Be Mine

5K 851 26
                                        

"PRILLL...."

"Lintanggg...."

Lintang berlari memeluk sahabatnya itu saat melihat Ali membawanya keluar dari dalam gudang tua yang menjadi tempat penyekapannya.

"Lo nggak papa 'kan Prill? Maaf ya gue kelamaan datengnya."

"Nggak papa Lin, untung Ali datang tepat waktu, hampir aja Oscar berbuat yang enggak-enggak ke gue." Ucap Prilly lirih, ia masih lemas karena disekap hampir 1 hari.

Lintang menutup mulutnya terkejut saat melihat kondisi pakaian Prilly yang sudah koyak, untung saja ada blazer milik Ali yang menutupi tubuh mungilnya.

"Thanks ya Li." Ucap Lintang pada Ali.

"Sama-sama Lin, lagian, udah jadi kewajiban gue buat ngelindungin Prilly, thanks juga lo udah sangat membantu."

"Gue yang harusnya makasih sama kalian berdua, kalau nggak ada kalian, nggak tau deh gue jadi apa sekarang." Ucap Prilly dengan suara memelan dan kepala menunduk.

Ali merangkul pundaknya erat, memberikan kekuatan agar Prilly lebih tenang. Kejadian malam ini cukup membuat jantungnya jedag jedug, apalagi Prilly, yang adalah korbannya.

"Li, malam ini, biar Prilly tinggal sama lo dulu ya, kasian, dia pasti trauma dan ngerasa nggak aman." Ucap Lintang membuat Prilly dan Ali sedikit kaget dan saling pandang.

"Oh... nggak masalah, dia bisa ... ke tempat gue dulu, itupun kalau dia mau."

"Pasti lo mau 'kan Prill? Gue percaya kok sama Ali, dia bakalan selalu jagain lo, besok gue anterin baju-baju lo ke tempat Ali, kalau lo udah tenang, baru lo boleh pulang!"

Prilly hanya mengangguk lemah, pandangannya masih kosong, tubuhnya pun masih terlihat gemetar.

"Li, gue titip Prilly ya, jaga baik-baik, kalau lo sama kaya Oscar, gue pastikan besoknya lo udah sampe neraka!" Ancam Lintang dengan menahan tawanya.

"Itu bukannya kata-kata gue ya tadi buat si bangsat itu? Tenang aja, gue bisa jamin Prilly aman sama gue." Balas Ali yakin.

Pandangan mereka beralih ke arah pintu gudang, polisi menggiring Oscar dan beberapa kawanannya menuju mobil tahanan, saat mata Oscar melihat sosok Prilly dengan tajam dan penuh dendam, Prilly bergidik ngeri dan menyembunyikan tubuhnya dalam pelukkan Ali yang dengan sigap menarik tubuhnya untuk berlindung pada Ali.

"Bangsat emang sih Oscar, semoga dia dihukum seberat-beratnya!" Kutuk Lintang geram.

"Kita serahin aja semuanya sama polisi, nanti kamu harus siap ya diminta jadi saksi." Ucap Ali lembut mengusap wajah Prilly yang masih ketakutan.

