan Aldi terhadap Fika.

Aldi memutar mata nya dan berjalan kearah kasur, membuka laci yang berada dimeja kecil, mengambil sesuatu dan duduk ditempat tidur Fika. “Gue udah nge cek seluruh ruangan ini. Dikamar mandi sana ada beberapa pisau dan golok dalam jumlah yang cukup banyak. Gue gatau dia gunain itu buat apa. Disudut kamar..” Aldi menunjuk sudut kamar ini. Lebih tepat nya tempat dimana jantung-jantung manusia tergantung.

(Namakamu) dan Iqbaal mengikuti arah yang Aldi tunjuk dan mereka sempat terkejut dibuat nya.

“Kalian udah liat sendiri, kan? Dan tadi gue gak sengaja nge-cek dan nemu buku ini. Gue rasa ini buku dari orang yang udah nyiptain Fika,” lanjut Aldi dan mengacungkan(?) buku yang dimaksud.

Fika memberontak. Ia berusaha melepaskan diri dari ikatan tali Aldi. Suara jeritan nya yang sangat keras membuat Iqbaal serta (Namakamu) harus menutup kedua telinga nya. Aldi memang sengaja tidak menutup mulut Fika karena mungkin nanti ia akan melemparkan beberapa pertanyaan pada anak itu.

Aldi membuka laptop milik nya yang entah sejak kapan sudah berada diruangan ini. (Namakamu) dan Iqbaal hanya mampu terduduk diujung kasur sembari melihat bergantian kearah Fika maupun jantung manusia yang tergantung diatas nya.

“Gue pernah search masalah ini. Limnatis Nilofica. Nama ilmiah dari lintah. Menurut gue, semua masalah ini berawal dari Fika.

Tujuan dia ngambil hati dan jantung manusia itu..buat dia makan. Enggak-enggak. Hati nya aja yang dia makan. Jantung nya? Dia gantung sebagai koleksi, dan ketika semua jantung yang ditargetkan lengkap, dia akan memakan nya dan dia akan hidup selama nya.”
(Namakamu) menoleh, terkejut dengan penjelasan Aldi. (Namakamu) kini melihat Aldi tengah sibuk dengan layar laptop nya dan bola mata nya bergerak kearah kiri dan kanan pertanda ia tengah membaca sebuah artikel.
“Darimana lo tahu?”
Aldi melirik, “Buku ini.” Aldi melempar buku itu dan segera diambil oleh (Namakamu).

(Namakamu) membalik lembar demi lembaran buku ini. Mencoba mencari tahu darimana Aldi mendapatkan pendapat seperti itu.

“Kalian liat, kan kalung Fika? All seeing eyes? Mata yang bisa melihat semuanya. Dia mendapatkan semua kekuatan itu dari kalung itu. Gue gak tahu darimana dia dapat kaung itu tapi inti nya kalung itu yang ngasih dia kekuatan besar sehingga bisa dengan mudah membunuh korban nya.”

“Dibuku itu gak jelas darimana dia berasal dan dia dilahirkan oleh siapa. Gak ada asal-usul juga kalau dia pernah tinggal dengan orang selain Ali,” lanjut Aldi dan menutup laptop milik nya.

Iqbaal menoleh dan melihat Aldi tengah terdiam berpikir, “Gue gak ngerti apa yang lo maksud.”

Aldi melirik, “Menurut pendapat gue, Fika itu kelahiran yang tidak diinginkan. Kelahiran dia cuma dimanfaatin oleh bangsa setan.” Aldi menatap (namakamu) dan Iqbaal secara bergantian. Bermaksud meminta pendapat, tapi kedua teman nya ini hanya menatap nya tanpa ekspresi.

“Dimanfaatin? Gue kurang ngerti.” Iqbaal membenarkan posisi duduk nya.

“Fika berasal dari kalung itu, bukan-bukan. Tapi dari iblis dan iblis menitipkan Fika disebuah janin seseorang, sampai akhir nya dia lahir dan tumbuh sampai saat ini. Yang gue maksud kalau Fika bakal hidup selama nya itu kalau dua udah makan target jantung korban nya. Dengan cara dia hidup selama nya dia juga pasti bakal berkembang biak lagi, kan? Setelah dewasa nanti dia pasti bakal nikah Dan kembali melahirkan seseorang yang juga sepertinya.

Sama-sama makan hati dan jantung manusia. Dengan begitu, keturunan dia jadi banyak dan manusia bakal diteror habis-habisan.

NO NA ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang