Chapter 13

3.7K 406 137
                                    

Muka masam milik Jae Ahn kali ini benar-benar buruk. Dia sudah berusaha mati-matian menahan emosi dan kekesalannya, tapi itu justru berakibat pada wajahnya yang berubah semerah tomat. Kedua matanya memincing tajam ke arah Henry, dia tahu bahwa Henry sedang menyeringai puas. Aura permusuhan di antara mereka begitu kental.

Jae Ahn menghembuskan napas kesal "Kau puas sekarang?" tanyanya ketus saat Henry menginjak pedal rem Mini Cooper tua miliknya.

"Hmm ... puas untuk apa?" tanya Henry sok polos.

"Untuk mempermalukanku, bodoh!" Astaga, tangannya terasa gatal sekali ingin memukul kepala Henry.

Seorang 'Oh Sehun' menaiki mobil butut, bukankah itu sangat memalukan?

Tidak jauh dari tempat mobil mereka berhenti ada segerombol siswa. Dan apa jadinya Jae Ahn nanti jika siswa-siswa itu melihatnya keluar dari mobil milik Henry-dari sebuah Mini Cooper warna kuning! Astaga, warna kuning! Dan itu adalah mobil tua asal Inggris produksi tahun 1959. Benda itu lebih cocok disebut rongsokan, bukan mobil!

"Aku? Untuk alasan apa aku mempermalukanmu?"

Jae Ahn mendengus, "Tentu saja karena kau membenciku!"

Henry mengangkat kedua bahunya acuh, "Aku tidak seperti itu." sangkalnya. Dan Jae Ahn semakin emosi melihat reaksi Henry yang seolah tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

"Terserah! Tapi kuperingatkan, ini adalah yang pertama dan terakhir kali aku melihat mobil sialanmu ini." katanya mengancam. "Terima kasih karena telah mengantarku menggunakan rongsokan ini, dan terima kasih juga karena kau membuatku semakin datang terlambat." Lanjutnya sambil membuka pintu mobil.

"Oh, kupikir kau justru sangat menyukainya." Gumam Henry, sengaja memancing emosi Jae Ahn.

Telinga Jae Ahn dapat menangkap dengan jelas apa yang Henry ucapkan, dia berdesis, dan melayangkan tatapan tajam untuk Henry.

"Dasar pria Kanada gila!" maki Jae Ahn, kemudian membanting pintu mobil dengan kasar hingga menimbulkan dentuman keras.

"Yak! Hati-hati, Bung! Kau bisa menghancurkannya!" teriak Henry dari dalam.

Tapi Jae Ahn sudah tidak menggubris itu. Dengan kesalnya dia mengayunkan kaki memasuki area sekolah.

Dan benar saja, beberapa siswa yang melihat Jae Ahn keluar dari mobil itu kini melayangkan tatapan mencemooh untuknya, bahkan ada yang terang-terangan melontarkan makian. Jae Ahn hanya mampu mengumpat di dalam hati ketika mendapat perlakuan tidak menyenangkan itu. Sejak awal reputasinya di sekolah ini memang sangat buruk, tapi untuk masalah harga diri, dia tidak bisa mentolerir orang-orang yang merendahkannya, seperti Henry yang mempermalukannya.

Jae Ahn menunduk dalam menyembunyikan wajahnya, dan melangkah lebar-lebar dengan tempo cepat. Malu rasanya. Jae Ahn sungguh merasa malu. Jadi dia harus menghindari tatapan orang-orang, terutama tatapan dari seorang siswa laki-laki bernama Chan Soo yang kini menyunggingkan senyum permusuhannya. Hingga akhirnya Jae Ahn berbelok ke arah kanan, menuju ke tempat berdirinya seorang pria paruh baya bertubuh gempal dan berkumis tebal. Ya, Kepala Sekolah Lee yang terkenal killer itu sudah menunggunya dengan memasang raut siap menerkam.

Dari dalam mobil, Henry terus memperhatikan Jae Ahn. Henry tahu semuanya, sejak anak itu memasuki area sekolah, lalu menunduk dalam menahan rasa malunya ketika seorang anak yang seumuran dengannya menyuarakan seruan permusuhan, hingga akhirnya Jae Ahn menghampiri seorang pria paruh baya dengan aura menyeramkan, Henry pikir pria paruh baya itu adalah seorang guru yang siap melayangkan hukuman kepada Jae Ahn.

Henry tertawa hambar, dia berhasil mempermalukan Jae Ahn. Tapi entahlah, ada sedikit perasaan tidak tega yang mengganggunya. Terutama ketika Henry melihat wajah Jae Ahn yang benar-benar tertekan, dan ketika banyak siswa yang menguarkan aura kebencian kepada Jae Ahn. Saat itu, Henry melihat Jae Ahn lebih mirip seperti anak kucing yang malang, yang berjalan di tengah-tengah harimau.

CULACCINO & DER BAHNHOF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang