It Was Always You

4.6K 846 30
                                    

Lintang baru saja turun dari taksi dan matanya terfokus pada mobil yang sangat dia kenali. Lintang berjalan melangkahkan kakinya, namun langkahnya terhenti saat seseorang mencekal tangannya.

Otomatis tubuh Lintang berbalik dan menatap laki-laki di hadapannya dengan pandangan mencemooh lalu dengan berani dia menghempaskan kasar tangan yang tadi mencekalnya hingga terlepas.

Lintang menatap laki-laki itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Senyum-senyum mengejek, Lintang melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul dua belas siang. Dia memang akan makan siang namun sepertinya selera makannya hilang melihat laki-laki di hadapannya. Rasanya Lintang ingin menampar laki-laki tersebut jika tidak ingat tempat umum.

"Bisa kita bicara?" Tanya laki-laki itu. Lintang berdecih sambil tersenyum miring.

"Mau bicara apa lo sama gue?" Tanya Lintang sinis.

"Sambil makan siang. Nanti gue anter lo balik ke kantor." Tawar laki-laki itu.

"Gue nggak se-kere itu."

Tanpa banyak bicara, Lintang langsung memasuki restaurant yang ternyata sudah hampir penuh. Dia langsung menuju meja kosong yang sialnya hanya tersedia untuk dua orang saja. Dengan santai, Lintang duduk bersamaan dengan laki-laki itu. Setelah memesan makanan, Lintang menatap laki-laki yang ada di hadapannya. Dan seolah mengerti tatapan Lintang, laki-laki itu pun berdehem dan memperbaiki duduknya.

"Lo tau gue udah nggak sama Prilly lagi 'kan?" Tanya laki-laki itu yang tak lain adalah Oscar.

"Lebih dari itu." Jawab Lintang seadanya.

"Apa bener Prilly udah punya cowok? Gue habis ketemu dia sa-"

"Ali." Lintang memotong ucapan Oscar. "Namanya Ali dan kalo lo tanya, apa Prilly sama dia udah pacaran atau belum?? Gue cuma berharap Prilly sama Ali pacaran." Cecar Lintang menekan kata pacaran membuat Oscar menatapnya bingung dan sedetik kemudian tertawa meremehkan.

"Gue tau Prilly kali. Dia itu cinta dan masih cinta sama gue. Itu cuma akal-akalan aja 'kan? Palingan juga dia temen kantor kalian." Lintang ingin rasanya menyiramkan air yang ada dalam vas bunga di hadapannya, namun dia masih memiliki akal sehat untuk tidak melakukannya.

"Dan lo juga nggak tau 'kan gimana masa lalu Prilly?" Itu bukanlah sebuah pertanyaan melainkan ejekkan kepada Oscar.

"Maksud lo?"

"Ali adalah masa lalu Prilly yang lo ataupun gue nggak ketahui. Dan kalo kata lo, lo tau banget soal Prilly? Rasanya gue tabu banget sama kata-kata lo. Karena gue yang satu atap sama dia aja nggak tau, apalagi lo?" Lintang tertawa kecil seolah membalas ejekan Oscar, membuat Oscar membulatkan matanya tidak percaya dengan ucapan Lintang.

"Gue nggak minta lo percaya sama gue. Tapi lo bisa lihat sendiri."

Saat itulah Oscar baru menyadari satu hal. Yaitu tatapan Ali kepada Prilly. Tatapan yang pernah dia berikan untuk Prilly, tatapan penuh cinta.

Melihat wajah Oscar yang mendadak pucat membuat Lintang tertawa puas dalam hati. Lintang tidak ingin sahabatnya kembali sakit hati dan jatuh ke lubang yang sama. Dan semoga dengan ini, Lintang bisa membuka mata Oscar karena dia sudah salah melepaskan Prilly.

***

Ali menatap gadis yang sekarang tidur di pahanya. Wajahnya yang damai, wajahnya yang mulus tanpa celah dan wajahnya yang semakin cantik dari duapuluh tahun yang lalu. Dengan hati-hati Ali mengelus wajah Prilly dengan lembut takut mengusik tidurnya. Diam-diam, Ali memotret wajah Prilly beberapa kali dan yang terakhir ada foto berdua dengannya. Ali tidak menyia-nyiakan detik waktunya bersama dengan Prilly. Dengan sedikit ragu-ragu, Ali mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly dan...,

For More LoveWhere stories live. Discover now