#4

608 104 43
                                    

-Daniel Alvanzano-

Akupun bercerita dari asal-muasal perkelahianku sama si Rio.

"Dulu gue pacaran sama Cindy, cewek yang tadi menahan si Rio. Gue pacaran sama dia udah 2 tahun. Gue sayang banget sama dia," ucapku sambil tersenyum tanpa menghiraukan Nayla.

"Dulu gue sama dia romantis banget, tapi semenjak ada si Rio, dia ngancurin hubungan gue. Cindy malah milih Rio dan mutusin gue." tanpa sadar saat aku mengucapkan kata-kata tersebut, tanganku mengepal dengan sendirinya.

"Kemaren, gue nolak ajakan lo buat jalan bareng karena gue mau jalan sama Cindy. Gue mau ngajakin dia balikan tapi dia malah ngga mau. Alesannya, dia udah terlanjur suka sama si Rio. Lo tau kan, pagi tadi gue ngga jadi ngobrol bareng sama lo di kantin tadi, nah, itu gue lagi berduaan sama Cindy. Beruntung banget, lo telat dateng tadi pagi. Gue jadi bisa berduaan sama Cindy & ngerayu dia buat balikan lagi. Tapi karena bel masuk bunyi, Cindy ngalihin pembicaraan dan malah ke kelas."

"Nah, tadi Cindy malah mesra-mesraan sama Rio. Saking keselnya, gue jadi hilang kendali. Gue jadi nonjok dia. Mungkin gara-gara dia ketua taekwondo, malah jadi gue yang babak-belur," lanjutku

"Ya, sampe sekarang gue masih cinta mati sama Cindy. By the way. Muka lo tadi lucu banget loh pas panik nolongin gue," ucapku mengalihkan pembicaraan lalu menatap Nayla.

"Nay? Kok lu nangis?"

-Nayla Azalea-

Aku mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ya, sekarang aku sudah tau. Cewek itu adalah mantan Daniel.

Air mataku tidak bisa kutahan lagi. Aku ingin pergi dari sini. Tapi badanku terpaku di posisi ini. Aku tak kuasa menahan tangis saat Daniel mengatakan kalau dia masih mencintai Cindy sampai sekarang.

"Nay? kok lu nangis?" tanya Daniel
"Lo kenapa?" tanyanya kembali dengan wajah khawatir
"Gapapa," ucapku sambil menggelengkan kepalaku
"Ngga mungkin gapapa. Jelas-jelas lo nangis gini."
"Oh ya, gue ke kelas dulu ya. Pelajaran udah dimulai dari tadi," ucapku mengalihkan pembicaraan sambil merubah raut wajah seperti tidak-ada-kejadian-apa-apa dan langsung berjalan ke arah pintu keluar UKS tapi ditahan oleh Daniel.

"Nay, kalau ada masalah cerita aja sama gue. Kali aja gue bisa bantu." ucap Daniel

Badanku berbalik ke arah Daniel tanpa kemauan ku sendiri. Dan tangis ku pecah sekatika. Daniel malah memelukku dan mengelus punggungku

Aku tidak bisa merasa senang karena hal tersebut. Karena yang kenyataan ku ketahui sekarang adalah Daniel mencintai orang lain.

"Udah, lo jangan nangis lagi. Sekarang lo tenangin diri, baru lo cerita ke gue."

Tangis ku malah menjadi-jadi. Aku tidak bisa bohongi diriku sendiri kalau Daniel tidak mungkin jadi milikku. Ingatanku selalu tertuju pada kata-kata Daniel yang masih cinta sama Cindy.

Tangisku tak bisa kutahan tapi Daniel malah memelukku erat. Dan menangis dipelukannya bukanlah pilihanku. Badanku tidak bergerak sesuai keinginanku. Sekarang aku malah hilang kendali.

"Lo bego niel! Lo bego!" ucapku disela-sela tangisanku yang tidak dapat berhenti sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Lo bego banget sih! Gue tuh cinta sama lo! Dari dulu gue ngechat lo hampir tiap hari, tapi ngga pernah lo bales. Gue berusaha deketin lo, cari perhatian ke elo, tapi lo ngga pernah merhatiin gue! Sampe-sampe lo taunya gue anak baru disekolah ini! Gue khawatir banget pas tau lo babak-belur kayak tadi! Gue kira lo mulai suka sama gue semenjak kemaren pagi kita ngobrol di kantin.  Tapi pas gue tau kenyataannya, ternyata lo masih suka sama mantan lo! Lo tuh nyadar gak sih? Dari dulu gue pengen jadi pacar lo," ucapku dengan suara tadinya keras meluapkan emosi menjadi lirih saat mengucapkan kalimat terakhir itu.

Kenapa gue ngasih tau semuanya? Dan lo kok jadi nembak Daniel gini? Bego banget sih lo.

Seketika aku melepas pelukan Daniel dan menatapnya lekat-lekat

Gue harus cepet-cepet pergi dari sini. Duh bego banget sih lo, Nay. Lo pasti ditolak lah. Jelas-jelas dia masih cinta sama mantan pacarnya.

Jangan lupa tinggalin vote & comment yaa :)

Love Is PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang