Sinar matahari menyelusup masuk melalui celah-celah gordeng kamar, menembus kaca jendela dengan warna perak keemasannya. Tidak terlalu mengusik hanya memberi kesan sedikit hangat pada kamar di pagi ini. Semalam hujan rintik seolah bernyanyi mengiringi mimpi indah yang Prilly alami.Petikan dawai gitar berpadu dengan lembutnya usapan angin di pagi hari membuat Prilly terpaksa membuka mata, rasa kantuk dan lelah seolah menari-nari di kepala. Seulas senyum terukir di bibirnya, semalam Ali bilang "sayang" pikirannya berlari jauh terbang bersama rasa bahagia ditambah lagi jantungnya yang berdegup kencang seperti musik disco, ah Ali paling bisa membuat Prilly mati kutu dengan ucapan dan sikapnya. Sederhana sih tapi ngena di hati, nggak romantis tapi bikin lupa diri, nggak aneh tapi yang pasti nggak bakal bisa lupa.
Prilly menggigit bibir bawahnya gemas mengingat tadi malam Ali menggendongnya, kebayang kalau nikah pasti digendong. Apalagi malam pertama.
"Astaga Prilly, otak lo ketinggal di gudang apa ya? kok bisa mikir nikah? apalagi malam pertama... ahhh Lintang gue kenapa?" Batin Prilly .
***
"Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu...
aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu...
karena langkah merapuh tanpa dirimu
oh karena hati tlah letih...."Suara lembut itu berpadu dengan syahdunya petikan senar gitar, mengusik Prilly untuk turun dari ranjang. Berjalan ke arah sumber suara, bibir Prilly menyunggingkan senyum manis yang terpahat secara alami, menarik garis berlawanan hingga lengkungan senyuman itu tak kunjung pudar. Dari balik kaca terlihat Ali sedang duduk di kursi balkon kamar, menatap ketimur langit seolah menjawab sapaan hangat sang surya. Mendekap sebuah gitar sambil terus memetik dawai-dawai yang mengalunkan nada-nada indah yang berpadu dengan suara merdu milik Ali.
Perlahan Prilly mendorong pintu pelan-pelan, berjalan mendekati Ali tanpa Ali ketahui.
"Aku ingin menjadi sesuatu yg selalu bisa kau sentuh...
aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu...
tanpamu sepinya waktu merantai hati
oh bayangmu seakan-akan...
kau seperti nyanyian dalam hatiku...
yg memanggil rinduku padamu...
seperti udara yg kuhela kau selalu ada
hanya dirimu yg bisa membuatku tenang...
tanpa dirimu aku merasa hilang
dan sepi, dan sepi...
selalu ada, kau selalu ada...
selalu ada, kau selalu ada...."***
Prok prok prok
Prilly bertepuk tangan saat Ali mengakhiri lagunya.
"Hei udah bangun, suara aku kekencengan yah?"
"Enggak kok, merdu suaranya. Lagu nya dalem banget yah? Dealova."
Ali tersenyum memperhatikan penampilan Prilly yang mengomentari nyanyian Ali, kemeja kotak-kotak kebesaran milik Ali seolah menelan tubuh mungilnya. Berdiri dengan kaki telanjang sambil menatap Ali dan berceloteh tentang lagu Dealova, Ali tak ingin berkedip rasanya. Prilly begitu cantik pagi ini, ralat selalu cantik kapanpun.
"Aaah Ali mah... nggak dengerin aku ngomong malah senyam senyum kaya orang gila."
"Emang."
"Emang? Kamu bener gila Li? Oh Tuhan, mana sini aku cek panas enggak?" Tanya Prilly berjalan ke arah Ali sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Ali.
"Mana nggak panas kok? Apa jangan-jangan kamu kesambet setan di gudang Li?"
Ali hanya terkikik geli memperhatikan tingkah gadis mungilnya, yang mengira Ali kesambet, "Yakali orang ganteng kesambet setan, yang ada kesambet kamu." batin Ali.
" Ahaha modus 'kan? Cie perhatian cie... cie pipinya merah hahaha."
" Ih apaan modus, Ali mah rese' udah ah aku pulang aja." Prilly pura-pura marah menghentakan kakinya lalu berbalik, sesaat sebelum sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Sambil mengulum bibirnya Prilly berbalik menatap Ali.
"Kenapa?"
"Mau pulang? Emang bawa uang?" Tanya Ali, Prilly menggigit bibir bawahnya menggeleng polos.
"Haha udah ah sini, jangan ngambekan Princess!" Ujar Ali menarik Prilly hingga terduduk dipangkuannya.
Prilly terpekik kaget saat ia sadar terduduk di pangkuan Ali, jantungnya berdegup kencang rasanya seperti akan meledak dalam detik ini, apalagi melihat Ali yang sedang menatapnya seperti ingin menerkamnya.
"Loh kenapa tutup mata?"
"Maluu jangan digituin liatnya!!!" Rengek Prilly manja. Ali terkekeh pelan rasanya ingin menggigit pipi chubby Prilly yang merona saat Ali goda.
"Enggak kok, ayo buka matanya!"
"Gak mau...."
" Ya udah nggak mau buka mata aku cium nih." Ancam Ali, refleks Prilly membuka matanya melotot menatap Ali yang seperti menahan tawa.
"Nggak mau banget kayanya aku cium."
"Apaan sih cium-cium." Jawab Prilly seraya bangkit tapi Ali lebih dulu menahannya.
"Ali ihh aku mau mandi."
"Bentar aja, ya!" Ujar Ali sambil merengkuh bahu Prilly memeluknya erat hingga Prilly bersandar di dada Ali, lalu tangan Ali beralih meraih dagu Prilly sedikit menariknya ke belakang berhadapan dengan Ali.
Saling menatap perlahan Ali mendekatkan wajahnya, nafasnya berbaur mata Prilly terpejam terbius dengan tatapan tajam nan kelam yang kian lama kian mendekat. Hingga sesuatu yang basah dan lembut menempel sempurna di bibirnya.Oh, God ini ciuman di pagi hari, ditemani angin pagi serta sapaan hangat sang surya yang berdiri angkuh 45 derajat dilangit timur.
Mata Prilly terpejam erat, sesuatu dalam tubuhnya bagai tersentuh jutaan volt yang bisa membuatnya terbang ke langit ketujuh, paru-parunya seolah berhenti mengembung dan mengempis apalagi ketika Ali menyelusupkan lidahnya menyesapi setiap inch bibirnya, mengulumnya pelan hingga rasanya jutaan kupu-kupu akan meledak dari perutnya."Oh Mama... Ali menciumku." Batin Prilly.
***
"Dih buset pagi-pagi lo senyam-senyum sendiri kenapa lo? apa jangan-jangan semalem lo abis ehem-ehem lagi sama Ali? ngaku lo!"
Tuk!
"Adaaww!!!"
Sebuah sendok mendarat sempurna dijidat Lintang, Prilly menatapnya horor, setelah melayangkan sendok Prilly kembali tersenyum manis.
"Ih gila ya, pagi-pagi senyam-senyum nggak jelas, ditanya malah mukul pake sendok!" gerutu Lintang.
Pagi tadi setelah Ali pamit pergi kerja, Ali menelpon Lintang untuk menemani Prilly yang sendiri di apartemennya. Jaga-jaga takut Prilly seperti semalam yang tiba-tiba menangis kencang dan berteriak minta tolong, membuat Ali panik setengah mati. Untung saja Prilly hanya mimpi buruk dan mengigau mungkin Prilly masih mengalami trauma atas kejadian kemarin. Walau tadi pagi Prilly tampak ceria seolah semalam ia tak mengalami apapun, tetap saja Ali khawatir.
"Aah lo ganggu aja deh, udah makan tuh nasi gorengnya nggak usah bawel."
"Ishh dasar Emak Lampir lo, nasi gue udah abis kapan taun. Noh punya lo malah dicakar pake sendok dikira nasinya berubah jadi Ali pake disenyumin segala lagi."
Hah masa sih? Prilly menunduk menatap sepiring nasi goreng miliknya yang ternyata masih utuh.
"Hehe...." Cengir Prilly.
"Nyengir lagi lo... eeh ntar dulu ada yang bel tuh siapa pagi-pagi bertamu di mari?"
Prilly menggelengkan kepalanya, lalu bangkit dari kursi berjalan kearah pintu.
Kriieeet!!
Mata Prilly membulat sempurna, jantungnya seolah pindah ke lutut, dalam hitungan ketiga bibir Prilly seolah kelu berucap,
"Ka... ka... mu?"
********
by Miss Drama Queen.
YOU ARE READING
For More Love
FanficPatah hati adalah akhir pahit dari sebuah percintaan. Hampir setiap orang merasakannya, begitu pula dengan Prilly. Ia harus menahan rasa sakitnya ketika diputuskan sebelah pihak oleh Oscar, kekasihnya. Ia gagal move on dari pria tak beradab itu. Nam...