#Eps. 1 _ Nay

3.4K 209 1
                                    

Sekarang sedang jam makan siang. Seperti biasa, aku langsung menuju ke ruangan kantornya untuk mengikutinya makan siang. Itu sudah menjadi rutinitasku sejak dulu. Mengikutinya adalah kebiasaanku, dan membuatnya marah adalah kesukaanku.

Didepan ruang kantornya sudah bertengger dengan manis sekertarisnya, Ando, yang sudah hafal akan kebiasaanku ini. Aku langsung masuk ke ruangan yang sudah ku hafal tiap sudutnya itu sebagai pertanda dimulainya rutinitasku.

"Rifqiiiiiiii... ayo makan!! Sampe kapan kamu mau duduk di depan komputer. Kamu jangan maksain badan buat kerjaan. Yang ada nanti kamu malah drop terus kerjaan kamu malah ngga selesai semua. Jadi ayo manfaatin waktu istirahat buat istirahat juga. Bukan buat kerja" aku ribut memulai aksi pertamaku, dan seperti biasa dia hanya akan mendiamkanku.

"Rifqiiiii... ih ayo aku udah laper ini. Cacing-cacing di perut udah curi semua nutrisi" seruku ngga nyambung. Dia masih tetap terfokus dengan pekerjaannya. Mungkin pekerjaannya memang seratus kali lebih menarik daripada ajakan makan siangku.

"Rifqiiiiiiii... ayo makan. Nanti keburu toko makanannya tutup ih" kataku makin ngawur. Tapi kali ini usahaku berhasil. Rifqi tiba-tiba berdiri dan mengambil dompetnya yang dari tadi hanya tergeletak di meja. Lalu ia berjalan keluar ruangan diiringi oleh langkah kecil-ku dibelakangnya.

"Rifqi, hari ini makan pizza yuk. Udah lama aku ngga makan pizza, padahal kan itu makanan favorit aku" ucapku setelah aku duduk di kursi penumpang disebelahnya. Dia hanya diam tidak menanggapi ucapanku, tapi dia tetap membawaku ke sebuah restoran pizza.

"Mbak, pesan pizza kejunya yang large dua loyang ya sama minumnya air mineral satu botol sama cola" aku memesankan pesanan untuk kita berdua. Kita lalu duduk di dekat jendela sambil menunggu pesanan kita datang.

"Rif, sorry ya tadi pagi aku bangun kesiangan. Kamunya jadi telat deh. Tadi tuh bener-bener ngga ada yang bangunin aku. Pas aku bangun, tiba-tiba udah jam setengah delapan aja. Padahal rasanya aku baru tidur lima menit" aku mulai mengoceh bercerita panjang lebar. Dia masih mengacuhkanku dan sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Terus juga tadi aku kepleset pas lagi keluar kamar mandi. Nih liat nih tangan aku sampe luka kaya gini" jelasku ber api-api sambil menunjukkan lenganku yang tergores kusen pintu kamar mandi. Dia tetap saja mengacuhkanku dan masih sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Oiya Rif, tadi pagi juga aku ketemu sam—" ucapanku terpotong karena alat penanda pesanan sudah jadi bergetar. Ia lalu berdiri dan mengambil pesanan kami tadi dan kembali lagi membawa satu nampan besar berisi dua loyang pizza keju ukuran besar, satu botol air mineral dan satu botol cola.

Setelah itu kami berdua makan dalam keheningan. Aku hening karena itu memang kebiasaanku setiap makan. Dan dia hening karena dia memang tidak pernah banyak bicara jika bersamaku.~

PaenitereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang