Consilium

9 0 0
                                    

aku menatap kak Albus yang sedang fokus menonton televisi.

"kak..................."

"apa?"

"bosen...................."

"belajar sana."

"males..........................."

"..."

"kakak....................."

"..."

"ih, si kakak teh nyak!!!!!!!!!!! nyebelin..............."

"memang."

aku meninju bahu Albus sekuat tenaga dan dia tetap diam bergeming. malah tangan aku yang rasanya kayak baru ninju beton. akit...............

"kakak......................"

"bawel. tidur sana."

"belum ngantuk.................."

"ngantuk ngantukin aja...."

ni abang abang mukanye datar wae geura............ lagipula mana ada ngantuk ngantukin.....

"nggak bisa............"

"salah sendiri."

seluruh amarahku benar benar meluap................. aku menendangnya namun ditahan dengan tahan kosong. akhirnya dia menoleh.

"kamu ini mirip Ruby, yah. kesel dikit, pukul. kesel dikit, tendang. kayak kembar aja."

"tidak!!!!!!!! setidaknya aku bukan playboy kayak dia!!!!!!!!!!!!!"

"hhhhhh................ yang penting intinya sama."

"apa?"

"certamine."

"????????"

"diperebutkan."

aku melipat tangan di dada. jahat. sejak kapan aku diperebutkan. aku cuma punya dua orang kok. Brunneis sama Flavis. Brunneis sebagai penjagaku dan Flavis sebagai contractor sekaligus pacarku. tidak bisa direbut rebut. kak Albus mendadak memelukku dan mengusap rambutku.

"aku akan menjagamu. tidurlah, Yugo."

tangan hangatnya benar benar membuatku teler berat.

"tidak! aku mau begadang!!!!!!! kak Albus curang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"shh..............."

aku dapat merasakan bibir hangatnya mengecup keningku. ia masih mengusap usap kepalaku dengan lembut. mataku jadi ngantuk berat............................... benar......... benar...................

zzzzzzzzzz...................................

*

aku membuka mataku perlahan. lensaku langsung bertemu iris putih. senyuman tersungging di bibirnya yang berwarna merah muda. aku tertawa kecil.

"kakak cantik............"

"kamu masih teler yah?"

"eh?"

aku bangkit dan mengucek mata. beneran deh. usapan itu membuatku teler berat. orang kecanduan narkoba, aku kecanduan usapannya kak Albus nih.............

"kakak.............."

"ya?"

"lagi......................"

"hey ayolah.............. jangan tidur saja........... mandi sana, lalu sarapan, sikat gigi, bersihkan rumah, siapkan seragam, dan setrika jemuran."

"awwhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh."

"jangan mengeluh....... cepat! nanti kamu boleh kesini lagi."

aku berjalan gontai dan menjalankan seluruh perintahnya. menjelang siang, aku baru selesai. aku mendekati sofa dan menjatuhkan kepalaku di pangkuannya sementara membiarkan tubuhku tergeletak memanjang di sofa. ia terbangun dari tidurnya dan menatapku bingung.

"apa?"

"lelah...................."

kak Albus mengusap lembut rambut hitamku yang sedikit basah oleh keringat.

"sini. jangan selonjoran begitu."

"ok, kalau begitu,"ketusku dengan nada jengkel yang dibuat buat. aku duduk di pangkuannya dan bersender padanya. udara salju yang sejuk menyambutku dengan baik. mendadak seseorang terduduk di samping kami.

"halo, manis. sedang bermanja manja dengan kakakmu, hmm????"

pipiku merona malu. aku menggunakan outer kak Albus untuk menyembunyikan wajahku.

"yah.......... akhir akhir ini dia sangat manja............... ada apa?"

"kalian tak akan pacaran di depanku, bukan???"

"tentu saja tidak, manisku Yugo. kami membahas rencana pertahanan, mendengar Nigra dan Galaxia mulai mengetahui letak pastimu. yakni, kota ini."

"oh................. katamu kamu tidak bisa apa apa."

"aku bisa berfikir. jahat................."

aku menjulurkan lidahku nakal dari balik outer kak Albus. lelaki itu mendadak menaplok kepalaku.

"lanjutkan informasinya. anak kecil pengganggu.........."

"HEY!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"jadi, menurut hasil penelitianku, Nigra dan Galaxia yang awalnya bermusuhan kini bekerja sama dengan Hyacintho dan Indicum. mereka berempat akan mengadakan sebuah serangan pelumpuh. dan salah satunya...................."

"......"

"......"

"mengendalikan Ruby."

kak Albus sedikit tersentak.

"pantas dia mulai susah diatur. ini buruk."

"Aura tidak bisa mengembalikan Rubrum?"

"kau mau terulang lagi waktu waktu sebelum kau dan Flavis pacaran???"

"enggak."

"ya enggak bisa. aku bukan mengatur satu orang, melaikan satu dunia. aku harus mempertimbangkan segalanya. tidak bisa asal mengembalikan. kalau aku seperti itu, bisa bisa datang perang dunia ke-10. mau?"

"enggak."

"ya udah. makanya. anak kecil diam aja."

aku memajukan bibirku 2 senti. aku bergerak untuk meninjunya namun ditahan kak Albus.

"lepas!!!!!!!!!!!!!! Aura menyebalkan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! aku sudah besar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"shh......... diam.................."

"dengar yah, Aura!!!!! aku sudah mimpi basah!!!!!!!!!!!!!! aku sudah besar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

kak Albus dan Aura terlihat terdiam dengan bete.

"apa?"

"wanita tidak wajib tahu hal pribadi pria, adikku........"

"oh. aku hanya memproklamasikan bahwa aku bukan anak kecil lagi. apa salahnya??????"

"kau kelewat polos, bocah aneh............"

"ya..................................................................."

"biar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

kak Albus mendadak berdiri yang otomatis membuatku jatuh.

"aduh.......... apa kak??????"

"bukan hanya Ruby. sekarang, Grays juga mulai terambil alih. begitulah kata Brunneis. sekarang dia sedang menghadapi mereka berdua bersama Purpura dan Rosea. dan kali ini.......... di belakang pengendalian.................. Indi."


Mechanical FairiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang