"Rif, mendingan kita ngga usah ketemu lagi ya"
Aku tercekat. Kenapa? Aku baru mau memperbaiki kesalahanku dan dia ingin meninggalkanku?
"Kenapa Nay?"
"aku capek Rif. Aku ngga bisa ngejar kamu lagi. Kamu juga ngga nyaman sama kehadiran aku. Jadi mendingan kita ngga usah ketemu lagi aja"
"enggak Nay. Kamu sama sekali ngga ganggu hidup aku dan kamu ngga perlu berjuang lagi karna aku udah disini. Perjuangan kamu udah selesai Nay" ujarku memohon. Tak terasa setetes air mata sudah mengalir di pipiku.
"tapi aku ngga bisa Rif. Kamu sendiri yang udah ngeberentiin perjuangan aku waktu itu"
"tapi sekarang kamu udah ngga perlu berjuang lagi Nay. Aku udah disini. Please don't do this Nay. Please don't leave me" air mataku jatuh semakin deras.
"besok surat resign aku dikirim sama papa. Abis itu aku bakalan kerja di kantor papa. Mungkin setelahnya kita bisa jadi temen baik Rif. Tapi mungkin hubungan kita ngga akan sebaik dulu"
"Nay plis jangan pergi" aku mengambil tangannya dan membenamkan wajahku di telapak tangannya.
"take care my boy. Don't forget to eat, I'm warning you" dia melepaskan genggaman tanganku dan menghapus air mataku.
"cowok tuh ngga seharusnya nangis kaya gini. Oiya, kamu turunnya nanti ya tunggu sepuluh menit abis aku turun, dan kamu ngga udah ke kamar aku lagi. Kamu langsung pulang aja. Aku butuh waktu buat sendiri"
Dia menyeret tiang infusnya dan pergi meninggalkanku yang masih berlutut didepan bangku tempatnya duduk barusan. Aku turun dari rooftop setengah jam kemudian. Aku lama karena aku perlu menenangkan diri. Setelah turun dari rooftop aku mampir dulu ke toilet sebentar untuk mencuci mukaku yang sembab, setelah itu aku langsung pulang.
***
Keesokan harinya, saat aku masuk kantor. Aku menemukan sebuah surat di atas mejaku. Aku menduga itu adalah surat pengunduran dirinya dari kantor. Aku tidak membuka surat itu dan langsung memasukkannya ke laci meja. Aku berniat mengunjungi Naya lagi besok senin.
Aku kembali pada pekerjaanku tapi aku tidak bisa konsentrasi sama sekali. aku masih memikirkan cara agar Naya mau berbaikan denganku. Aku tidak bisa menyerah. Bukan aku tidak boleh menyerah.
Naya sudah meperjuangkanku selama ini dan dia begitu sabar menghadapi tingkahku yang menyebalkan. Masa aku yang baru berjuang beberapa minggu saja sudah tumbang? Tidak. Aku harus memperjuangkannya, walaupun untuk itu aku harus melompat ke jurang dan mati.~
~~~~~
P.S. hai semuanya! Nana balik lagi bawa part baru nih. oiya karena ini menjelang ending, Nana mau nanya pendapat kalian dong tentang cerita ini. tenang aja, Nana ngga bakal ngehapus cerita ini dari wattpad kok. Nana cuman penasaran aja, gimana sih cerita pertama Nana ini. Nah kalian bisa ngasih pendapat kalian dalam bentuk Vote maupun Komen. terserah kalian mau enaknya yang vote atau yang komen. oiya kalo ada typo-typo atau kesalahan dalam pengetikan kalian juga bisa kasih tau Nana letak kesalahannya itu, biar nanti Nana perbaikin kesalahannya.
makasih banyak ya buat semua pembaca Paenitere ini. walaupun judulnya ngga jelas dan isinya lebih ngga jelas lagi, Nana harap cerita ngga jelas ini seenggaknya bisa ngehibur kalian lah yang lagi pada dirundung galau karena abis putus atau gebetannya jauh. wkwkw itu mah Nana ya.
yaudah deh, nana ngga mau banya-banyak ngomong. yang penting Nana tunggu tanggapan kalian ya, para pembaca Paenitere. buat bonus, hari ini Nana apdet dua chapter deh hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Paenitere
RandomSekali tergores, tidak terasa. Berkali-kali tergores, sudah biasa. Namun, tahukah kalian? Semakin banyak dan dalam luka tersebut, semakin sulit pula untuk menyembuhkannya~ Copyright © 2016 by HobakciHun CERITA INI HANYA SAYA PUBLISH DI WATTPAD!