-Daniel Alvanzano-
Selama perjalanan ke rumahku, aku memikirkan cara untuk meminta maaf pada Nayla. Aku tak tau bagaimana caranya.
Apa gue harus tanya Randy ya Nayla suka apa? Tapi kan tadi gue abis berdebat sama dia. Sampe gue mau minta putus segala lagi. Tadi gue bego banget sih. Udah nyadar Nayla nguping, malah tambah manas-manasin dia. Bego-bego-bego! Terus gue harus gimana sekarang? Kalau gue nanya Randy, gengsi lah. Dia ngira gue bakal putus, tapi sekarang gue malah mau nanya cara minta maaf.
Aku memutuskan untuk mencari tau di google cara meminta maaf dengan Nayla.
Rata-rata semua artikel, hanya harus minta maaf dengan tulus. Tapi bagaimana kalau Nayla tidak mau memaafkanku?
Aku memutuskan untuk mencari kado yang pas untuk Nayla. Walaupun dia tidak ulang tahun, mungkin itu bisa mengobati patah hatinya.
Aku memutuskan untuk membeli boneka teddy bear yang sedang memegang bantal berbentuk love bertuliskan I Love You dan sebuket bunga mawar merah dan putih yang berarti permintaan maaf.
Semoga Nayla suka sama kado yang gue kasih.
_________________
Aku melangkahkan kakiku ke arah pagar sekolah. Aku menunggu Nayla di sini karena sekarang adalah jam pulang. Semua murid pasti pulang melewati pagar ini. Kecuali mereka yang lebih memilih lewat pintu belakang sekolah. Tapi, Nayla pulang selalu lewat sini.
Baru 5 menit aku menunggu Nayla, Cindy menghampiriku.
"Niel."
Aku hanya menatapnya sekilas."Niel, anterin gue pulang ya? Gue pusing banget nih. Liat kan muka gue pucet banget," ucap Cindy memelas. Yang kulihat hanyalah bedak yang terlalu tebal diwajahnya. Tak ada raut sedang sakit dari wajahnya. Tak ada peluh keringat di wajahnya.
"Plis niel."
"Pulang aja sih sama pacar lo," jawabku ketus. Bukannya aku cemburu, tapi males benget ngeladenin dia."Gue udah putus dari kak Rio."
"Oh."Aku langsung menghampiri teman sekelas Nayla.
"Eh, liat Nayla ga? Udah pulang belom?"
"Ngga tau deh. Lagian ngapain sih lo nyariin Nayla. Bukannya lo udah putus ya dari Nayla?" jawabnya ketus"Eh, jaga ya mulut lo! Lo," baru saja aku ingin meneruskan kalimatku, Cindy langsung menyandarkan badan dan wajahnya ke badanku, lebih tepatnya sih gelendotan.
"Ayo niel, kapan lagi kamu main ke rumah aku," ucapnya dengan tampang sok imut.
Makin jijik gue sama dia.
"Yaudah deh, tapi sana dong," ucapku sambil menjauhkan badannya dari badanku dan memandangnya dengan tampang ih-ada-tai-nempel-di-badan-gue
Aku langsung pergi ke arah motorku diikuti oleh Cindy tanpa menghiraukan orang-orang yang memandangku aneh sambil berbisik.
-Nayla Azalea-
Sakit hatiku masih berbekas sampai sekarang. Entah kapan rasa itu hilang.
Bel pulang berbunyi, aku baru membereskan buku-buku di mejaku. Seharian ini aku tidak bertemu Daniel. Jadi, aku berpikir untuk ke kelas Daniel meminta maaf padanya. Saat memasuki kelasnya, aku tidak melihatnya sama sekali.Gue telpon aja kali ya?
Saat ingin menelpon Daniel, aku menemukannya sedang berbicara pada Cindy. Lebih tepatnya bermesraan. Cindy menyandarkan badannya pada Daniel. Tidakkah itu perilaku yang terlalu romantis untuk seorang mantan yang ingin dilupakan?
Aku terus memperhatikannya dari kejauhan dan berharap Daniel menatapku dan menghampiriku. Tapi itu terlalu mustahil. Sakit rasanya. Tapi, mereka mau kemana? Aku langsung memberhentikan taksi di depanku lalu mengikuti mereka. Kurasa ini adalah jalan ke arah rumah Cindy.
Mungkin dia cuma mau nganterin Cindy. Lo harus berpikir positif Nay.
Seketika pemikiranku berubah setelah melihat apa yang barusan terjadi.
Hallo!! Maaf chapter kali ini kependekan.
Btw, boneka buat Nayla ada di mulmed lho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painful
Teen FictionAku mencintaimu dan kamu mencintainya. Sejak saat itu dan sampai detik ini, hal itu tak pernah berubah. Disaat aku memberikan perhatian penuh padamu, kamu menolak. Bahkan tak kamu hargai. Seakan lupa atas janji yang terucap di mulutmu. Mencari celah...