"Iya...."

~~~

Prilly terduduk di sofa besar berwarna putih di tengah ruang appartment di lantai 12 itu. Pemandangan kota Jakarta yang dipenuhi lampu berwarna-warni membuat Prilly menjadi lebih tenang.

Ia memandangi baju kebesaran milik Ali yang dipinjamkannya untuk Prilly kenakan malam ini, rambutnya masih basah karena baru saja ia keluar dari kamar mandi, setelah hampir 1 jam membersihkan tubuhnya di kamar mandi milik Ali.

"Ini, biar hangat." Ucap Ali memberikan secangkir teh hangat pada Prilly.

"Thanks Li." Jawabnya pelan menerima cangkir dari tangan Ali.

Ia sempat terkejut saat Ali menarik kakinya dan meletakkan di atas pangkuannya, melebarkan selimut yang ia bawa di tangan kirinya dan menutupi kaki Prilly agar tidak kedinginan.

"Kamu pasti capek, tadi aku liat kamu diikat di kursi, jadi biar aku pijit, setidaknya ngurangin rasa pegelnya." Ucap Ali meminta ijin.

Prilly mengangguk ragu. Perlahan Ali memijit kaki mungil Prilly yang tertutup selimut, tanpa menyentuh kulit Prilly sama sekali.

Prilly merasa nyaman dan akhirnya membiarkan Ali memijit kakinya yang memang terasa sangat pegal.

"So... kamu panik dong pas dapet kabar aku kecelakaan?" Sindir Ali menahan senyumnya.

"Ehmmm... gimana ya, siapapun temen aku yang dikabarkan kecelakaan pasti aku panik." Kelit Prilly menutupi rasa malunya.

"Kalo care bilang aja kali Prill, 'kan nggak bayar ini." Canda Ali lagi.

"Ge er ah, aku mah emang care orangnya, ke semua orang."

"Oh gitu, ya udah deh, berarti cuma Lintang yang care sama aku beneran."

"Hah? Lintang? Kok bisa?"

"Ya nggaj tau, liat aja tadi dia panik banget dan minta aku nggak ke sana sendirian."

'Apaan sih Lintang, kok pake acara care sama Ali' Batin Prilly menggerutu sambil mendengarkan cerita Ali.

"Trus? Kamu suka? pacarin aja." Jawab Prilly ketus lalu menyeruput kembali tehnya yang masih hangat.

"Aku nggak bilang gitu lho, lagian Lintang 'kan udah punya pacar juga."

"Kalau aku masih punya pacar, emang kamu nggak mau usaha untuk tetep deketin aku?"

Ali menghentikan aktivitasnya, menatap mata Prilly dalam dengan senyum penuh arti. Ia menarik tangan Prilly pelan dan mendekatkan wajahnya pada Prilly.

"Kalau yang ini, aku cukup bilang, putusin pacar kamu sekarang, kita nikah besok " Ucapnya mantap membuat jantung Prilly hampir loncat dari peraduannya.

Prilly menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kamu berani nggak? Ah, paling juga kamu nolak aku, jomblo aja kamu nggak mau terima cinta aku, apalagi ada pacar." Ucap Ali merendah.

Prilly meletakkan cangkir di tangannya ke atas meja, melipat kedua tangannya di depan dan menatap Ali penuh senyum.

Pria itu masih fokus memijiti kakinya.

"Kasih aku alasan kenapa aku harus terima cinta kamu?" Tanya Prilly tiba-tiba.

Ali terheran menoleh ke arahnya, mengerjapkan mata berkali-kali menelaah ucapan Prilly barusan.

"Ehhmm... apa ya, ehmmm..., " Ali memutar otaknya mencari jawaban yang tepat.

"Kamu aja nggak bisa kasih alasan kenapa aku harus terima kamu, gimana aku bisa balas perasaan kamu?" Tantang Prilly lagi.

Ali menghela nafasnya berat, kali ini ia meletakkan tangan kirinya ke atas sandaran sofa dibelakang tubuh Prilly, ia mengurangi lagi jarak antara mereka, hingga bibirnya dapat meraih telinga Prilly untuk berbisik.

"Gini ya Princess Prilly, cinta itu nggak butuh alasan, selama mata kamu memancarkan cahaya bintang dan bunga-bunga waktu ngeliat aku, artinya, kamu itu udah jadi milik aku." Bisiknya pelan lalu mencium pelipis Prilly singkat.

Gadis itu menahan senyumnya sekuat tenaga, menatap Ali penuh umpatan.

'Curangggggg...k enapa sih Li, lo selalu bisa bikin gue mati kutu, kalah telak, dan nyerah dengan mudah... huffttt' Batinnya meradang.

Ali tersenyum menggigit bibir bawahnya puas, rasanya tak perlu jawaban lagi dari bibir Prilly, matanya sudah mengungkapkan semuanya.

"Tidur gih, udah malem, jangan sampe pertahanan aku jebol liat kamu di samping aku senyum-senyum gitu!" Ucap Ali menggendong tubuh ringan Prilly ke atas tempat tidur dan menyelimutinya.

Prilly hanya terdiam kaku, bingung harus berbuat apa.

"Tidurrr...." Ucap Ali lagi menutup kedua kelopak mata Prilly dengan tangannya lalu mematikan lampu besar hingga lampu tidur saja yang menyala.

Ali mengambil bantal dan merebahkan tubuhnya di atas sofa tempat Prilly duduk tadi dengan menggunakan selimut yang ia kenakan pada Prilly.

"Good night... Sayang." Ucapnya terakhir kali sebelum akhirnya menutup matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Sedangkan Prilly, ia terpaksa menutup mukanya dengan selimut agar Ali tidak melihat wajahnya yang memerah karena tersipu dan rona bahagia saat Ali menyebutnya sayang.

'Arrrrghhhh... gue bisa gila iniii....' Teriaknya dalam hati sambil menggigit selimut kuat-kuat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mamita ♥

For More LoveWhere stories live. Discover now