#Eps. 6 _ Rif

1.6K 152 3
                                    

Sangat menyebalkan. Kenapa dia selalu ingin tahu semua urusanku? Apakah ada orang yang mengucapkan terima kasih padaku aku tidak boleh membalas ucapannya? Apa jika aku dekat dengan seseorang dia harus tau orang itu siapa? Memangnya dia itu siapa?

***

Pagi ini aku masuk kantor seperti biasa, tapi ada yang tidak biasa hari ini. Tidak biasanya Naya tidak bawel memintaku untuk menjemputnya. Biasanya dari jam setengah lima pagi dia sudah ribut menelponku membangunkanku sholat subuh dan memintaku untuk menjemputnya. Tapi hari ini negatif. Dia sama sekali tidak menelponku bahkan dari kemarin.

Okay, baguslah mungkin dia sudah lelah selama empat tahun ini mengejarku tanpa henti. Mungkin dia sudah sadar bahwa selama ini aku risih diperlakukan seperti itu terus olehnya. Akhirnya aku bisa bersantai hari ini tanpa ada orang yang bawel disekitarku. Aku masuk kedalam kantorku dan mulai membuka laptopku, mulai tenggelam dalam dunia pekerjaanku.

***

Aku berhenti sebentar dari pekerjaanku. Wuahh.. lelah sekali. Sudah berapa lama aku bekerja? Aku melihat jam tanganku, jam setengah tiga. Ohh, baru jam setengah tiga.

Hah? Jam setengah tiga? Kenapa tidak ada yang memberi tahuku sekarang sudah jam segini? Aku bergegas lari ke kamar mandi yang ada didalam ruanganku dan mengambil wudhu, bersiap melaksanakan sholat zuhur yang terlambat.

Selesai sholat aku mengambil ponselku dan menelpon delivery order karena ini sudah jam tiga sore. Tidak biasanya aku seperti ini, biasanya ada jam weaker berjalan yang mengingatkanku kapan waktunya sholat zuhur dan kapan waktunya makan siang. Kemana dia hari ini? Kenapa sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya?

Tidak lama kemudian, tukang delivery order yang mengantar makananku datang. Aku membayar pesananku dan menaruh makananku di meja kecil yang ada di ruanganku. Aku menyelesaikan pekerjaanku yang tinggal sedikit lagi dan setelah itu aku memakan makananku.

Selesai makan, pekerjaanku juga sudah beres. Aku mematikan laptopku dan membereskan mejaku, bersiap untuk pulang. Sebelum pulang aku menyempatkan mampir ke kubikel Naya untuk menanyakan ingin pulang bersama atau tidak.

Sesampainya di kubikel Naya, aku melihat mejanya sangat rapih seperti belum tersentuh oleh tangan manusia dari pagi. Aku malah melihat ada tumpukan berkas yang belum dikerjakan beserta post-it yang berisi pesan untuk Naya agar berkasnya segera dikerjakan.

Aku heran, kenapa meja ini kosong? Tidak biasanya Naya tidak masuk kerja mengingat selama empat tahun ini dia tidak pernah absen. Bahkan mengambil cuti sakitnya pun tidak. Akhirnya aku memutuskan bertanya kepada rekannya yang kebetulan duduk di kubikel sebelahnya.

"maaf mbak, Naya kemana ya? Kok kayaknya saya ngga ngeliat dia hari ini" tanyaku.

"Naya, ooh aya? Yang sering bareng bapak itu kan?"

"iya dia maksud saya. Dia kemana ya hari ini? Kok saya ngga ngeliat?"

"loh, emang dia ngga izin langsung ke bapak? Bukannya bapak pacarnya dia?"

"hah? Pacar? Enggak. Emang dia bilang gitu ke kamu?"

"enggak sih pak, cuman kan yah biasanya dia nempel terus tiap hari sama bapak. Jadi kita ya ngiranya kalo bapak itu pacaran sama dia"

"yaudah jadi hari ini dia kemana?"

"dia sakit pak hari ini, tadi dia telpon suaranya berat banget. Kayanya parah deh sakitnya"

"oh yaudah, makasih ya"

Naya sakit? Ngga biasanya dia sakit. Buktinya aja selama empat tahun dia disini, dia ngga pernah ngambil jatah cuti sakitnya dia sekalipun. Dia hanya pernah cuti sebanyak dua kali. Waktu itu ada saudaranya yang meninggal jadi dia harus pulang ke flores. Sama satunya lagi, pas aku sakit dan dia bersikeras ngerawat aku selama satu minggu. Alhasil dia nyulap apartemenku jadi kantor sementaranya dia karena dia bawa semua kerjaannya dia ke apartemenku.

Walaupun menyebalkan sebenarnya dia juga salah satu asset kantor yang berharga. Buktinya walaupun dia sedang cuti untuk menjagaku waktu itu, dia masih tetap mengerjakan pekerjaan kantornya.

Aku duduk di kursinya dan melihat-lihat isi berkasnya. Ternyata hanya berkas untuk di tanda tangani. Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba menghubunginya. Tidak di angkat. Mungkin dia hanya sakit hari ini saja. Yasudah, biarkan saja. Mungkin besok atau lusa juga dia sudah masuk kantor lagi.~

PaenitereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang