Albus. peri pelindung pertama. benar benar ramah. pantas Flavis, Brunneis, Viridis, Purpura, Rubrum, Rosea dan Gray sangat sayang padanya. Brunneis dan Flavis jadi bertindak seperti anak kecil.
"hey ayolah....... Brunneis, Flavis................. berhentilah menangis......... kalian seperti anak tk."sindir Purpura
"DIAM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"jerit mereka berdua
aku tergelak. benar benar.........
"Purpura benar......... kalian seperti anak tk kalau begini............... lagipula, sekarang kalian kuat. kalian bisa melindungi Albus, kan?"
Brunneis dan Flavis mengusap air mata mereka.
"kau benar. pokoknya, untuk sekarang, kita harus menjadi kuat! kita harus melindungi Frater!!! setuju?!"
"yeah!!!"
"tapi, aku harus kuat juga,kan?"
Flavis melirikku dan menyeringai tajam. tengkukku basah oleh keringat dingin. dia mau apa? Flavis berdiri seraya membersihkan roknya.
"Flavis.......... kau serius?"
"tentu saja, kak."
serius apa????????? tiba tiba Flavis melompat kearahku lalu mencium bibirku. jangan jangan contractus............................. sebenarnya, contractus juga begini. ya. pasti contractus. tapi kenapa lama lama? apa memang begini?
"Flavis............... kau terlalu lama. contractus hanya 5 detik dan kau telah menciumnya selama 1 menit."
Flavis terlihat tidak peduli. lha...... kan udah selesai. kenapa masih dilanjutin? ia melepaskan mulutku lalu duduk di antara aku dan Rosea.
"habis, sensasi bibirnya enak. jadi nggak tega................."
kurasa aku berada di akhir hayatku. SENSASIKU?????????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ENAK?????????????????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! YA TUHAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"ka, kalau pembagian tenaga?"
"dua detik. tapi, Aura menciummu selama 30 detik."
"KATAKAN AKU MATI SURI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"eh? kenapa?"
"rasanya seperti di surga.........................."
para lelaki selain aku terdiam dengan muka bete.
"namanya ciuman peri ya jelas. lagipula, para peri pasti cantik dan tampan. itu jelas."terang Albus
aku mengangguk dengan muka polos, sepolos kertas yang belum ternodai sedikitpun. aku berdiri.
"ok. kurasa aku harus mengerjakan p
"sudah saya kerjakan tadi malam."
eh?"
aku membeku dan menatap Brunneis yang tetap tenang seraya menyeruput tehnya.
"memang benar semua?"
"anda tidak bisa fisika, bukan? daripada nilai anda E lagi, saya yang kerjakan. nilainya B keatas."
what?!
"nan, nanti emang gurunya percaya kalau aku yang ngerjain?"
Brunneis menyeringai tajam.
"ia tidak akan percaya untuk pertama kalinya. tetapi, bilang saja kalau itu karena di rumah lebih nyaman belajarnya, jadi dapat mengerjakan dengan benar. masalahnya, sifat anda terburu buru setiap pelajaran fisika dan matematika."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mechanical Fairies
FantasyAku orang Bandung biasa. tapi............. entah keajaiban tuhan dari mana, aku bertemu orang orang yang benar benar keren dan membawa cerita sihir dalam hidup datarku. lumayanlah. ttapi, rupanya itu sekaligus membuatku tahu bahwa aku dalam bahaya b...