17+

3.4K 180 16
                                    

Benarkan ia telah kembali?? Stefan membalikkan badannya perlahan, dalam hatinya terus berdoa semoga ia tidak sedang bermimpi, semoga pendengarannya masih normal. Semoga memang benar suara itu adalah milik seseorang yang saat ini ia rindukan.

Ia meneteskan airmata, kali ini terasa lebih hangat menyentuh pipinya, ia sejenak mematung. Bibirnya bergetar saat menyebut sebuah nama.
"Yuki.." Ucapnya terbata sangat lirih dan hanya sayup terdengar ditelinga Yuki.

Detik berikutnya, ia langsung memeluk Yuki tanpa permisi. Mendekap erat tubuh yang selama ini sangat ia rindukan, semakin dan semakin erat seakan memberi isyarat betapa rindunya sudah terlalu dalam.
Yuki merasakan sedikit susah bernafas karena Stefan terlalu erat menghimpit tubuhnya. Namun ia membiarkan itu, ia mengusap-usap lembut punggung Suaminya.

"Jangan pergi lagi. Please...jangan pergi lagi" mohon Stefan berulang kali tanpa melepaskan pelukannya.
Yuki berusaha melepaskan pelukannya namun Stefan semakin erat mengunci tubuhnya dengan lengan kekarnya.

Setelah beberapa lama ia akhirnya mengendurkan pelukannya, menatap wajah Yuki. Hatinya semakin bergemuruh, sudah lama ia tak memandang wajah istrinya sedekat itu.
"Maafin aku sayang, maafin aku" ia berkali-kali mengecup punggung tangan Yuki
"Kalo aku belum maafin kamu, aku ga akan ada disini" ucapnya lalu tersenyum manis. Stefan menatap lekat Yuki, menikmati manik matanya yang indah, menikmati lengkung senyumnya yang selalu memikat hatinya.

"Satu senyuman yang selalu kurindu. Satu senyuman yang selalu dapat melebur semua rasa gundah. Satu senyuman yang selalu membuatku jatuh cinta" batinnya, ia sangat menikmati detik-detik ini. Rindunya kembali menemukan rumahnya. Mereka hanya saling pandang, hanya saling melempar senyum. Mata mereka memancarkan butir asmara yang tengah dipadu.

"Udah ya,, aku cape berdiri terus" ucap Yuki sambil tersenyum lucu. Mereka berdua nampak kikuk.

Yuki mengedarkan pandangannya dengan tatapan aneh,, Stefan hanya tersenyum malu sambil menggaruk-garuk kepalanya..
"Kayanya kerjaan aku numpuk nih" sindir Yuki melihat kamarnya yang nampak berantakan. Ia tersenyum pada Stefan kemudian berniat merapihkan semuanya namun Stefan menahannya, menaruh tangan Yuki melingkar dilehernya, sedangkan tangannya melingkari pinggang Yuki, menariknya hingga merapat ketubuhnya.
Mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir tipis Yuki hanya sejenak. Darahnya langsung berdesir halus. Ia kembali menatap Yuki seolah memberi isyarat, meminta sesuatu pada Yuki melalui matanya, Yuki tersenyum dan mengangguk seakan mengerti maksud Stefan.

Ia kembali melumat bibir tipis Yuki dengan cepat. Sesekali ia merasakan Yuki menggigit bibirnya namun itu sama sekali tak membuatnya berhenti, ia terus mencumbui istrinya itu. Kedua tangannya mengusap-usap punggung Yuki hingga bajunya tersingkap, tangannya langsung menyelinap menyentuh kulit punggung istrinya yang terasa lembut. Ia perlahan membawa Yuki ketempat tidur tanpa melepaskan ciumannya, ia segera merebahkan Yuki, bibirnya ia alihkan mencumbui bagian leher dan terus bergerak menyentuh bagian lainnya, Yuki hanya mencengkeram kepala Stefan seraya meremas-remas rambutnya. Mengisyaratkan agar Stefan tak menghentikan aksinya, membiarkan Stefan terus terbenam menjamah tubuhnya.
Matanya terpejam menikmati sensasi yang luar biasa nikmat.

Stefan mengusap peluh yang mengucur diwajah Yuki, ia kembali melumat bibir Yuki agar tak meranjau, tak merintih kesakitan. Beberapa menit kemudian ia pun ikut ambruk disebelah Yuki, matanya terlihat sayu.

Stefan mendekatkan bibirnya hingga menyentuh daun telinga Yuki kemudian berbisik
"I love you" suaranya sangat pelan. Yuki tersenyum kemudian menutup matanya diikuti Stefan. Rasa lelah sepertinya menyelimuti keduanya.

------
Ariel menatap langit yang berkelir seperti helaian kapas tipis yang berserakan dihamparan langit biru, pagi itu nampak sangat indah tapi sayang pemandangan itu tak sebanding dengan keadaan hatinya. Ia mengangkat senyum hambar, hatinya terlalu rapuh untuk dibuat kagum.
Raut wajahnya nampak kaku, menangis pun sudah tak sanggup lagi ia lakukan. Hatinya seolah beku, mati rasa.
Pahit getir dihidupnya silih berganti saja datang.

Our Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang