Part 10

2.4K 295 15
                                    

***

"Jungkook-ah ...," cicit Jaein.

Jungkook berjalan ke arah Jaein. "Apa yang terjadi?"

Jaein bisa melihat ada kekhawatiran di mata Jungkook.

"Tadi Hyura membully-nya, tapi tak perlu khawatir, kini ia sudah pergi." Alih-alih menjawab, malah Seokjin yang angkat bicara.

"Kalau begitu, terima kasih Sunbae-nim, karena kau sudah menolong Jaein." Jungkook membungkukkan badannya, lalu berbicara lagi, "Dan kami permisi pamit."

Jungkook menarik Jaein menjauh dari Seokjin yang kini hanya menghela nafas kasar. Seokjin cemburu. Dirinya hanya menatap nanar kedua pasangan yang berjalan menjauh darinya.

Sementara Jungkook menarik Jaein ke koridor sepi. Lalu mereka duduk di salah satu kursi panjang yang ada di koridor.

"Apa yang Hyura dan teman-temannya lakukan padamu?" tanya Jungkook dengan nada sedikit dingin.

"Tidak, mereka tak mela-"

"Jangan bohong."

"Me-mereka melemparkan telur dan tepung kepadaku." Jaein menunduk.

"Apalagi yang mereka lakukan?" tanya Jungkook sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil beberapa kulit telur yang berada di kepala Jaein.

"Tidak, mereka hanya melakukan itu pada-"

"Kubilang jangan bohong," tajam Jungkook.

Demgan ragu Jaein bersuara, "Se-sebelum mereka melemparkan telur dan tepung, mereka menjenggut rambutku sampai kepalaku sakit dan pening." Jaein berbicara dengan leluasanya, layaknya anak kecil yang mengadu karena dimusuhi oleh teman-temannya.

"Kenapa tak kau balas?" tanya Jungkook sambil masih membersihkan rambut Jaein dari kulit telur dan tepung.

"Percuma saja jika ku balas, mereka tak akan menyesal. Malah yang ada mereka akan semakin menjadi-jadi denganku." Jaein memberenggut. "Mereka juga bilang kalau-" Cepat-cepat Jaein membekap mulutnya dengan telapak tangannya.

Jungkook yang melihat itu langsung saja mengerutkan kening. "Kalau apa? Mengapa tak kau lanjutkan?"

"Ani, bukan apa-apa, Jungkook-ah ...."

"Kau tau bukan, jika aku tak suka dibohongi?"

Jaein mengangguk, ia tau Jungkook menyuruhnya untuk melanjutkan perkataannya tadi. Tapi ia ragu, apakah ia harus bilang bahwa tadi Hyura menyuruhnya untuk menjauhi Jungkook dan mengaku-ngaku Jungkook adalah miliknya, atau ia tidak perlu bilang?

"Kalau begitu lanjutkan ceritamu, aku tak suka jika dibohongi, apalagi dengan kau, itu membuatku sakit," lanjut Jungkook lembut.

Jaein terpaku, ia menatap wajah tampan Jungkook. Hidungnya, bibirnya, alisnya, semuanya sempurna. Ia baru sadar bahwa ternyata lelaki sempurna di depannya ini adalah kekasihnya, ralat, lelaki sempurna di depannya ini mencintainya.

Pipi Jaein bersemu merah, ia segera memalingkan wajahnya.

"Jaein-ah?"

"N-ne ...."

"Apa kau tak ingin menceritakannya, eoh?"

"A-aku ingin," jawab Jaein terbata-bata. "Mereka bilang kalau aku diminta untuk menjauhimu, dan ia juga bilang bahwa kau adalah miliknya. Aku tau dia hanya mengaku-ngaku, jadi aku tak akan tersulut emosi hanya karena dia berbicara seperti itu."

Jungkook tersenyum, ia tau yeojachingu-nya itu memang masih kekanak-kanakan, tapi setidaknya ia bangga dengan cara berfikirnya yang seperti itu. Entahlah ... hanya Jaein yang bisa membuatnya seperti ini.

Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang