Bagian 3

203 19 0
                                    

Handphoneku berdering ketika aku merebahkan tubuh. Mengganggu memang, tapi mungkin itu penting.
Aku mengangkat telepon yg entah dari siapa. "Kalau gak jawab, gue matiin nih." ancamku. "Eh, jangan. Masa lo lupa sama suara gue..".
"Sorry, gue lupa. Ini siapa ya?". "Udh gak ketemu 3 bulan, bikin lo pikun ya!." . tunggu dulu. Dia adalah...
"Derry ya?! Ih, lo apa kabar? Gue kangen. Gimana sama sekolah lo di aussie?" berondongku penuh kerinduan. "Hahaha, baik-baik aja kok vio. Lo apa kabar? Masih suka ngemil kwaci?". Katanya kemudian.
"Baik juga. Haha, masih dong. Gak akan berubah itu mah."
Percakapan via telepon itu berlangsung cukup lama hingga telingaku merah. Derry adalah sahabatku satu-satunya. Kami sudah bersahabat selama 10 tahun, terhitung sejak kami berusia 6tahun. Hubungan kami sangat dekat, aku menganggapnya sebagai kakakku sendiri. Banyak yg mengira kami menjalin hubungan. Menjalin hubungan? Aku saja tak pernah pacaran.
****
"Liat pr biologi." ucap seseorang dengan tatapan dingin. Lelaki itu lagi. Aku bosan dan muak sekali melihatnya.
"Gak!." seruku dengan mata melotot. Dengan cepat dia merampas tasku dan mengorek isinya. Mengambil buku biologiku.
"Pinjam. Nanti gue kembalikan." katanya. "Rese lo! Sini! Kembalikan!." aku mencoba merampas bukuku. Tapi, dia lebih tinggi dariku, sehingga sangat sulit meraihnya. "Jangan pelit dong!. Udah, lo duduk aja disana." dia mendudukkanku dibangku. Aku tak bisa berkutik. Dasar psyco.
****
Pelajaran sejarah berlangsung sangat cepat. Aku memperhatikan kata demi kata yang dilontarkan pak awi sambil mencatat hal-hal penting. Orang disebelahku hanya sibuk membaca komik inuyasha. Tertawa sendiri dan kadang bicara sendiri. Tapi, pak awi tak tahu hal itu.
Aku kembali mengarah kedepan. "Jangan serius amat. Cepat tua." usiknya. "Gue memikirkan masa depan. Gak seperti lo, pemalas!." sergahku. Dia tertawa getir.
"Belagu lo." jawabnya. Aku hanya diam dan tetap menulis pelajaran.
"Coba azka." azka mendongak kearah pak awi yg berada tepat didepannya. "Jelaskan apa yg saya bilang barusan. Syukurin! Seruku dengan isyarat bibir.
*****
Azka yg tak bisa melaksanakan perintah, dihukum lari 10 keliling lapangan basket yg cukup luas. Banyak siswi perempuan melihatnya bersimbah peluh. "Kerennn!!" ucap salah satu gadis disampingku. Keren katanya? Wajah berminyak seperti gorengan dibilang keren?!. Azka memandangku dengan sinis, aku menjulurkan lidah. Dia melanjutkan larinya yg tinggal 5 keliling lagi. Tak sadar, aku menghitung dari tadi. Kuputuskan untuk keperpustakaan. Membaca cerita menarik disana.

My Special PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang