Aku memang percaya pada Randy. Tapi rasa penasaranku tumbuh lebat dipikiranku. Tapi aku tidak berniat untuk mengikuti Randy. Randy bisa saja merasa tersinggung jika aku ketauan tidak mempercayainya. Aku hanya mengubur rasa pernasaranku dalam-dalam. Dan mencoba melupakan kejadian tadi.
"Mendingan sekarang lo ke toilet, cuci muka lo. Soalnya abis ini ada pelajaran bk. Lo ngga mau kan diintrogasi sama bu Cecil? Nanti ujung-ujungnya malah diselesaiin di bk," ucap Hanna mamberi saran.
"Yaudah deh," ucapku sambil meranjak dari tempat dudukku ke arah toilet wanita.
"Lo mau gue temenin?" tanya Hanna.
"Ngga usah, lagian 15 menit lagi bel masuk dan lo belom ngerjain tugas bk," ucapku menolak dan memberi saran.
"Oh, iya gue baru inget," ucap Hanna sambil menepuk jidatnya dan secepat kilat mengambil buku tulis bk Rina penyandang ranking satu di kelasku, lalu menyalinnya pada buku tulis Hanna.Toilet wanita berada agak jauh dari keramaian. Dan arah ke toilet wanita harus melewati lorong koridor gang gelap. Sehingga banyak rumor-rumor menyeramkan yang tersebar dikalangan siswa-siswi sekolahku. Dan juga banyak yang mencoba bermain uji nyali disana, berselfie ria untuk menampakkan hantu di dalam fotonya, ada juga yang bermake up seperti hantu ataupun zombie hanya untuk menakut-nakuti orang yang berniat mengeluarkan kotoran dalam tubuhnya. Tapi akhirnya mereka malah berakhir di ruang bk.
Sebenarnya sih, gue ngga takut sama hantu.
Baru saja aku membicarakan kalimat itu dalam pikiranku, ada dua bayangan yang kudapati tepat depan mataku. Tepatnya, dua pria sedang berbicara serius di pojok koridor tak jauh toilet wanita. Aku tak tau itu siapa. Wajahnya kontras dengan matahari, sehingga yang terlihat hanyalah bayangan dua orang pria.
Seketika bulu kudukku berdiri, dan sekujur tubuhku gemetaran hebat.
Gue kan ngga pernah ngebuka mata batin gue. Terus yang di pojokan itu siapa? Hantu? Hantu mana yang nakut-nakutin berduaan begitu.
Kurasa aku menyadari bahwa mereka adalah manusia. Karena mereka berbicara sati sama lain dengan Bahasa Indonesia. Sedangkan, rumornya. Hantu ditempat ini hanyalah satu hantu wanita bergaun merah, kebangsaan China, kulit pucat, bibir yang kecil, setengah wajah yang hancur,tidak mempunyai mata, hanya sebulat bolongan hitam di kedua matanya, dengan rambut terurai sampai dada.
Beberapa patah kata dari mereka tertangkap oleh telingaku. Terdapat dua suara yang berbeda. Suaranya terdengar sangat familiar di telingaku.
Daniel?!!
Randy?!!Rasa panik langsung menyerbu otakku.
Jangan-jangan Randy mau bilang soal tadi? Tapi mana mungkin dia membocorkan curhatanku? Terus, dia ngomongin apa? Kalau bukan hal penting, kenapa harus dipojokan gini?
Rasa penasaranku bertambah besar, aku langsung mencari tempat bersembunyi yang dapat mendengarkan semua pembicaraan mereka. Akhirnya Aku mendapat tembok yang menutupi badanku, dan juga tempat yang dapat mendengar suara mereka dengan jelas.
"Ya, ngga gitu juga niel. Lo juga nerima dia gara-gara pengen move on dari Cindy kan? Terus kenapa lo jadi kasar gitu sama Nayla?" tanya Randy memperingatkan.
"Lo pikir deh, Nayla sama Cindy tuh jauh levelnya. Cindy cantik, popular, kaya, cewek most wanted di sekolah ini. Jauh lah sama Nayla. Nayla cantik? Ngga juga. Popular? Ngga sama sekali. Kaya? Gue gatau, dan gue juga ngga peduli dia kaya atau ngga. Udah jelas levelnya jauh dibawah gue," ucap Daniel ketus.
"Kalo gitu, kenapa waktu itu lo nerima Nayla?"
"Ya, karena gue kasihan sama dia. Dia udah nolongin gue. Jadi gue terima aja."
"Gila lo niel, terus lo ngapain janji-janji segala sih kalau lo mau lupain Cindy?"
"Awalnya gue pikir, gue bisa lupain Cindy. Tapi kenyataannya, ngga bisa. Cindy selalu aja mesra-mesraam depan gue. Sedangkan gue, gue ngga pernah tuh mesra sama Nayla. Mungkin emang Nayla yang ngga cocok sama gue."
"Nayla emang ngga cantik. Tapi dia tulus suka sama lo. Ngga kayak Cindy. Dia cuman mau jadi pacar lo, biar dia tambah popular. Secara, cewek most wanted sama cowok most wanted. Orang-orang bakal ngira dia cewek paling sempurna di dunia ini. Dan pas dia udah bosen sama lo, dia pindah ke Rio. Lo nyadar ngga sih? Lo tuh buta. Lo cuman ngeliat yang mewah di depan. Tapi lo ngga liat, sebusuk apa Cindy."
"Eh, lo jangan sekali-sekali jelek-jelekin Cindy ya! Lo emang sahabat gue, tapi lo malah ngebelain Nayla. Udah lah. Yang pacaran itu gue, lo ngga usah deh ngurusin hidup gue!"
"Lo berubah ya niel. Semenjak lo pacaran sama Cindy, lo jadi ketularan jahatnya. Cuma gara-gara ngeliat Cindy mesra-mesraan sama Rio, lo jadi kasar sama Nayla. Lo lupa yang nolongin lo itu siapa? Huh?!"
"Gue inget kok itu Nayla. Tapi gue ngerasa udah balas budi tuh. Gue udah nerima tembakan dia. Jadi, itu gue anggap lunas."
"Sinting lo!"
Daniel hanya menjawab dengan tertawa renyah.
"Dengar ya. Disini gue cuman mau peringatin lo, jangan sekali-sekali lo kasar ke Nayla. Dan lo harus belajar suka sama Nayla."
"Lo ngga usah sok pahlawan deh. Mentang-mentang Nayla sahabat lo sekaligus sahabatnya pacar lo, lo jadi ngebelalin dia mulu. Ngapain gue capek-capek belajar suka sama dia? Bentar lagi juga gue minta putus dari dia."
"Terserah lo deh, gue capek ngomong sama lo."
Randy pun berjalan ke arah koridor, dan matanya bertemu dengan mataku. Mau tak mau aku menghadapkan tubuhku ke depannya.
"Nayla?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Painful
Teen FictionAku mencintaimu dan kamu mencintainya. Sejak saat itu dan sampai detik ini, hal itu tak pernah berubah. Disaat aku memberikan perhatian penuh padamu, kamu menolak. Bahkan tak kamu hargai. Seakan lupa atas janji yang terucap di mulutmu. Mencari celah...