Safe and Sound

4.9K 873 53
                                    

Ali bersama Lintang terus berputar mencari keberadaan Prilly bahkan hingga malam menjelang. Meski Lintang sudah memintanya untuk melapor pada Polisi, Ali belum juga setuju. Ia khawatir terhadap keselamatan Prilly jika ia gegabah dan melibatkan Polisi.

"Dulu di mana Prilly sering kencan sama Oscar Lin?" Tanya Ali sambil terus mengitarkan pandangannya ke jalanan.

"Aduh, gue nggak terlalu mantau tempat mereka nge-date sih Li, cuma Prilly itu kalo pamit ya cuma makan, nonton, jalan-jalan ke taman."

"Prilly denger kabar tentang gue kecelakaan di deket taman 'kan? Itu tempat Prilly mulai nggak bisa dihubungi. Coba lo telepon Prilly lagi."

Lintang mengangguk sambil meraih ponsel miliknya yang ada di dalam saku. Ia coba men-dial nomor Prilly.

Maaf, jurusan yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

"Nihil, Li." Desah Lintang kecewa.

"Lo tau sejauh mana soal Oscar? Ceritain ke gue." Ucap Ali masih berusaha tetap tenang.

"Rumahnya di daerah Kemang. Dia sama Prilly udah pacaran semenjak mereka kuliah. Nama lengkapnya Oscar Alexandre, keturunan Makassar."

"Namanya kayak karakter kartun." Ledek Ali tak ayal membuat Lintang menahan tawanya.

"Itu Oscar yang keren Li, pengisi suaranya aja Will Smith."

"Lhah, Oscar yang ini nggak keren?" Tanya Ali menjebak.

"Dia keren kalo tetep setia sama Prilly. Keren itu kayak lo ke Prilly, menjaga, menghormati dan menyamankan. Iya 'kan Pangeran Yaman?" Goda Lintang memancing.

"Gue bukan Yaman. Yang gue lakuin buat Prilly itu adalah cara gue mencintai perempuan. Bukankah kayak gitu seharusnya?" Balas Ali merasa tersanjung.

"Sama aja, ada Arabnya juga. Iya sih, tapi nggak semua cowok kayak lo. Liat Oscar, dia masih idup bareng ortunya aja udah berani nyakitin perempuan. Apalagi kalo sukses kayak lo?"

"Ukuran lo nggak baku Lin. Sukses atau enggak bukan menjadi penentu perlakuan seorang lelaki pada perempuan. Apalagi perempuan itu berharga di hatinya. So, apa kerjaan Oscar?"

"Pengangguran sekaligus mahasiswa abadi. Gue nggak tau sih kenapa dia nggak lulus-lulus. Cuma Prilly bilang dia ada kerjaan yang harus diselesein. Mungkin bisnis bokapnya kali." Jawab Lintang mengingat-ingat.

"Bisnis apa?"

"Kalo nggak salah properti sama garmen."

"Punya banyak gudang yang beroperasi di sekitar sini dong ya?"

"Bisa jadi Li. Apalagi garmen." Lintang membenarkan kesimpulan Ali.

"Gue dapet titik terang. Kita minggir dulu, gue mau telepon asisten gue." Ali menyalakan lampu signnya ke sebelah kiri dan meminggirkan mobilnya.

"Van, gue butuh informasi tentang semua pabrik garmen dan properti yang beroperasi di Jakarta. Fokusin ke yang bangunannya udah berdiri lebih dari sepuluh tahun, dan jauh dari pemukiman warga. Oh ya, kalo lo bisa nembus informasinya, ambil yang pemiliknya ada hubungannya dengan Makassar." Ucap Ali berbicara dengan ponselnya.

"...."

"Oke. Gue tunggu secepatnya."

Ali menutup sambungan teleponnya dan tersenyum pada Lintang yang menatapnya bengong.

"Evan. Asisten gue, sekaligus orang yang ngambil alih kerjaan gue kalo gue ada perlu yang mendesak." Jelas Ali seolah menjawab kebingungan Lintang.

For More LoveWhere stories live. Discover now