Delapan.

398 9 0
                                    

***

Cuaca pagi ini sangat tidak bersahabat. Karena membuat orang-orang sulit untuk menjalankan aktifitas mereka.

Tetapi tidak dengan gadis remaja yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan Bianca?

Hujan.

Bianca suka hujan.
Karena apa?
Karena hujan selalu mau datang kembali meski tahu bahwa ia akan jatuh. Jatuh berkali-kali.

***

Seperti biasanya, Bianca menunggu Rival sambil memainkan iPhone-nya.

Sudah beberapa bulan ini, Bianca memang berangkat dan pulang sekolah bersama Rival. Tidak lagi dengan Rafa.

Tin tin.

Bunyi klakson yang sudah tidak asing di telinga Bianca. Pemiliknya ada Rival.

Bianca segera pamit pada Bunda-nya dan segera bergegas keluar rumah untuk menemui si Pemilik kendaraan tersebut.

"Gerimis, Bi. Nih pake." Rival menyodorkan jaket-nya untuk Bianca pakai.
"Iya, Val." jawab Bianca.
"Yuk naik. Ntar telat." ucap Rival dengan senyum yang terpampang di wajahnya.
"Oke." jawab Bianca dengan pipi yang tiba-tiba memerah.
.
.
.
.
.
Selama melakukan perjalanan kurang lebih 20menit, mereka sampai di sekolah.

Sekolah masih terlihat sepi karena adanya hujan yang mengguyur kota ini sejak pagi tadi. Yang membuat para murid memutuskan untuk berangkat ke sekolah menunggu hujan yang turun menjadi sedikit reda.

***

Tettttt.

Bel masuk sekolah berbunyi.

Sudah jam 7.30, Rafa belum juga datang. Tidak ada satu murid pun yang tahu keberadaan Rafa saat ini. Bahkan, Bianca sendiri pun tidak tahu. Karena adanya persahabatan mereka yang sedikit renggang, Rafa dan Bianca jarang berkomunikasi, apalagi bertukar kabar.

'Raf, lo kemana sih? Lo gak sekolah lagi? Gak biasanya lo kayak gini, Raf. Gue takut lo kenapa-napa.' ucap Bianca dalam hati.

Kelas Bianca terlihat sedikit ramai karena guru yang seharusnya mengisi jam pelajaran pertama tidak masuk akibat sakit.

Bianca langsung mengambil iPhone dari tasnya. Seperti biasa, ia langsung memasangkan headset kedalam telinganya. Tak lupa ia memutar lagu yang ada didalam daftar musiknya itu.

Bianca teringat pada Rafa.
Bianca khawatir pada Rafa.
Bianca takut Rafa dalam situasi buruk saat ini.

Ia mencari kontak-nomor telpon Rafa di handphone-nya. Ia segera melakukan panggilan pada Rafa.
.
.
.
.
'Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Coba beberapa saat lagi.'

Tut.

Tut

Tut.

'Raf, lo kemana sih? Lo bikin gue khawatir. Lo sering ilang tiba-tiba akhir-akhir ini. Apa lo ada masalah? Kenapa lo gak cerita? Lo masih anggep gue sahabat kan? Please, Raf. Gue sayang sama lo. Gue gak mau lo ilang. Biasanya lo ngabarin gue kalo ada apa-apa. Sekarang, kenapa engga? Kenapa kita kayak gini? Apa ada yang salah dari gue? Apa kita udah beda? Apa kita udah berubah? Apa lo nyembunyiin sesuatu dari gue?' ucap Bianca dalam hati.

***

Tettttt

Bel pulang sekolah berbunyi.

Bad FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang