Nina mempercepat langkahnya menyusuri koridor sekolah, memang tidak gampang untuk bisa menghindar dari Nauval. Tapi mungkin dia harus memulainya dari sekarang, supaya hal rumit yang kemungkinan akan terjadi nantinya tidak terlalu membuat hatinya terluka. Ya, walaupun kali ini memang niatnya dia hanya berpura-pura untuk marah kepada Nauval, setidaknya ini buat pelajaran awal untuk hatinya yang benar-benar sudah bergantung kepada laki-laki ajaib itu.
Brruuuukkk!!!
"Aaw..." Pekik Nina yang merasakan tubuhnya terpental ke lantai.
"Eh... Sorry sorry..." Suara nge-bass dari seseorang yang sudah menjulang didepannya, menyadari kesalahannya. Kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Nina kembali berdiri.
"Sorry ya, nggak kenapa-napa kan?" Nina menggeleng-gelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Makasih ya Kak, maaf kalau gak sengaja nabrak Kak Okta." Nina menyadari bahwa yang ditabraknya adalah Okta, Kakak kelasnya yang juga ketua OSIS di sekolahnya, laki-laki yang paling pinter di sekolahnya SMP dulu. Nina mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya. Laki-laki tampan yang pernah dikaguminya--dulu sewaktu SMP.
FLASHBACK
"Lo mau sampai kapan sih Cuma memperhatikan Kak Okta itu dari jauh?" Tegur Felly yang jengah melihat sahabatnya itu yang sangat rajin duduk di kantin paling pojok hanya untuk memperhatikan laki-laki yang sedang menikmati waktu istirahatnya bersama seorang gadis.Ya, sepasang kekasih lebih tepatnya. Nina mengerucutkan bibirnya. Dia paham benar, kalau laki-laki yang tengah menempati hatinya, Kakak kelasnya, atau lebih tepatnya cinta pertamanya itu saat ini telah memiliki seorang kekasih. Tidak mungkin Nina akan mengungkapkan perasaannya kepada orang yang telah memiliki tambatan hati, apalagi dia adalah seorang perempuan. Memang tidak ada hukum yang melarang perempuan untuk mengungkapkan perasaan kepada laki-laki, tetapi itu terlihat tidak etis bagi Nina.
"Terus gue harus bagaimana Fel?" Nina tertunduk lesu. Bukan salahnya. Bukan salah perasaannya, bukan juga salah cinta. Tapi, mencintai seseorang diam-diam itu sama sekali bukan keinginannya dan untuk mengungkapkannya pun bukan hal yang akan dilakukannya.
"Lo harus lupain dia Na, masih banyak kok laki-laki yang lebih tampan dari Kak Okta. Dosa tahu... cinta sama pacar orang."
"Gue gak tahu harus kayak gimana... susah tahu, ngelupain cinta pertama."
"Kalau lo niat, gak ada yang susah."
"Lo bantu gue ya?" Ucap Nina tersenyum simpul. Felly mengangkat kedua jempol tangannya. Berat, tapi ini jalan terbaik. Kalaupun suatu saat nanti dia akan berjodoh dengan Okta, akan ada jalannya sendiri. Mungkin ini hanya keputusan untuk mengurangi rasa sakitnya kelak, meski Nina harus mengubur dalam-dalam harapannya untuk memiliki kekasih dari cinta pertamanya.
FLASHBACK END
"Hellow... Kok ngelamun sih?" Okta mengibas-ngibas tangannya di depan mata Nina.
"Owh, ng--ma--maaf Kak. Aku duluan ya Kak..." Nina melangkahkan kakinya hendak berlalu dari hadapan Okta. Tiba-tiba tangannya di tahan untuk pergi.
"Tunggu..."
Nina menghentikan langkahnya. Sepasang mata menatap lekat tepat di manik matanya. Tatapan yang sulit untuk di deskripsikan namun memberikan kenyamanan di dalam dirinya.
"Ada apa Kak?"
"Kita bisa ketemu pulang sekolah? Aku tunggu di Parkiran." Nina membelalak. Entah apa ini maksudnya, Nina sama sekali tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba Okta mengajaknya ketemu? Selama ini dia tidak pernah dekat, bahkan perasaannya yang dulu susah payah dia kubur tidak menunjukkan kebangkitannya lagi. Bahkan yang Nina tahu, Okta tak pernah mengenalnya dari SMP walaupun mereka berada dalam satu sekolah sekalipun.
Belum sempat Nina menyetujui pertemuannya dengan Okta selepas pulang sekolah nanti, Okta sudah berlalu begitu saja. Meninggalkan Nina yang masih membeku di tempatnya.
***
Voment yaaa jangan lupa :* :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Setia Tapi Tak Nyata
Romancesesal yang datang selalu takkan membuatmu kembali maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanya pun kini telah berlalu