Ini sudah hari kedua Naya tidak masuk kantor. Kemana anak itu, kenapa dia selalu membuat orang khawatir? Eh.. khawatir? Bukan.. bukan.. bukan khawatir. Maksudnya, dia itu ngga masuk tapi ngga ngasih kabar. Padahal biasanya dia pagi, siang, sore, malem, pasti selalu telepon. Minimal SMS lah. Tapi ini? Udah dua hari dia sama sekali ngga nelpon.
Aku mengeluarkan telepon genggamku dan mencoba menghubunginya lagi. Sekali, tidak di angkat. Dua kali masih juga belum diangkat. Aku mencoba lagi untuk yang ketiga kalinya.
Tuuutt..
Tuuutt..
Tuuutt..
Krek..
Berhasil. Akhirnya diangkat.
"halo, Nay? Kamu kemana aja? Dua hari ngga ada kabar. Emang kantor ini rumah nenekmu apa?"
"..."
"Nay? Hei, Nay kau disana?"
"..."
Perasaanku jadi tidak enak. Aku mulai berjalan kearah parkiran, sepertinya aku harus ke apartemennya dan melihat apakah dia baik-baik saja.
"Nay kau bisa mendengarku? Tunggu aku ditempatmu, jangan kemana-mana. Jangan bergerak walaupun cuma seinchi sampai aku datang" aku memutuskan sambungan telepon dan langsung tancap gas menuju apartemen Naya.
Jalanan lumayan padat sore hari ini, maklum sih ini sudah hampir jam pulang kantor. Dua puluh menit kemudian aku tiba di apartemen Naya. Aku langsung masuk kedalam lift. Aku berlari sepanjang lorong menju kamar apartemen Naya. Begitu sampai aku langsung memencet bel. Tidak ada yang menyahuti. Aku sudah memencet bel berkali-kali tapi masih tidak ada yang menyahuti. Akhirnya aku membuka sendiri pintu apartemennya. Aku hafal kodenya karena aku lumayan sering main kesini.
Begitu sampai didalam, aku mendapati apartemen Naya sudah kosong. Aku mengecek ke kamarnya yang kudapati hanyalah Kasur dan selimut yang berantakan. Aku mencoba menghubungi orang tua Naya, mungkin saja dia sedang di rumah orang tuanya.
"assalamualaikum tante"
"waalaikumsalam, kenapa nak Rifqi?"
"tante, apa Naya sekarang di rumah tante?"
"Aya ngga disini Rif, mungkin dia dirumah Aldo. Tiga hari yang lalu Aya cerita kalo dia hari ini mau ketemu sama Aldo, reuni katanya"
"oh, lagi sama Aldo ya tan. Hmm, oke deh aku nanti coba telepon Aldonya aja"
"loh emangnya Aya nggak bisa di telepon?"
"tadi sih ngga di angkat tante, mungkin lowbat tan"
"oh yaudah kalo gitu"
"yaudah tante, makasih ya. Assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
Setelah sambungan terputus, aku langsung menghubungi Aldo. Dalam satu kali panggilan Aldo langsung menjawab.
"assalamualaikum. Al—"
"LU KEMANA AJA BRENGSEK!"
"Naya dimana?"
"ngapain lu nyariin Aya?"
"dia karyawan saya, jadi saya mau tau dia dimana. Dia udah dua hari ngga masuk tanpa kabar"
"terus apa perduli lo soal dia? Emang lu tau kalo dia dua hari ini sakit parah sampe masuk rumah sakit?"
"Naya masuk rumah sakit? Rumah sakit mana?"
"udah lah, ngga usah sok-sokan nyariin dia. Mendingan lo urusin tuh hidup lo. Lo tuh bisanya cuman nyakitin dia doang"
"Aldo, saya ngga main-main. Sekarang Naya dimana?"
"TAU! CARI AJA SENDIRI!"
Tuuutt.. Tuuutt.. Tuuutt..
Sambungan diputus secara sepihak. Oiya, aku lacak saja ponselnya Aldo lewat GPS. Aku membuka aplikasi tracking di ponselku dan memasukkan nomor telepon Aldo.
Dapat!
Dia sedang di RS. Karya Bunda. Aku bergegas menuju kesana. Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi menuju kesana. Berhubung ini sudah malam, jadi jalanan mulai lengang.
Sesampainya di RS, aku bertanya kepada resepsionis dimana letak kamar Naya. Setelah dapat, aku langsung berlari sepanjang koridor menuju kamar rawat Naya. Dari luar kamar aku bisa melihat Naya sedang terlelap dengan Aldo berada disampingnya. Dadaku terasa sesak saat mengetahui bahwa yang menjaga Naya disampingnya bukanlah aku, melainkan orang lain.
Aku mengetuk pintu kamar rawat dan masuk kedalam kamar rawat Naya.
"assalamualaikum"
Aldo menoleh kerahku.
Bugh
Aldo menghadiahkan satu tinjuan keras tepat di rahangku.
"DIA SAKIT BEGO! DIA SAKIT GARA-GARA LO!"
Benarkah itu? Benarkah dia sakit karena ulahku?
"DIA UJAN-UJANAN GARA-GARA LO! GARA-GARA LO NYURUH DIA BUAT NGEJAUHIN LO! LO ITU EMANG ORANG TEREGOIS YANG PERNAH GUE TEMUIN, LO NGGAK PERNAH NYOBA BUAT NGERTI PERASAANNYA DIA KAN? WALAUPUN SEKALI, GUE TAU LO NGGAK PERNAH!"
Aku hanya bisa menunduk. Bibirku kelu, lidahku kaku.
Kakiku rasanya lemas, aku tidak bisa melawan. Aku cemas mengetahui Naya masih tertidur dan belum bangun sampai sekarang. Pandanganku tetap ke arah ranjang dimana Naya sedang terlelap dengan nyenyaknya. Kakiku dengan otomatis mendekat kearahnya. Aku berlutut disebelah ranjangnya. Aldo sudah keluar kamar rawat, aku tidak tau dia kemana dan aku juga tidak perduli. Yang aku perdulikan sekarang hanyalah orang yang sedang terbaring lemah dihadapanku ini.~

KAMU SEDANG MEMBACA
Paenitere
RandomSekali tergores, tidak terasa. Berkali-kali tergores, sudah biasa. Namun, tahukah kalian? Semakin banyak dan dalam luka tersebut, semakin sulit pula untuk menyembuhkannya~ Copyright © 2016 by HobakciHun CERITA INI HANYA SAYA PUBLISH DI WATTPAD!