Bagian 15

155 13 0
                                    

Azka merengkuhku kepelukannya. Merangkulku didepan umum. Aku tak bisa berkutik. Dia sudah menjadi tunanganku. Dia pantas mendapatkan itu.

"Jadi, ini alasannya?," derry tiba-tiba muncul dihadapan kami. Azka berdiri mengahadapnya.

"Lo siapa?. Jangan coba-coba ganggu vio!." gertak azka sengak.

"Gue mantannya. Lo mau apa?." derry mengalihkan pandangnya padaku. "Jadi, kamu selingkuh dibelakang aku? Kamu khianati aku saat aku bener-bener sayang sama kamu viola!. Kamu membuat luka baru, setelah aku menyimpan perasaan selama 10 tahun." kata derry.

"Aku gak selingkuh. Kita udah putus der. Dari awal cinta aku bukan buat kamu, tp kamu tetap ngotot." kataku membela diri. Derry menggelengkan kepala dan berlari pergi.

Azka menggandengku dan mengajakku untuk hunting sebentar. Sebenarnya, aku tak ingin kehilangan derry. Dia sahabat terbaikku dari aku berusia 7 tahun.

"Gak dipirin. Yg namanya sahabat, pasti kembali lagi." ucap azka mengelus kepalaku. Tiba-tiba ia terbatuk-batuk. Aku mengelus dadanya dan mengoleskan minyak kayu putih dilehernya.

"Ya ampun!!." seruku melihat darah keluar dari mulut azka ketika batuk.

"Aku gapapa." dia meraih sapu tanganku dan mengusap bibirnya yg sedikit terkena darah. Ya tuhan, jangan ambil dia dari sisiku sekarang!.
*****
Aku menemani tante ira mengambil hasil rontgen azka.

"Parah bu. Azka sudah memasuki stadium 4. Kankernya kini menyebar ke pankreas dan empedunya. Virus itu juga mulai menyerang paru-paru azka." dokter menjelaskan kondisi azka. Aku menangis mendengarnya. Tubuhku bergetar.

"Apa azka bisa sembuh dok?." tanya tante ira sangat berharap.

Dokter menggeleng dengan wajah muram.
Tante ira tak kuasa menahan tangisnya hingga kami menangis bersama-sama.
*****
"Kenapa matanya bengkak?." azka menyentuh mataku lembut.

"Kurang tidur." jawabku singkat. "Kamu udah minum obat? Udah istirahat?." tanyaku khawatir.

"Kenapa tanya itu?. Aku baik-baik aja. Gak sakit." ucap azka curiga.

Jangan bohongi aku azka...

"Bagus deh... Hmm, kamu suka basket kan? Kita main yuk!," ajakku menarik tangan azka. Responnya aneh, dia seperti terkejut. Aku tahu, dia sangat tahu aku tak suka berolahraga apalagi main basket panas-panas. Dia menahan tarikanku.

"Jelaskan. Ada apa?." dia menekan pada frase terakhir. "Ayo, ngomong vio..." pintanya. Aku langsung memeluknya, menahan tangis di dada bidangnya. Tak menjelaskan apapun.

"Aku sayang kamu." ucapku.
"Aku juga sayang kamu." sahutnya tanpa tahu alasanku mengatakan itu.

Ada satu janji yg harus kutepati. Janji spesial yg mengikatku pada azka.

My Special PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang