Part 9

3K 336 34
                                    

Mulmed: Jeon Jungkook

***

Jaein kini sedang menangis di taman belakang sekolah. Taman ini memang jarang sekali dikunjungi oleh para murid, jadi ia bisa dengan leluasa menangis sepuasnya disitu.

Alasan kenapa ia menangis adalah karena tadi ia dibentak oleh Jungkook. Bahkan sampai saat ini ia masih merasakan suara Jungkook yang membentaknya.

Namjachingu-nya itu baru kali ini membentak dirinya. Dulu, semarah apapun Jungkook padanya, sama sekali tak pernah lelaki itu membentaknya. Tapi kini, lelaki itu dengan mudah membentak di depan wajahnya. Padahal lelaki-nya tau bahwa dirinya tak suka ketika dibentak seperti itu.

Sementara Jungkook kini sedang berada di lapangan indoor basket sendirian. Ia sedang ingin menenangkan hatinya setelah tadi ia bertengkar dengan Jaein. Hatinya benar-benar tak karuan saat tau bahwa Jaein kabur begitu saja tadi. Pasti yeojachingu-nya itu benci padanya, pasti yeojachingu-nya itu tak mau melihat dirinya lagi, pasti yeojachingu-nya itu ingin putus darinya.

"Arghhh!!" Jungkook berteriak sekencang-kencangnya, untung lapangan itu sedang tak ada siapa-siapa, hanya dirinya seorang.

"Pabo pabo pabo pabo paboya!!" Ia merutuki dirinya sendiri yang bertindak bodoh pada Jaein.

"Aku tau apa yang kau rasakan, Jungkook-ah." Tiba-tiba suara Taehyung terdengar.

Jungkook menoleh ke sumber suara, ia bisa melihat Taehyung yang sedang berjalan ke arahnya. Lalu ia kembali menatap lurus ke depan. Ia terlalu malas untuk berbicara dengan siapapun sekarang.

"Kadang pacaran itu memang tak enak, tapi ketika kedua pihak itu saling mengerti, maka kata tak enak itu lenyap dengan sendirinya," ucap Taehyung lagi.

Jungkook bergeming, ia hanya mendengarkan dalam diamnya.

"Aku tau, berbagai permasalahan muncul ketika seseorang sedang menjalin hubungan. Tapi, aku juga yakin jika mereka menghadapinya dengan bersama-sama, maka permasalahan itu bisa mereka atasi dengan mudahnya," lanjut Taehyung.

"Kau bermaksud menyindirku?" tanya Jungkook setelah mendengar penuturan Taehyung.

Taehyung tertawa kecil, "Kalau toh aku bermaksud menyindirmu kenapa? Setidaknya dengan aku menyindirmu seperti ini, kau bisa sadar akan permasalahanmu."

Jungkook terdiam. Benar apa yang sahabatnya itu bilang, seharusnya ia sadar dengan penuturan sahabatnya itu, bukannya marah hanya karena Taehyung menyindirnya.

Seharusnya ia menghadapi masalahnya itu, bukannya malah menyendiri disini. Seharusnya ia mengerti Jaein yang khawatir dengan Eunri, bukannya malah membentaknya. Seharusnya ia mengajak Jaein untuk menghadapinya bersama-sama, bukannya malah saling menyalahkan seperti ini.

"Setiap manusia memang punya sifat egois, dan Jaein punya itu. Tapi, apa Jaein berhak dibilang egois ketika ia hanya mengkhawatirkan sahabatnya? Kurasa tidak, Jungkook-ah," ujar Taehyung.

"Aku tau dia mengkhawatirkan Eunri, Taehyung-ah. Yang tadi itu aku hanya ingin memberikan ruang agar kau bisa menenangkannya. Tapi kurasa ... Jaein tak mengerti apa maksudku," lirih Jungkook.

"Hh ... mungkin kau perlu menjelaskannya pada yeojachingu-mu-"

"Tapi bagaimana? Bagaimana aku menjelaskannya, Taehyung-ah?!" potong Jungkook. Ia tak tau harus bagaimana menjelaskannya. Pasalnya, ia takut ketika dirinya akan menjelaskannya, tetapi Jaein tak ingin mendengar penjelasannya itu.

Ia terlalu pengecut ketika bersama Jaein. Hanya wanita itu yang bisa membuatnya takluk. Hanya wanita itu yang bisa membuatnya merasakan cinta. Dan, hanya wanita itu yang bisa membuatnya menjadi seperti ini. Jaein lah satu-satunya wanita yang tulus mencintainya. Dan ia tak mau menyakiti wanita itu. Ia tak ingin, tapi kenyataan bahwa ia telah menyakitinya selalu membuatnya hancur.

Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang