#1

17.7K 654 0
                                    

"Ava! Cepat bangun, lo udah telat sepuluh menit!" teriak Aldrin.

Ava membuka matanya dengan malas perlahan dan melihat Aldrin dengan wajah menahan kesal. Dengan santainya, Ava menyuruh Aldrin pergi dan memberinya waktu lima menit lagi.

"Lima menit lagi, oke? Gue masih ngantuk banget sumpah, kak."

Ava pun kembali ingin memejamkan matanya namun tangannya langsung di tarik oleh Aldrin membuat Ava membuka matanya kembali dan menatap Aldrin kesal.

"Apaan sih? Kok lo narik narik gitu? Gue masih ngantuk, lo gak tau gue tidur jam berapa? Tiga subuh kak, tiga subuh." Ava membentuk angka tiga di jarinya dan menunjukannya pada Aldrin.

"Gue gak peduli, cepet mandi, atau gue bilang Bunda biar uang jajan lo di potong!"

Ava pun terbangun dari kasurnya dan berhadapan dengan Aldrin, jari tengahnya diangkat ke arah Aldrin dengan geram. Aldrin pun melempar bantal kecil yang ada di tempat tidur Ava.

"Sialan lo, Aldrin!"

Ava dengan malas berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya dan membanting pintunya dengan kencang membuat Aldrin tersentak kaget.

Aldrin Putra Bramastyo atau biasa di panggil Aldrin. Cowok dengan tubuh seperti tiang, ngeselin, selalu ngajak ribut dan tampan adalah kakak dari Ava. Aldrin dan Ava berbeda dua tahun. Aldrin sudah kuliah sedangkan Ava masih kelas sebelas.

●●●

Terlambat.

Satu kata yang sering Ava dapatkan saat sampai di sekolah. Pasti selalu terlambat. Gerbang sekolahnya sudah tertutup dan hanya menyisakan beberapa centimeter itu pun hanya cukup untuk kucing yang sering lewat di depan sekolahnya.

Ava mengklaksonkan mobilnya kencang, dan muncul seorang satpam yang sering kali berdebat kecil dengan dirinya.


"Pak Budi, cepetan buka gerbangnya, saya udah telat nih!"

"Tidak, kamu sudah telat tiga puluh menit. Ini sudah peraturan sekolah." tegas Pak Budi.

"Aduh pak, masih aja ngikutin peraturan sekolah. Cepet buka pak, saya kasih rokok deh bekas abang ojek atau bekas orang orang yang ngumpul di pangkalan ojek?"

"Kamu pikir saya ini apa di kasih rokok, yaudah, sekali ini saja kamu saya bolehin masuk. Besok tidak lagi."

Pak Budi pun membuka gerbang sekolah dengan lebar, Ava pun menoleh kearah Pak Budi lalu mengklaksokan mobilnya lagi.

"Makasi Pak!" seru Ava. Pak Budi berjengit kaget. Ava pun tertawa melihatnya lalu memakirkan mobilnya khusus di tempat siswa.

Ava berjalan santai menuju kelasnya, tasnya disampirkan di sebelah bahunya. Kedua telinganya memakai earphone berwarna biru laut. Sementara tangan kanannya sedang memegang ponselnya dan tangan kirinya sedang memegang makanan yang sengaja dibawanya dari rumah.

Telat tiga puluh menit bahkan lebih, hal biasa yang sering Ava lakukan. Bahkan gurunya saja sudah tidak sanggup untuk menyeramahi Ava lagi.

Sama aja kalau ceramahin Ava 'masuk kuping kanan, keluar kuping kiri' tidak ada gunanya sama sekali. Sampai di depan kelasnya XI-4, Ava masuk dengan santainya tanpa memperdulikan tatapan tajam Bu Cici.

"Ava, kenapa kamu baru datang jam segini? Apa alasan kamu lagi hari ini?" tanya Bu Cici sengit. Ava melepaskan earphonenya dan menjawab seakan tidak bersalah sama sekali.

"Saya tidur jam tiga subuh bu, biasa lah begadang. Kaya ibu gak pernah begadang aja. Apa emang gak pernah ya?" seisi kelas pun tertawa mendengar ucapan Ava yang kelewat santainya.

"Diam semuanya! Cepat kamu duduk, dan buka halaman sembilan puluh delapan."

Bu Cici menjelaskan tentang reaksi kimia dan laju reaksi yang sama sekali Ava tidak mengerti. Ava pun menoleh ke arah belakang dan melihat temannya yang juga sama sepertinya.

"Gue udah duga, pasti lo gak ngerti kan? Kantin aja yuk!" ajak Ava.

Keyra dan Alfa mengangguk semangat. Lalu mereka bertiga keluar dari kelas tanpa memperdulikan teriakan yang berasal dari Bu Cici.

●●●

"Lo mau mesen apa? Biar gue pesenin."

"Tumben banget lo nawarin diri Key." sahut Alfa.

"Serba salah gini pacar manu rios." jawab Keyra dengan nada sedih. "Capek aku tuh, capek."

"Geli," Ava berjengit. "Lo berdua duluan aja, biar gue yang pesenin."

Keyra dan Alfa menuruti apa yang di bilang Ava tadi sedangkan Ava kini sedang berjalan ke tempat batagor dan memesannya tiga mangkuk. Setelahnya, Ava memesan tiga jus yang letaknya hanya bersampingan dengan tempat batagor.

"Berhenti dulu gosipnya ibu ibu, gue udah bawa nih pesenan kalian."

Ava meletakkan ketiga mangkuk batagor tersebut dan tidak lama kemudian jus yang sudah di pesan Ava pun datang.

"Selamat makan!" ketiganya serentak mengucapkannya dan mereka pun tertawa terbahak.

Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang