#2

908 126 46
                                    

"Kenapa niel?"
"Lo belom bayar makanannya kan?"
"Oh, iya gue lupa," ucapku sambil menepuk jidat dan langsung membayarnya secepat mungkin.

Gue kira dia mau ngomong apa. Gue kira mau romantis2an gitu. Taunya malah ngasih tau kalo gue belom bayar makanan. Gue udah sempet ngefly lagi.

Aku pun mengingat sesuatu lalu memanggil Daniel yang hampir meninggalkanku.

"Daniel."
"Kenapa Nay?"
"Sore ini lo bisa jalan sama gue ga?"

Daniel berfikir sebentar lalu menjawab tawaran dariku.

"Kayaknya gue ngga bisa deh. Sorry banget ya. Mungkin next time bisa," tolak Daniel

Oh my god. Nayla. Lo ngapain sih ngajak dia jalan segala, harusnya kalau mau ngajak jalan tuh nanya dulu die lg sibuk atau ngga. Jadi tengsin kan

"Gapapa kok, next time ya," ucapku sambil mengubah ekspresi di wajah ku menjadi ceria.

"Oke. Yaudah gue duluan ya," ucap Daniel sambil menyunggingkan senyumannya kepada Nayla. Nayla hanya menjawab dengan anggukan & senyuman semanis-manisnya.

Oh God, kyknya Nayla ngga akan bisa tidur malam ini. Senyumnya itu bikin meleleh.

Akupun berjalan ke kelas sambil menyunggingkan senyuman yang kuberikan pada Daniel.

"Ciee, udah selesai ngedatenya?" ledek Hanna, sahabatku.
"Ngedate apa sih. Cuma makan bareng gitu," ucapku sambil senyum-senyum ngga jelas.
"Kemajuan pesat nih Nay," ledeknya kembali
"Iya. Tapi tadi dia nolak ajakan gue buat jalan," keluhku.
"Hah?! Lo ngajakin dia jalan?"
Akupun mengangguk sebagai jawaban.
"Gila lo?! Masa cewek yang ngajakin jalan?"
"Lagian buat orang kayak Daniel mustahil ngajak jalan duluan."
"Iya juga sih. Yaudah, gue doain lo cepet-cepet jadian ama Daniel."
"Amiinn.."

Saking senangnya, rasanya hari berjalan begitu cepat. Sekarang sudah jam pulang, aku segera melihat satu-persatu anak yang keluar dari kelasnya. Seperti biasa, saat Daniel keluar kelas cewek-cewek dari kelas lain berlari kearahnya. Entah ingin memberi kado ataupun surat cinta. Walaupun aku menyukainya, aku yakin tidak akan bisa mendapatkannya dengan cara seperti itu.

Tapi ada satu cewek yang hanya menghampirinya dan mengajaknya mengobrol layaknya seorang pacar. Wajahnya sangat cantik, rambut badai, kulit putih, hidung mancung bibir yang kecil, badan langsing, tinggi proporsional, bak seorang model. Benar-benar cewek yang sempurna.

Seketika hatiku merasa panas. Saat cewek itu menghampiri Daniel, semua cewek yang tadinya akan mengerumuni Daniel malah berbalik arah tanpa alasan. Sedangkan Daniel dan cewek itu malah bermesraan.

Rasanya lebih sakit dari pada melihat dia dikerumuni banyak cewek. Tak kuat lagi melihat mereka, aku bergegas pulang.

Siapa sih tuh cewek? Kenapa dia akrab banget ama Daniel? Dia siapanya Daniel? Sahabat? Mantan? Gebetan? Pacar?

Pertanyaan itu berputar terus-menerus di dalam otakku.

Love Is PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang