Arti Emosi Absurd

94 4 0
                                    



Writer's Scribble :  Screw this. I'll just make something romance related. Please...  Don't judge me too much...  My dignity is kinda torn apart at this point. And then there's school. I'll do the best I could, but I don't know id it would be good enough.
...
...
...
Nah, screw that.
I'll just write anything I want.
...
...
...
Yah, jadi dimohon untuk memaklumi sikap penulis kurang ajar ini~

...

..

.

Semua orang pasti pernah bertanya-tanya:, 'apa arti cinta?' Entah anak-anak, remaja-remaja galau, sampai orang tua. Semua pasti, mau tak mau, menemukan diri mereka sendiri merenungkan arti satu kata yang kerap diumbar itu.

And, being a reckless self-centered teenager I am, aku berusaha untuk mengartikan sendiri arti kata ini. Aku telah memikirkannya selama beberapa waktu belakangan, alasannya 35% karena penasaran, dan sisanya karena teman-teman yang menanyakannya tanpa henti walaupun sepenuhnya mengetahui aku tak berpengalaman dalam bidang psikologi.

Pertama tolong jangan menghakimi diriku sebelum selesai membaca keseluruhan dari yang ingin kusampaikan ini; karena aku juga malu setengah mati saat mengetik kata 'c-i-n-t-a'. Bahkan mungkin aku bisa mati sebelum tulisan ini selesai. Jika aku, entah bagaimana, berhasil menyelesaikannya... Yah, dunia masih harus menampungku sedikit lebih lama lagi.

...

Nah, siapa yang belum pernah mendengar kalimat-kalimat rayuan seperti 'aku cinta kamu'? Bisa di sinetron, di buku, di film, bahkan ada saja yang pernah mendengarnya secara langsung. Yang ingin kutanyakan sekarang adalah: apa sebenarnya arti kalimat itu?

"Pernyataan sesunguhnya dari perasaan seseorang yang ingin disampaikan secara terang-terangan dan sejelas-jelasnya"?

"Kalimat kosong untuk mendapatkan 'gebetan'"?

Atau teoriku yang menurutku paling mendekati kenyataan; "Emosi absurd yang disampaikan berdasarkan luapan gagasan tak berdasar yang dipicu oleh hormon yang dihasilkan oleh tubuh dengan tujuan mendapatkan seseorang yang dianggap cocok sebagai pasangan hidup berdasarkan banyak rumus yang dihitung selama sepersekian detik"?

Oke, aku tahu. Aku berpikir terlalu banyak. Tapi kelihatannya jika tidak dipikir seserius ini, aku takkan mendapat jawabannya. Jadi maklumilah dulu.

Sebelum mengetahui arti (argh, aku harus mengetiknya...) cinta, sebaiknya aku harus menyatakan apa arti emosi bagiku. Menurutku, emosi adalah luapan perasaan yang dipicu oleh berbagai kejadian yang kadang dipengaruhi oleh genetik dan penyakit tiap individu.

Menggelikan, ya?

Maksudku, ayolah! Bukankah masuk akal jika ayah dan ibunya bertempramen buruk, maka anaknya juga demikian? Dan coba pikir, apa penderita Astraphobia (fobia kilat) akan suka berteriak atau berada di tempat ramai dan berisik? Dan apakah penderita Agoraphobia (fobia tempat terbuka/tempat umum) akan berlarian ke mana-mana alih-alih duduk diam?

Jadi, jika ada yang mengataiku sebagai manusia tak berperasaan, maka aku takkan segan-segan berterima kasih. Emosi seperti senang, sedih, marah, dan berbagai perasaan semacam itu sangat bertentangan dengan prinsip idealisme yang kutinggi-tinggikan. Namun walaupun begitu, berarti aku memiliki 'idealisme'. Dan menurutku, justru 'idealisme' berperan penting dalam banyaknya masalah di dunia.

...

Sampai di mana tadi?

Well, seberapa pun kau merasa ideku adalah hal yang tak masuk akal atau memelintir kenyataan, aku bisa meyakinkanmu bahwa bukan hanya aku yang berpikir begini. Beberapa tahun ang lalu, aku menemukan secarik kertas di antara buku-buku di perpustakaan kota. Waktu itu aku masih duduk di bangku SD kelas 4-5. Tulisannya seperti tulisan perempuan, dan isinya sebagai berikut:

"Pada usia remaja, manusia (lebih sering terlihat pada perempuan), memberikan usaha yang tak jarang secara putus asa untuk mendapatkan pasangan. Reaksi kimia dalam otak terjadi setiap kali manusia melihat lawan jenis, dan jelas disalahartikan sebagai emosi tidak konsisten bernama 'cinta' daripada human-error."

Lihat. Apakah ini cukup untuk menegaskan bahwa cinta bukan emosi sesungguhnya?

Mengutip perkataan Sherlock Holmes: "The world is full of obvious things which hobody by an chance ever observes (dunia penuh dengan hal-hal yang jelas tak ada yang dengan kebetulan mengamati)". Jujur, kadang memang ada saatnya di mana kata 'cinta' pantas diucapkan. Tapi terlalu banyak mengucapkannya bisa mengaburkan makna yang ditinggikan kebanyakan orang. Istilahnya 'gombal'. Dan aku menyadari adanya perubahan signifikan dalam jarak usia manusia yang... istilahnya 'terkena virus cinta' (tuh, bahkan orang-orang mengakuti cinta itu virus yang membahayakan!)

Dulu, 'jatuh cinta' adalah istilah elit yang hanya dialami orang-orang dewasa.

Sekarang, Kata itu lebih seperti permainan anak-anak. Serius, deh. 'Cinta monyet'?

...

Tapi entahlah. Aku belum bisa memutskan apa yang benar. Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Topik ini adalah salah satu dari topik yang paling berat yang harus kupikirkan, terlepas dari relatifitas waktu dan Hippopotomonstrosesquippedaliophobia (fobia kata-kata panjang; ini bukan kiasan!)

So whatever it is, pada akhirnya aku kembali ke awal. Aku memiliki teori, tapi hanya sebatas teori. Aku tak bisa membuktikan bahwa itu benar, walaupun ada beberapa teori pembesar lain yang merujuk bahwa teoriku sebenarnya kenyataan. Dan tak ada yang mengatakan teoriku salah. Jadi? Apakah yang kukatakan ini kebenaran atau kebohongan?

...

..

.

Terlalu berat? Welcome to my mind.

Psycho ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang