Ariel berusaha menenangkan dirinya, saluran pernafasannya seperti tersumbat. Kerongkongannya seperti tercekik. Rasa sesak itu semakin membuncah saat Stefan mengatakan itu. Kata-kata itu bagai kilatan petir yang menyambar hati, seperti bidikan ribuan peluru panas yang menghancurkan hatinya terasa menghujam pilu hatinya.
Airmatanya kini tak menetes namun matanya nampak memerah. Dan kali ini rasanya jauh lebih sesak dibanding saat ia menangis.
Ia sekuat mungkin menarik sudut bibirnya mencoba melengkungkan senyuman, nampak sedikit bergetar bibirnya namun ia bisa melakukannya.
"Aku akan selalu ada buat kamu" sebuah kata yang terdengar begitu menyejukkan ditelinganya walau sejujurnya ia ingin mendengar kata yang lebih dari itu.
"Andai aja kamu bilang 'aku akan berusaha mencintai kamu sel' kalimat itu Steff, kalimat itu yang sebenarnya pengen aku dengar" batin Ariel.-------
Stefan duduk santai dibelakang teras rumahnya menatap langit sore itu. Warna jingga disertai mentari yang bulat kehitaman mulai untuk terbenam. Sunset pun tiba, angin membelai tubuhnya begitu indah. Ia menutup matanya seakan merasakan tubuhnya begitu menyatu dengan alam. Penat dikepalanya perlahan luruh, sedikit demi sedikit fikirannya kembali tenang.
Bersyukur adalah hal-hal paling mujarab untuk menenangkan pikiran."Kamu mikirin apa sayang?" Yuki datang dengan membawa secangkir teh kemudian duduk disamping Stefan.
"Mikirin kamu" goda Stefan sambil mencolek dagu Yuki.
"Mulai deh gombalnya" timpal Yuki, mengalihkan pandangan dari Stefan. Tangannya ia lipat kedepan. Stefan tersenyum melihat sikap Yuki, ia merapatkan duduknya dengan Yuki. Tangannya merangkul bahu Yuki sambil sesekali mengusap-usap rambutnya yang panjang. Sebelah tangannya meraih tangan Yuki yang terlipat kedepan, ia alihkan diatas pahanya. Menggenggamnya erat.
"Sayang,, kamu kenal Ariel udah dari dulu yah" tanya Yuki. Stefan hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sesekali ia mencium rambut Istrinya yang beraroma segar itu.
"Kasian banget ya dia" lanjut Yuki, ia menyenderkan kepalanya didada Stefan. Merasakan detak jantung Stefan yang terasa berdenyut begitu cepat, sama persis seperti detak jantungnya yang selalu berdenyut lebih cepat setiap berada didekat Stefan.
"Emang dia cerita apa aja sama kamu?" Tanya Stefan singkat.
"Semua.. Tentang keluaganya, tentang cinta pertamanya juga. Aku penasaran deh, siapa sih lelaki beruntung itu. Ariel keliatannya sampai sekarang sayang banget sama dia. Kamu tau? Kan kamu sahabat dia sejak SMP" Yuki menarik kepalanya dan menatap wajah Stefan serius menunggu jawaban atas tanyanya itu.
Stefan merasa sedikit salah tingkah,, ia bingung harus menjawab apa. Gimana jadinya kalau Yuki tau yang dimaksud Ariel itu adalah dirinya. Dia tak ingin hubungan Yuki dan Ariel yang telah terjalin baik selama ini menjadi berantakan.Ia mendekatkan wajahnya pada Yuki dan mengecup lembut bibir tipis Istrinya.
"Ga usah ngurusin urusan orang" ucapnya lalu melanjutkan mengunci kembali bibir Yuki. Melumatnya dengan gerakan yang cepat, sesekali ia memainkan lidahnya saat bercumbu itu.
Tangan Yuki yang sedari tadi ada dipaha Stefan secara tak sadar meremas-remas pahanya hingga membuat Stefan terbelalak dan melepaskan ciumannya.
"Iih nakal ya sekarang" ucap Stefan.
"Maaf ga sengaja" jawab Yuki sambil tertawa lucu, wajahnya nampak polos seperti anak kecil.
"Kita kedalem yah" bisik Stefan. Tanpa menunggu jawaban Yuki, Stefan langsung menggedong tubuh Yuki yang mungil kedalam kamarnya.
Ia merebahkan tubuh Yuki diatas tempat tidur,
"Ssst...tutup dulu pintunya" ucap Yuki seraya menahan tubuh Stefan yang sudah ikut berbaring menindihnya.
"Udah gaada siapa-siapa ini. Malu sama siapa sih" ucapnya seraya tak sabar. Mereka larut dalam hasrat suami-istri yang selalu menggebu.------
Yuki merasakan nyeri dipanggulnya semakin menjadi, ia menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur. Tangannya mengepal keras dan memukul-mukul tempat tidur melawan sakit yang tiba-tiba menyerang. Beberapa menit ia melawan rasa sakit itu, wajahnya nampak memerah, ia mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan setelah rasa sakit yang ia rasakan mereda, melemaskan kembali otot-otot syarafnya yang terasa kaku.
Dengan langkah sempoyongan ia bergegas mengambil tasnya dan melangkah keluar.Setelah menunggu lumayan lama, Yuki akhirnya masuk kedalam sebuah ruangan bernuansa serba putih dengan bau-bau khas yang tak sedap. Ya,, bau berbagai ramuan untuk orang berpenyakitan. Ia melangkah masuk setelah seorang suster memanggilnya.
Wajahnya nampak kaku mendapati raut wajah dokter didepannya yang nampak serius.
Setiap kata demi kata yang keluar dari mulut sang dokter itu ia dengarkan baik-baik. Beberapa diagnosa dengan bahasa kedokterannya sebenarnya tak begitu ia mengerti tapi garis besarnya ia dapat memahami.
Airmata langsung mengalir dari mata beningnya, bibirnya nampak bergetar."Tidak ada pilihan lain bu,saluran indung telur disebelah kiri anda telah membengkak parah dan harus cepat diangkat agar tidak membahayakan indung telur kanan dan rahimnya, kita tidak mau mengambil resiko" kata-kata itu semakin mendengung keras ditelinganya. Sebuah pecutan yang perlahan-lahan melucuti harapannya, memutus semangatnya. Nafasnya seakan berhenti, kepalanya terasa sangat berat dan semakin pusing mendengar penjelasan dokter.
Tapi ada sebuah angin segar yang berhembus dari suara itu.
"Anda tidak perlu kuatir ada orang yang masih bisa hamil walau sudah menjalani operasi ini. Karena anda masih mempunyai satu indung telur lagi disebelah kanan walaupun kemungkinan itu kecil" Yuki sedikit merasakan syaraf-syaraf semangatnya mulai hidup lagi.
"Kami akan berusaha membantu sebisa kami, walaupun persentasenya kecil karena sudah diangkat salah satu saluran telurnya. Tapi tak ada yang tak mungkin, semua bisa saja terjadi. Atau alternatif lain dengan bantuan inseminasi atau bayi tabung" kata-kata sang dokter semakin membuat pusing kepalanya.
Harapan itu masih ada, iya dia mendengar jelas dokter mengatakan hal itu walaupun sangat kecil.------
Yuki turun dari taksi. Wajahnya nampak pucat dan kaku, entah seperti apa yang ia rasakan saat ini, jiwanya seakan mati. Raganya seperti tak berpenghuni saat ini, hati dan fikirannya terasa tak sinkron, ia mencoba menguatkan dirinya. langkahnya nampak lunglai saat masuk kedalam gedung bertingkat yang megah itu.
Ia menajamkan pandangannya yang nampak kabur, beberapa kali ia memegang kepalanya entah sudah ada berapa bintang diatas kepalanya itu.
"Ya Tuhan kuatkan aku" gumamnya didalam hati.------
"Tunggu Riel,," Stefan berusaha menahan langkah Ariel, sejak kejadian kemarin Ariel memang bersikap dingin pada Stefan. Ia hanya berbicara seadanya dan sebatas tentang pekerjaan. Dia terlihat sangat menjaga jarak dengan Stefan.
"Kamu marah sama aku?" Tanya Stefan to the point. Ia tak bisa terus berdiam-diaman seperti itu.
Ariel tersenyum dan melepaskan tangan Stefan.
"Kamu ga punya salah sama aku, Steff. Aku justru benci sama diri aku sendiri" ucapnya lirih.
"Kamu tau gimana rasanya aku berjuang mengalahkan keinginan aku untuk ngilangin perasaan ini, setiap usaha aku sama aja seperti aku nyakitin diri aku sendiri. Aku benar-benar ga bisa keluar dari perasaan ini, aku semakin tersesat dan jauh dari diri aku sendiri. Setiap waktu hanya berkutat tentang perasaan ini. Tentang rasa dihati ini. Tentang kamu Steff, tentang kamu.." Ariel semakin tak terkontrol, suaranya begitu terdengar menggema diruangan itu hingga terdengar begitu jelas ditelinga orang yang telah lama berdiri dibalik pintu ruangan itu.Yuki meremas kuat tangannya, pandangannya semakin berkunang-kunang. Hari ini ia rasakan begitu berat. Satu persatu kenyataan pahit ini melucuti batinnya, menggores luka begitu dalam.
-------
Ariel membersihkan wajahnya ditoilet,, membasuh sisa-sisa airmata yang telah menodai make-upnya. Ia menatap dirinya didepan cermin. Ia tersenyum pahit melihat pantulan dari cermin itu, sosok gadis yang terlihat sangat menyedihkan yang hidup tanpa satu cinta pun yang menyeratinya.
Dunia seperti benar-benar menolak kehadirannya.
Ia meraih handphonenya yang bergetar,, membaca pesan yang masuk. Sejenak berfikir kemudian bergegas keluar..------
Senja nampak begitu indah diufuk barat. Yuki duduk disebuah bangku yang cukup panjang yang terdapat ditaman yang luas. Angin terasa merayu manja, berhembus lembut menari-narikan anak rambutnya hingga mengenai wajah putihnya yg nampak pucat. Daun-daun kering berterbangan dibawa angin, ranting-ranting pun saling bergesek-gesekan menimbulkan suara decitan yang menenangkan hati.
Yuki menatap nanar kehamparan danau didepannya, langit jingga semakin menunjukan pesonanya, jingganya langit sore memantul indah dipermukaan danau. Ia merasakan kehadiran seseorang duduk disampingnya.
"Kenapa lo ga pernah jujur sama gue" ucapnya tanpa basa-basi bahkan tanpa menatap terlebih dahulu orang yang menghampirinya itu...TO BE CONTINUE
*maaf share'y agak malem..
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Life
RastgeleCerita ini sequel alias Season 2 nya story yang sebelumnya "Perjuangan Cinta Kita" .. Yang belum baca "Perjuangan Cinta Kita" sebaiknya baca dulu biar ngerti alur ceritanya seperti apa. Dan bagi yang udah baca "Perjuangan Cinta Kita", I just wanna s...