Kakiku terasa sangat lemas. Tanganku otomatis mencari pegangan terdekat a.k.a pundak orang didepanku. Orang itu menoleh.
"mas? Mas ngga papa??" tanyanya formal karena kita memang belum kenal. Aku mengangguk.
"yeah, I'm okay. Just give me a few minutes"
"mas, kalo ngga enak badan mending duduk dulu" sarannya sambil menuntunku duduk di bangku terdekat dari antrian. Aku hanya menurut saja. Aku membenamkan wajahku di telapak tanganku.
Baru saja. Baru saja tante lastri - mamanya Naya - cerita tentang ketakutannya. Baru saja aku menyangkalnya dan sekarang sudah benar-benar terjadi. Mataku panas dan berair. Aku menangis. Menangisi kegagalanku menjaganya. Menangisi aku yang terlambat.
Aku menenangkan diriku dan mendongak. Aku melihat dua keluarga tadi menatapku bingung bercampur iba. Aku berdiri dan pergi dari ruang tunggu itu. Aku melajukan mobilku tak tentu arah. Aku tidak tau ini jalan mau ke mana. Aku tidak membaca plang petunjuknya. Aku hanya menjalankan rute terjauh dan tidak keluar dari jalur tol sedikitpun.
Aku yakin orang tua Naya pasti sudah mendengar kabar itu lewat siaran berita. Aku tidak tau. Perasaanku campur aduk sekarang. Rasanya aku mau marah terhadap diriku karena dia meninggalkanku duluan. Aku menyesal tidak bisa menjaganya dan menepati janji orang tuanya. Aku sedih, kenapa dia tidak mau memberiku kesempatan kedua dan malah pergi.
Aku terus memacu mobilku dengan kecepatan yang lumayan tinggi sampai aku tiba di suatu pantai. Aku tidak tau ini pantai apa. Aku hanya asal belok karena aku piker aku sudah tidak sanggup lagi untuk menyetir. Aku memberhentikan mobilku di pinggir pantai dan menenggelamkan wajahku di stir mobil.
Aku turun dari mobilku setelah puas mengeluarkan semua emosiku dalam bentuk air mata. Aku berjalan ke tepi pantai dan duduk di sana. Pantai ini lumayan bagus. Coba kalo ada Naya disini, dia pasti senang sekali dan sudah berteriak-teriak sambil berlari, bermain dengan ombak.
Tapi semua itu hanya angan-angan. Aku sudah sangat terlambat untuk itu. Siang sudah menjadi malam. Aku memutuskan untuk pulang dan mamppir sebentar ke ruah orang tua Naya untuk meminta maaf kepada tante Lastri karena tidak mampu menepati janjiku menjaga anaknya.~

KAMU SEDANG MEMBACA
Paenitere
RandomSekali tergores, tidak terasa. Berkali-kali tergores, sudah biasa. Namun, tahukah kalian? Semakin banyak dan dalam luka tersebut, semakin sulit pula untuk menyembuhkannya~ Copyright © 2016 by HobakciHun CERITA INI HANYA SAYA PUBLISH DI WATTPAD!