6. Pasar Malam

6.1K 792 14
                                    

Prilly Adriana

Jika buku RPUL zaman SD diizinkan memuat delapan keajaiban dunia, maka kuyakin Ali akan mengisi kolom itu. Lihatlah polisi merangkap Kang Somay ini sekarang, dia dengan songongnya mengajakku ke pasar malam setelah dinyatakan dokter boleh pulang besok pagi. Mataku yang sudah kuyu akibat kurang tidur mengerjakan laporan mendadak melek seperti diguyur kopi luwak seteko setelah mendengar ajakan Ali.

"Li, ntar kalau lo ketangkep pas kita jalan gimana? Izin sakit masa berkeliaran di pasar malam?" debatku padanya ketika Ali dengan santai mengenakan jaket kulit slim fit kesayangannya.

"Ini malam minggu, Bu Dokter ... Lo kelamaan semedi di RS sih jadi agak kolot, kebawa suasana ruang isolasi ye jadi jarang gaul?" ledeknya tak menjawab pertanyaanku sama sekali. Aku mendengus.

"Ali! Gue serius! Malu-maluin aja kalau besok masuk berita seorang dokter tertangkap basah melarikan pasien untuk malam mingguan ..."

"Hahaha ya Allah, Prill ... Nyampe ya otak lo mikir ke sana? Astagaaaa beneran parah!" Ali terbahak sambil memegangi perutnya.

"Ali!"

"Ok, ok gue serius sekarang. Lo bebas dinas ga malam ini?"

Aku mengangguk. "Gue dapat libur karna mau ganti stase."

"Nah ya udah, aman dong kalau kita jalan secara lo juga lagi bebas dinas gini. Lagian ya, Prill, satpol PP mah keliaran siang sidak lapak pedagang sama PNS. Malam minggu paling rajin nguber bencong di taman kota. Lo bukan bencong kan?" kelakarnya jahil.

"Aliiiii ... Gue cewek tulen ya! Luar biasa cantik gini masih lo pertanyakan keaslian gue, Kang Somay?" geramku.

"Ya kan ga tau onderdil dalamnya asli apa KW? Secara sekarang bencong Thailand aja pada cantik-cantik,"

"Tau ah gue bete!" sahutku sambil berjalan mendahului Ali keluar ruang rawat menuju parkiran motor. Sore tadi Ali bilang motornya diantar oleh anak buahnya ke RS setelah mendapat persetujuan rawat jalan dari dokter.

"Eh ... eh ... jangan ngambek ah! Nanti gue bergol nih biar ga bisa lepas sekalian?"

"Lo pikir gue penjahat gitu?"

"Iya. Penjahat hati gue, udah dirampok eh guenya ga bisa menjarain." kerlingnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum dibuatnya. Ali memang pandai mencairkan suasana di antara kami.

"Lagian lo dodol, udah tau nih perempuan ada yang police line, masih aja nunggu. Kenapa ga sama polwan yang tadi nyuapin lo makan?"

Ingatanku melayang ke adegan tadi sore saat akan menggantikan perban Ali. Lelaki ini sedang disuapi makan oleh seorang polisi perempuan dengan begitu telaten sampai-sampai menghapus sisa makanan di sudut bibir Ali. Mau dibilang mesra ya bisa jadi kalau ukuran polisi yang cenderung terbiasa tegas dan kaku. Menyadari aku datang si Ali malah buru-buru menahan tangan si perempuan yang hampir memasukkan sendok ke dalam mulut Ali.

"Ciee cemburu? Hahaha ntar deh ya gue pikirin lagi. Secara dia perempuan masa lalu gue." jawab Ali saat kami akan menaiki motor besarnya.

"Gak! Ngapain gue cemburu sama lo?"

"Ya ga sama gue lah cemburunya, Bungkus Nugget! Tapi sama Wulan. Bripda Wulandari itu cewek yang lo liat lagi nyuapin gue tadi."

"Mantan lo?" bisikku tepat di telinga Ali yang tertutup helm karena motor mulai melaju membelah jalanan dengan deru yang cukup kencang.

Kepala Ali terlihat mengangguk. "Mantan calon pacar. Like you and me. Keguguran sebelum dibuahi." canda Ali.

"Ditolak juga lo sama dia?"

Behind The GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang