#3

685 118 29
                                    

Aku terus memikirkannya sampai larut malam. Saat terbangun jam sudah menunjukkan pukul 05:45

Kalau gini mah gagal makan berduaan ama Daniel.

Dengan cepat aku bersiap-siap dan bergegas ke sekolah.

Sekarang sudah pukul 06:15 perjalanan ke sekolah 10 menit. Telpon dia aja kali ya.

Aku langsung membuka aplikasi line dan menelponnya lewat aplikasi ini. Karena aku tidak mempunyai nomor hpnya.

"Hallo, niel."
"Hallo, Nay. Kenapa?"
"Kayaknya hari ini gue ngga bisa makan bareng dulu deh. Soalnya gue berangkat agak telat hari ini," ucapku panjang
"Oh, yaudah gapapa. Gue juga udah ditemenin ama temen gue kok."
"Oke. Udah dulu ya. Gue lagi otw ke sekolah nih."
"Oke."

Dia langsung memutuskan sambungan.

Ucapin hati-hati kek, ape kek. Tapi ini ada kemajuan sih. Dia udah mau angkat telpon dari gue. Ngga kayak dulu.

Saat aku sampai disekolah aku tidak bertemu Daniel. Saat ingin mencari ke kantin bel masuk sudah berbunyi.

Bel istirahat berbunyi. Aku langsung menuju kelas Daniel. Tapi sudah tidak ada Daniel. Aku langsung pergi ke kantin bersama Hanna.

Setibanya di kantin, orang-orang berlarian ke arah lobby yang sudah dikerumuni banyak orang. Awalnya kukira fansnya Daniel, tapi kebanyakan kaum laki-laki yang mengerumuninya.

Rasa penasaranku muncul, aku pun memberanikan diri untuk menuju lobby dan memasuki kerumunan itu, diikuti dengan teman-teman lainnya termasuk Hanna.

Saat memasuki kerumunan itu, jantungku terasa ingin copot. Daniel berkelahi dengan kak Rio, ketua eskul taekwondo. Semua orang disitu panik terlebih aku. Banyak yang berusaha meleraikan mereka berdua tetapi sia-sia. Aku ingin sekali melindungi Daniel, tapi Hanna menahanku.

Aku tak kuat melihat Daniel di tonjok berkali-kali oleh kak Rio. Ini rasanya lebih sakit dibanding melihat Rio bersama cewek yang kemarin.

Saat aku teringat cewek kemarin, aku langsung mencarinya ditengah kerumunan. Dan aku mendapatinya sedang berusaha menenangkan kak Rio. Tapi sia-sia, kak Rio malah menonjok Daniel lebih keras lagi. Lalu, kak Rio terdiam dan berhenti menonjok Daniel. Dan saat itu juga, aku melihat cewek yang kemarin memeluk erat kak Rio.

Tega banget tuh cewek. Udah mesra-mesraan sama Daniel, sekarang malah ngebela kak Rio.

Tanpa ragu aku langsung berlari kearah Daniel dan berusaha membawanya ke UKS. Untungnya Daniel masih sadarkan diri, jadi aku masih kuat untuk membawanya dengan merangkulnya. Semua anak terpaku melihatku langsung merangkul Daniel.

"Eh, jangan diem aja bantuin dong," celotehku karena panik melihat keadaan Daniel. Seketika sahabat-sahabat Daniel membantuku membawanya dengan menghalangi fans-fans Daniel yang mulai agresif.

Setelah sampai di UKS aku langsung mengobati Daniel dengan peralatan P3K. Tapi Daniel tidak mengubris tindakanku.

Para fans Daniel berdatangan ke UKS tapi dilarang keras oleh sahabat-sahabat Daniel. Sedangkan aku sedang membereskan peralatan P3K yang telah dipakai untuk mengobati luka lebam pada wajah Daniel.

Sedari tadi, Daniel hanya diam melihatku. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Suasana malah menjadi canggung.

Karena para fans takut dengan Andre sang ketua karate di sekolah ini, akhirnya mereka pergi ke kelas masing-masing. Padahal aku tau Andre tidak mungkin adu tonjok dengan fans Daniel.

Setelah para fans bubar, suasana menjadi sepi, tidak ramai dengan teriakan melengking cewek. Bel pun berbunyi.

"Nayla kan?" ucap Andre
"Iya," jawabku singkat
"Gue tadi udah bilang ke guru piket kalau Daniel lagi di UKS. Tapi sementara gue ngga mau ngasih tau dulu yang sebenarnya, soalnya pasti ujung-ujungnya berurusan sama bk," ucap Andre panjang.
"Ooh, makasih ya."
"Btw, udah bel, gue ama yang lain mau ke kelas dulu. Lo masih mau disini?" tanya Andre
"Gue disini dulu. Kayaknya Daniel masih belom bisa ditinggal."
"Oh ya, makasih ya, lo udah nolongin Daniel. Gue dukung lo sama Daniel kok." ucapnya menjadi pelan.
"Apaan sih lo, ga jelas deh," jelasku sambil berusaha menahan senyum yang terurai di wajahku.
"Yaudah, gue ke kelas dulu ya, titip Daniel."
"Oke," ucapku sambil membuat huruf o dengan jari telunjuk dan ibu jari.

Inilah saatnya gue berduaan sama Daniel. Oh my god harus ngomong apa sekarang?

"Hai." sapaku duluan.

Tuh kan dia malah diem aja. Gue pake nyapa segala lagi. Bukannya cari topik yang bener.

"Udah baikan?" tanyaku dengan nada yang. sengaja dipelankan
"Lumayan," jawabnya singkat

Yess, akhirnya dia buka mulut.

"Makasih ya udah nolongin gue," ucapnya ramah kembali.

"Iya sama-sama. Sebenarnya bukan sepenuhnya gue sih yang nolongin lo."

"Terus siapa? Jelas-jelas kan lo yang nolong gue."

"Iya, kan tadi ada cewek, yang nahan kak Rio buat mukul lo, terus juga ada sahabat-sahabat lo yang bantuin ngusir fans-fans lo. Jadi, secara ngga langsung juga mereka ikut nolongin lo," jelasku.

Daniel tersenyum miris saat aku mengatakan 'ada cewek..'

"Ohh dia."
"Lo kenal?" tanyaku ragu.
"Bagi gue sih, bukan sekedar kenal."

Kalimatnya itu menumbulkan tanda tanya besar di otakku.

Jadi tuh cewek siapanya Daniel?

"Terus siapa?"
"Kepo."
"Lo lupa ya? Gue kan salah satu orang yang nolongin lo. Masa pake rahasiaan segala?"

Semoga dengan jurus ini aku bisa tau siapa cewek itu.

"Jadi lo pamrih nih." sindir Daniel.

Duh, gue salah ngomong nih.

"Bukan gitu, kan gue yang nolongin lo, jadi lo hutang penjelasan sama gue. Ya masih untung gue ngga nagih uang ke elo." ucapku memberi penjelasan.

"Oke oke. Gue jelasin semuanya dari awal."

Dengan sigap aku memasang wajah serius dan siap mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Love Is PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang