Chapter 2

5.4K 379 43
                                    

Author: A. Rian

Note: Tolong diperhatiin keterangan tempat sama waktunya! Karena itu bikin bingung antara Seoul dan Berlin. Oh iya, ada yang tau apa itu CULACCINO? Jadi culaccino itu dari bahasa Italia, kalau terjemahin ke bahasa selain bahasa Italia gak bakal bisa. Culaccino itu satu kata yang gak ada duanya. Culaccino sendiri itu artinya bekas di meja karena gelas yang berisi es. Misal kalian beli es jeruk atau es apalah pokoknya yang berembun, terus es itu di taruh di gelas lalu gelas itu di taruh di atas meja, nanti kalau gelasnya diangkat di meja itu bakal ada noda air kaya bekas cetakan bawahan gelas. Begitu.. cus langsung ke cerita!

MAAF TYPO..

"Makna culaccino tidak akan seindah namanya"

Aku bangun dengan kepala yang berdenyut-denyut. Aroma obat, khas rumah sakit memenuhi ruangan yang aku tempati. Seorang suster dengan pembawaan yang ramah datang menghampiriku.

"Guten Morgen! Wie geht es Ihnen?" ia menyapaku dan menanyakan kabarku. Kemudian ia memeriksa keadaanku.

"Gut," jawabku lirih. Walaupun aku merasa kurang sehat tapi aku tetap mengatakan bahwa aku baik-baik saja.

"Apakah ada wali anda di sini? Dokter ingin bertemu dengannya."

"Tidak." Jawabku singkat lagi."Aku sendiri yang akan menemuinya." Lanjutku.

"Heja-apa anda tidak mempunyai wali di sini?" suster itu mengeluh pasrah.

"Keluargaku di Korea," ucapku menjelaskannya.

"Baiklah, sekarang istirahatlah. Jika besok keadaan anda lebih baik, anda bisa segera pulang." Ucapnya sembari tersenyum. "Saya permisi," lanjutnya, kemudian keluar dari kamar inapku.

Aku sendiri di sini. Benar-benar sendiri. Tanpa keluarga, teman, ataupun Kyuhyun. Kenapa aku sangat menyedihkan? Aku benci menjadi orang tidak berdaya! Aku terus teringat dengan kejadian di Cafe tadi. Rasanya masih sangat menyakitkan. Otakku terus berpikir, alasan apa Kyuhyun meninggalkanku? Aku bahkan belum mengatakan soal kehamilanku.

Aku kembali menangis dalam situasi seperti ini. Aku butuh Kyuhyun, aku butuh penjelasan dan tanggung jawabnya. Aku tidak akan sanggup membesarkan anak ini sendiri. Anak ini pasti akan menanyakan keberadaan ayahnya.

Ku lirik tas merahku yang terletak di atas meja, di sampingku. Pasti pelayan tadi yang membawaku ke Rumah Sakit. Betapa beruntungnya aku, di negara asing ini masih ada orang yang mempedulikan aku. Ku ambil ponsel hitamku dan segera menghubungi seseorang yang memang seharusnya aku hubungi-Kyuhyun.

Ah-sial! Nomornya tidak bisa dihubungi. Mungkin Kyuhyun sedang di pesawat, begitu pikirku. Aku selalu berpikir posiif. Masih sulit menerima kenyataan yang ada. Aku tidak ingin menjadi gila.

***

Berlin, December 2006

Aku merenung di apartementku. satu bulan berlalu sejak kejadian pahit itu. Itu artinya kandunganku sudah memasuki bulan ke tiga.

Setiap hari aku terus menangis dan menangis hingga tercipta kantung hitam di kedua mataku. Aku hidup dengan menyedihkan. Aku sama sekali tidak mengindahkan permintaan Kyuhyun untuk hidup dengan baik.

Aku tidak bisa makan dengan baik. Semua yang aku makan akan aku keluarkan dengan segera. Morning sick! Hampir semua ibu hamil mengalami itu. Dan salah satunya aku. Ini benar-benar menyiksaku. Harusnya ibu hamil ditemani suaminya. Bukan hidup sendiri dengan penuh kekacauan!

"Akh-" aku meringis.

Kepalaku berdenyut saat aku mencoba bangun. Aku meraba semua benda yang bisa aku gunakan untuk tumpuan. Hanya berjalan saja rasanya sangat menyakitkan. Kemudian aku berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air hangat.

CULACCINO & DER BAHNHOF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang