CHAPTER 8

4.7K 255 23
                                    

CHAPTER 8

Tidak ada yang spesial untuk malam ini. Tidak ada bunga ataupun makan malam romantis seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya ada dua cangkir ginseng hangat dan dua mangkuk sup kacang di meja makan minimalis. Sangat jauh dari apa yang Kyuhyun harapkan. Padahal pria itu sudah menyiapkan makan malam romantis di restoran kelas atas, bahkan juga dua buah tiket liburan ke Paris untuk bulan madu mereka yang tertunda, anniversary yang ke-4 pernikahan mereka. Tapi semua itu batal, Saena bersikeras tidak mau meninggalkan Jae Ahn. Dan memang benar, malam itu Jae Ahn sedikit rewel. Kyuhyun tidak bisa lagi membujuk apalagi memaksa, Jae Ahn lah kelemahannya. Ia tidak mau ambil resiko hanya untuk kesenangan mereka.

Malam itu seolah semuanya menjadi mencekam. Kyuhyun hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa berniat memakannya. Sedangkan Saena sedari tadi diam di tempat, berkutat dengan hati dan pikirannya. Saena masih meyakinkan dirinya, menganggap pilihannya tidak salah.

'ChoKyuhyun, maafkan aku.'

"Kyu—" panggil Saena lembut. Lebih lembut dari biasanya. Mengingatkan kyuhyun bahwa ada maksud lain dari sekedar panggilan sayang.

"Ehm—" hanya deheman. Baiklah, Kyuhyun nampaknya sedang merajuk.

Saena terdiam, tidak berniat melanjutkan tujuan awalnya. Keputusannya memang sudah matang, tapi apakah malam ini adalah waktu yang tepat?

"Aku sudah selesai," Kyuhyun berucap singkat lalu beranjak dari meja makan. Kali ini tidak ada perbedaan dengan sikap Kyuhyun, antara semakin merajuk atau benar-benar marah.

"Duduklah, di sini sebentar! Temani aku,"

Kyuhyun tidak menoleh dan terus melangkah menuju dapur. Ia mengambil sebuah botol hitam yang ada di dalam almari kaca, sebuah cebernet sauvignon, sesekali ia memang meminum wine. Setelah itu Kyuhyun kembali melangkah menuju ruang kerjanya. Ia tidak mempedulikan Saena yang menyuruhnya tetap di ruang makan.

Saena hanya dapat melihat Kyuhyun dengan perasaan kacau. Ia lalu pergi ke sebuah almari yang menyimpan dokumen pribadinya kemudian mengambil sebuah map coklat, membawanya menyusul Kyuhyun.

Kyuhyun sedang duduk di sebuah sofa saat Saena memasuki ruangan itu. Tangannya membuka tutup botol wine-nya dan akan meneguknya, tapi tangan Saena buru-buru meraihnya dari tangan Kyuhyun lalu meletakkannya di meja.

"Wae?" Kyuhyun bertanya dengan emosi. Lagi-lagi Saena mengganggunya.

"Berhentilah minum, Kyu. Kau punya Jae Ahn, tidak bisakah kau memberi contoh yang baik?"

"Minum adalah hal yang wajar. Jika kau tidak suka, pergilah! Jangan ganggu acara minumku! Lagi pula aku tidak minum di depan Jae Ahn."

"Geure, kau bisa minum sepuasmu! Tapi kau harus ingat, itu juga untuk kesehatanmu. Kau tidak akan berumur panjang jika kebiasaanmu seperti ini. Apakah kau tidak mau merawat Jae Ahn hingga dewasa? Apakah kau tidak mau melihat Jae Ahn menikah dan memeberikanmu cucu? Kau akan menyesal melewatkan itu, Kyu." Saena berucap dengan nada marah. Menyembunyikan airmata yang berusaha ia bendung.

Kyuhyun terhenyak mendengar ucapan Saena. Semua kata-katanya terdengar seperti sirine peringatan penting.

"Tidak bisakah kau diam, Saena?"

"Tidak bisakah kau bersikap lebih dewasa, Kyu?" Kyuhyun terdiam. Dia sadar dirinya sangat kekanakan.

Saena meletakkan map coklat yang dibawanya di meja, tepat di hadapan Kyuhyun. "Ayo kita berpisah!"

Seketika itu juga Kyuhyun menatap map coklat itu penuh murka. Pandangannya beralih pada Saena, tajam. Ini seperti de javu, Kyuhyun pernah mengatakan itu. "Apa maksudmu, Cho Saena?" ia bertanya dengan garang, memanggil Saena dengan marga 'Cho'—menegaskan bahwa Saena telah menjadi miliknya dan dia tidak boleh pergi.

CULACCINO & DER BAHNHOF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang