7. Janji Di Atas Ingkar

6.4K 707 19
                                    

Prilly Adriana

Sudah tiga hari belakangan Ali tidak bisa dikontak sama sekali. Ingin ke rumah atau apartemennya aku sedang dibekap kesibukan memasuki stase baru, sedangkan ke kantor Ali aku rasanya masih risih. Kami belum terikat hubungan apa pun selain ikrar saling memiliki sejak di pasar malam waktu itu.

Sebenarnya aku ingin curhat ke Nesa tentang ini tapi jam dinas kami tidak pernah sinkron. Rumah Sakit tempatku koas menerapkan sistem tiga shiff yang terdiri dari dinas pagi dimulai dari pukul 09.00 sampai 15.00 sore lalu dilanjut dinas sore yakni pukul 15.00 - 20.30 malam, dan terakhir dinas malam yang dikenal sebagai jam horor sekaligus "kritis" bagi para dokter, perawat, dan bidan karena alamat bergadang apalagi jika sedang banyak pasien. Dinas malam dimulai pukul 20.30 - 09.00 pagi. Jangan tanya soal uka-uka di jam malam begini, aku sejak zaman masih praktik pertama sudah pernah ketemu setelah dikerjai kakak tingkat. RSUD selalu lebih uji nyali daripada swasta.

"Dor! Ngapain ngelamun, Dek?" tegur seseorang menjeda lamunanku.

Aku mendongak dan menemukan sosok lelaki berbadan tambun dengan jas putih kesempitan itu menatap penasaran.

"Ngelamunin Bagas?" tanyanya lagi sambil mengambil duduk di kursi tunggu bagian poli umum rumah sakit tempatku berada sekarang setelah jam pelayanan rawat jalan tutup.

Aku menarik napas sebelum kemudian menggeleng. Aku sudah biasa tanpa kabar dari Bagas mengingat sejak awal ia mangambil program studi pendidikan dokter pun kesibukannya luar biasa padat, kuliah teori dan osce per dua bulan sekali membuatnya sering tak memegang ponsel. Dulu aku sempat tak percaya tapi kemudian paham setelah turut menjalani hal yang sama. Buka hp hanya untuk cek jadwal kuliah yang sering dadakan atau jarkom info kegiatan angkatan.

"Udah biasa kali, Kak, dia lebih sayang sama pasien daripada pacarnya." candaku membuat dokter gigi ini tertawa. Namanya Genta, ia seniorku di Fakultas Kedokteran yang sekaligus satu angkatan di Medical Volunteer.

Medical Volunteer itu semacam kumpulan relawan dari mahasiswa fakultas kedokteran. Kami biasanya menyelenggarakan kegiatan pengobatan massal, pemeriksaan gigi gratis, dan bakti sosial lainnya. Biasanya setiap Fakultas Kedokteran punya nama masing-masing untuk perkumpulan seperti ini.

"Derita pacaran sama anak kedokteran ya, Dek, zaman kuliah dia lebih sering ngedate sama Sobotta, Guyton, Ganong, dan slide dosen. Belum lagi asistensi. Eh pas selesai koas dibikin LDR sama internship."

"Asal ga lanjut aja sih nyampe nikah gitu,"

"Eh, besok Minggu mau ikut ngumpul sama anak-anak MV ga?"

"Tumben pada bisa ngumpul. Mau ada project, Kak?"

"Gak sih, ngumpul rumpi dan rempong doang. Itu si Maleo baru balik dari pedalaman hutan, perlu dikenalin kota lagi dia abis jadi anak rimba."

"Dia terlalu menjiwai MV, Kak! Mungkin emang cocoknya dokter hewan." kelakarku membuat kami cekikikan.

"Btw, Bagas tumben tahan di tengah lautan begitu? Laki lo kan dari dulu doyan perawatan, Dek, kena sinar matahari aja sering ogah-ogahan padahal tuh badan emang dari lahir kek Silver Queen batangan. Heran gue," Sisi ceriwis Kak Genta mulai keluar. Lelaki berperangai girly ini memang kadang-kadang lepas kalau sudah ngerumpi.

"Diiih gayanya ngatain Bagas, lha yang biasanya perawatan kan kalian berdua? Heran deh gue, Kak, sama lo dan sama Bagas juga sih. Megang hp boro-boro sempet, eh sauna sama luluran aja bisa. Lotion Bagas aja lebih berjejer daripada punya gue. Kadang gue mikir ini yang lakinya dia apa gue sih? Bangoran gue kayaknya,"

"Hahaha ga usah heran. Lagi zaman kan laki perawatan? Cowok metroseksual mah sekarang bejibun, Dek! Lagian bukannya kata lo dari kalian sahabatan si Bagas doyan ngikut maminya perawatan?"

Behind The GunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang