Hening...
(Namakamu) dan Iqbaal sama-sama terdiam. Mereka larut akan keheningan yang tengah terjadi. Diantara mereka tidak ada yang mempunyai usul bagaimana cara nya memancing Fika agar ia dapat masuk kedalam kolam dan mati secepatnya-.-
Iqbaal melirik jam tangan yang dia pegang, pukul 12 malam. Jam 12? Benarkah? Jam nya ini tidak habis baterai, kan? Cepat sekali sudah tengah malam seperti ini.Mata nya tak sengaja melirik (Namakamu) yang duduk tenang disamping nya. Iqbaal melihat ada sebuah kristal bening yang melintas dipipi (Namakamu) namun dengan cepat gadis itu menghapus nya.
Gadis itu pasti teringat Aldi."Gue yakin kok kita bisa." Iqbaal merangkul dan mengelus lembut bahu (Namakamu).
Seolah memberikan semangat untuk (Namakamu) agar tidak terpuruk lagi.
(Namakamu) menoleh dan memberikan seulas senyuman tipis untuk Iqbaal.
"Aldi pergi bukan akhir dari segala nya, kan? Masih ada gue. Gue yang bakal selalu ngelindungin lo. Gue bakal selalu jagain lo. Sampai kapanpun. Gue rela nyerahin nyawa gue ke Fika kalau itu bisa buat lo tetap hidup. Gue..."
"Gue gak mau lo kenapa-napa, Baal. Cukup Aldi sama Ali aja yang pergi. Jangan tinggalin gue. Gue mau lo tetep ada disamping gue, gue mau lo selalu jagain gue, gue mau sama sama lo terus. Sampai kapan pun. Janji sama gue, Baal. Janji kalau lo gak akan pernah ninggalin gue." (Namakamu) mendekap tubuh Iqbaal erat dan tentu saja membuat pria ini terkejut.
"Gue sayang sama lo." lanjut (Namakamu) dan diakhiri suara tangis nya yang terisak. Iqbaal membalas pelukan (Namakamu). Ia mengerti bagaimana perasaan gadis yang berada didekapan nya saat ini.
Kehilangan. Sangat kehilangan. Lagipula saat ini (Namakamu) hanya mempunyai Iqbaal selain keluarga nya sendiri.
"Gue juga sayang sama lo, (Namakamu). Gue janji. Gue janji gak akan ninggalin lo." Iqbaal mengecup puncak kepala (Namakamu) dan memejamkan matanya. Merasakan kehangatan yang terjadi diantara mereka.
Iqbaal sendiri tidak tahu apakah ketika (Namakamu) mengucapkan kata 'gue sayang sama lo' itu secara sadar atau tidak. Karena Iqbaal tahu saat ini pikiran (Namakamu) sedang kacau dan bisa saja, kan (Namakamu) mengucapkan kata itu dengan sengaja._.
Mereka sempat terdiam dan terhanyut dalam dekapan yang terjadi. Iqbaal sampai mengira bahwa (Namakamu) tertidur dalam dekapan nya karena tidak ada tanda-tanda jika gadis ini masih sadar(?)
Hembusan angin malam yang menabrak kulit mereka yang telanjang sedikit memberikan rasa berat pada mata nya. Wajar saja jika mereka mengantuk dikarenakan hari sudah larut dan mereka juga kurang tidur.
"(Namakamu)," panggil Iqbaal lembut dan membuat (Namakamu) bergerak dan segera mengubah posisi nya menjadi seperti semula. Iqbaal menyesal karena telah merusak suasana, padahalkan kapan lagi dirinya bisa berpelukan seperti ini dengan (Namakamu)?
"Sorry kalau gue buat lo pegel. Gue ngantuk," ucap (Namakamu) diakhiri dengan seringaian khas nya.
Iqbaal tersenyum tipis. Bagaimana (Namakamu) masih bisa tersenyum seperti itu disaat suasana hati nya tengah berduka? Gadis ini memang pandai menyembunyikan kesedihan nya.
Kembali hening. Lagi-lagi diantara mereka tidak ada yang memberikan usul untuk memancing Fika kemari. Atau mereka disini hanya menunggu? Menunggu Fika datang untuk membunuh nya? Bodoh!
(Namakamu) menarik kaki nya dan memeluk nya. Sesekali mengelus nya untuk memberikan rasa hangat. Yap, sepertinya angin malam ini sudah membuat nya sedikit kedinginan. Iqbaal menoleh karena melihat perger akan dari (Namakamu)."Jadi, sekarang rencana selanjut nya gimana?" tanya Iqbaal yang masih menatap wajah (Namakamu) dari samping.
(Namakamu) menoleh, "rencana apa?"
"Supaya Fika kesini dan dia masuk kedalam kolam."
(Namakamu) terdiam. Sepertinya Iqbaal terlalu membebani pikiran (Namakamu). Iqbaal mengutuk dirinya dalam hati, ia sendiri kan bisa berpikir tanpa meminta (Namakamu) untuk berpikir-____-
"Cuma ada satu cara."
Iqbaal mengerutkan kening nya. Cepat sekali gadis ini menemukan sebuah rencana. "Apa?""Lo susul Fika kedalam sana dan pancing dia kesini."
"Apa?!"
"Iqbaal!" (Namakamu) memukul lengan Iqbaal kuat karena kaget dan menyebabkan pria itu meringis sembari mengelus lengan nya yang terasa perih.
Bagaimana tidak? Iqbaal berteriak tiba-tiba dan menyebabkan gadis ini terlonjak hampir saja masuk kedalam kolam.
"Kok gue? Nanti gue mati gimana?" tanya Iqbaal dengan wajah yang dimelas-melaskan. Berusaha supaya (Namakamu) mengubah rencana nya.
"Ya lo usaha lah biar gak mati. Gue disini. Hm, mungkin ngumpet atau cari tempat yang aman," balas (Namakamu) santai dan memeluk tubuh nya sendiri. Hh..angin malam kini sudah membuat nya benar-benar kedinginan.
"Masa gue kerja sendiri? Lo? Santai-santai disini. Ogah." Iqbaal membuang wajah nya dan mengangkat wajah nya. Pura-pura mengabsen bintang yang bertaburan dilangit malam.
"Yaudah kalau lo gak mau. Kita tunggu disini aja. Tunggu Fika dateng dan bunuh kita berdua," ucap (Namakamu) tanpa ragu dan membuat Iqbaal membulatkan mata nya.
"Eh! Okay-okay. Gue bakal masuk kedalam dan mancing tuh anak lintah. Lo..terserah lo mau ngapain. Tapi nanti kalau gue mati jangan nangis dan kalau gue mati lo harus usaha bunuh Fika sendirian." Iqbaal berdiri dari duduk nya. Ia membenahi pakaian nya yang sebenar nya tidak berantakan.
(Namakamu) cekikikan mendengar ucapan Iqbaal. "Lo gak bakal mati."
(Namakamu) merogoh saku nya dan mengeluarkan sebuah...pisau. Pisau itu terlihat mengkilap dan lumayan besar.
Sepertinya itu pisau baru. Tunggu! Pisau keluar dari saku belakang (Namakamu)? Sebenarnya yang berada dihadapan nya saat ini (Namakamu) atau Fika, sih?
"Bawa ini. Umpetin dibadan lo. Terserah mau dimana aja. Kalau keadaan mendesak hujam pisau ini tepat di kepala Fika. Lo ngerti?" (Namakamu) memberikan pisau itu pada Iqbaal. Iqbaal menerima nya dan membolak-balik pisau tersebut. Melihat nya dengan seksama-____-
"Kata lo Fika mati nya pake garam. Ini, kan pisau."
"Ya ini emang pisau, Baal. Emang gue bilang kalau ini linggis? Ngaco. Ini pisau udah gue basahin sama air garam tadi."
Iqbaal memicingkan mata nya kepada (Namakamu). Curiga. Sudah membasahi nya dengan air garam? Kapan? Mengapa Iqbaal tidak melihat nya? Lalu kapan (Namakamu) memasukan pisau ini pada saku nya? Iqbaal sendiri benar-benar tidak melihat nya.(Namakamu) yang ditatap aneh oleh Iqbaal mengernyitkan alis nya. "Kenapa?"
"Kalaupun udah dibasahin air garam, trus Fika nya gak mati gimana?" tanya Iqbaal polos.
"Kita mati."
*

KAMU SEDANG MEMBACA
NO NA ME
Horor~Dum da di da Da da da dum Da da da dum Da da da dum da da di dum Da di dum dum Da da da dum Da da da dum Da da da dum la da da di da dum~ PRIVATE STORY # 40 dalam horor # 205 dalam horor # 212 dalam horor # 218 dalam horor # 273 dalam horor