Bagian 17

142 13 0
                                    

Tetaplah bersamaku, maka aku akan berhenti mencari kesenangan dunia.

Azka terjatuh dan pingsan hingga 3 hari. Ini hari ketiga dan dia belum siuman.

"Pleaseeee.... Bangun. Dan aku bakal ada disini selamanya." kataku menggenggam tangan lemah azka. Terbaring dirumah sakit dengan keadaan kritis.

Bangunlah azka!. Lihat aku disini.

"Viola..." sapa seseorang memegang pundakku.
*****
"Titipan azka." salsha memberikan kotak mirip kado berwarna kuning. "Buka kalau kamu kangen dia." tambahnya.

Aku teringat malam itu.

"Sejak kapan kamu tahu tentang penyakit aku?." tanya azka saat itu.

"Maaf." hanya kata itu yg terus kuulangi. "Aku cuma takut kehilangan kamu."

"Gak. Kamu pasti cuma kasihan kan sama aku?. Itu alasan kamu cinta sama aku!. Karena kasihan." ujar azka menyimpulkan.

"Gak.. Gak azka. Aku tulus... Aku..."

"Cukup!. Pergi, dan jauhi aku. Jangan pernah muncul dihadapan aku!." bentak azka kasar.
*****
"Kita hanya bisa berdoa." ucap dokter begitu keluar dari kamar rawat azka.

Aku menutup mulutku dengan jari jemariku, menahan tangis yg tak terbendung lagi.

Aku memutuskan untuk pulang. Terlalu menyedihkan jika berada dirumah sakit. Aku masih menangis dengan perasaan kacau.

Aku rindu kamu azka. Sangat-sangat merindukan kamu...

Kubuka bungkusan dari salsha tadi. 'Titipan azka'.

Foto-fotoku?.

Banyak terdapat fotoku disana.

Dear my lovely girl, viola arnandez stephanie...

Jakarta, 12 april 2015

Dari awal aku melihat wajahnya, aku telah menjatuhkan hatiku pada gadis cantik nan pintar itu. Viola, nama gadis yg sudah membuatku berubah 180° dari aku yg kemarin.

Tangisku meledak membaca itu. Foto itu, ternyata azka menyukaiku dari awal melihatku.

Jakarta, 15 april 2015

Bodohnya aku! Membuat dia sakit karena ulahku. Biarkan aku saja yg sakit, jangan dia. Aku menyayanginya melebihi nyawaku sendiri. Kehilangannya lebih mengerikan daripada kehilangan nyawaku sendiri.

Jakarta, 24 april 2015

Penyakitku bertambah parah. Dia tak boleh tahu. Aku tak ingin dikasihani. Aku masih kuat karena violalah alasabku untuk bertahan diambang kematian yg mengintaiku. Aku menginginkannya, dan kuharap, dia juga begitu.

Jakarta, 5 mei 2015

Aku sudah memilikinya. Stadium 4 atau stadium akhir kini penyakitku. Aku tak ingin mengecewakannya. Tolong aku tuhan...

Aku tersedu-sedu disudut kamar, tak sanggup melihat yg selanjutnya.

Ada handiecam disana. Kuputar video itu.

"Hai sayang... Viola my girl. Mungkin aku udah gak sadar sekarang, atau mungkin udah balik ke tuhan. But remember... I always in your hear"

"Kamu tetap yg terbaik." ucapku dengan bibir bergetar.

"Banyak yg gak aku ceritakan sama kamu. Datang ketaman dan lihat sendiri hadiahnya. Maaf viola kalau aku gak bisa sama-sama kamu selamanya."

Video itu selesai. Aku mengambil tas selempangku dan pergi ketaman.
******

My Special PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang