Worst Fear: Being Right: Part II (Adam Lawliet)

31 4 0
                                    

Adam terbangun dengan keringat mengucur dari tubuhnya. 'Mimpi itu lagi', pikirnya. Dengan kesal disingkirkan selimut dan merangkak keluar dari kamar tidurnya, menuju kamar mandi. Dia membasuh mukanya, menyingkirkan semua peluh yang menempel. Ditatapnya wajah yang dipantulkan oleh cermin.

Wajahnya terlihat ketakutan.

Sudah 10 tahun sejak kejadian itu terjadi. Adam tak pernah mendengar kabar pasti terhadap gadis itu, tapi tak ada yang pernah mengatakan bahwa dia masih hidup. Mereka semua memakai kalimat lampau. Polisi beberapa kali menanyai Adam; itu membuat Sam dan Dorothy−orangtua angkat Adam−ketakutan. Dan sejak itu, walaupun mereka tidak mengatakannya, orangtua Adam mulai menjauhinya. Mereka merasa ngeri setiap kali berada di dekat Adam. Dari sana tumbuhlah suatu kenyataan yang mengakar dalam otaknya:

Dia adalah pembawa sial.

Semua seolah terjadi begitu saja. Entah sengaja atau tidak, kesialan memang mengikuti Adam. Pada pesta ulang tahunnya yang kedelapan, salah satu anak terbakar karena bajunya terkena percikan api dari lilin ulang tahun. Sekitar 3 bulan kemudian anak tetangga Adam terjangkit rabies karena digigit anjing liar saat bermain dengannya−padahal Adam telah mati-matian menahan fobianya−dan butuh banyak uang untuk menyembuhkannya. Tak lama setelahnya, pada ultahnya yang kesepuluh, sepupu Adam diculik dalam perjalanan ke pesta ulang tahunnya; hingga kini dia tak juga ditemukan.

Semua orang semula merasa kasihan kepada Adam, tapi lambat laun mereka mulai menyalahkannya atas semua yang terjadi. Mereka mulai memberikan julukan 'anak sial' kepada Adam, yang masih disandangnya sampai sekarang. Dan, bertingkah seperti anak kecil polos seusianya saat itu, Adam menerima semuanya tanpa tahu apa-apa.

Adam keluar kamar mandi dengan handuk melingkari bahunya. Dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Adam menghela napas, menarik kursinya dengan kasar, dan duduk di depan meja belajarnya. Dibukanya laci meja, dan dengan menjulurkan tangannya dikeluarkannya sebuah kotak kayu dari ujung laci. Kotak itu tergolong sederhana dengan sedikit ukiran di sisi-sisinya, dan sebuah lubang kunci di tengah-tengahnya. Adam menarik laci lain dan mengeluarkan sebuah kunci kecil bermodel lama dari dalam kotak celengannya.

Adam menarik napas sebelum memasukkan kunci itu ke dalam lubang kunci dan memutarnya. Di dalam kotak kayu itu terdapat beberapa lembar kertas yang dilipat. Diambilnya salah satu kertas itu, sebuah kertas HVS lama yang sudah mulai menguning, dan mulai membaca.

"Aku belum lupa, lho, Kak," gumam Adam tanpa benar-benar mengharapkan balasan. "Aku masih mencari jawabannya."


Psycho ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang