Epilog

394 26 6
                                    

Sekarang ia sudah berada di depan pintu berwarna kayu jati yang tertutup rapat, yang pernah dia kunjungi dulu bersama Nauval. Ya, beberapa bulan yang lalu. Walaupun awalnya ia berniat untuk tidak lagi datang kemari, namun seperti ada dorongan hebat di dalam dirinya hingga ia memutuskan untuk datang kembali.

Tempat ini masih sama dengan pertama kali dia datang, begitu mengagumkan. Namun kali ini bukan tatapan kagum yang terlihat di matanya, wajahnya terlihat sendu, matanya sayu. Ia tak sebahagia dulu ketika datang ke sini. Berkali-kali ia mengerjap-ngerjap matanya, untuk mengusir pedih supaya buliran Kristal itu tak jatuh di pipinya.

Dengan tangan yang mendadak bergetar hebat ia meraih pintu untuk membukanya, namun Nina ragu sejenak lalu melepaskan tangannya dari pintu itu. Tangannya beralih membuka tas kuning kecil yang tersampir di bahunya, lalu membukanya. Ia mengambil sebuah amplop di dalam tasnya.

Nina membuka lagi lembaran surat yang dia terima beberapa minggu yang lalu, sebelum surat itu di temukannya bersama gundukan sampah di belakang rumahnya waktu itu. Untung saja belum di bakar oleh Pak Joko, hingga dia harus mengorek-ngorek tong sampah tanpa peduli bau busuk yang mengganggu batang hidungnya.. Coretan tinta hitam di atas selembar kertas putih itu menuai banyak konflik di dalam hatinya.

Berkali-kali dia membacanya pun selalu menumpahkan air mata hingga pada saat ini. Nina kini berada di sini, di rumah kayu yang pernah dia kunjungi sekali bersama dengan orang yang memberi nama Rumah Pelangi. Rumah yang telah menjadi saksi dimana dia merasakan indahnya di cintai oleh orang yang mencintainya.

Gadis itu tersenyum gamang, ada rasa sakit yang mengusik hati kecilnya ketika matanya menatap deretan huruf yang di rangkai Nauval menjadi sebuah kalimat-kalimat yang berhasil meluluh-lantahkan hatinya.

To : My Rainbow

Cieee... yang kemarin ulangtahun. Happy birthday my sweet love, my rainbow, my lovely. Tetap jadi pelangi di hatiku ya? Jangan pudar dan jangan pernah hapus pelangi itu. Tidak ada hal yang paling sempurna dalam hidupku kecuali saat aku ada bersama kamu sayang. Semoga pertambahan umurmu kali ini semakin membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semakin mencintaiku lagi dan lagi. Pun semoga nggak bakal jera dengan tingkahku yang super keren ini, yang kadang-kadang membuatmu naik darah sih. But, I love you anymore my rainbow.

Daaan... aku punya sesuatu buat kamu Na, besok aku jemput kamu pergi ke Rumah Pelangi kita. aku harap kamu mau dan suka dengan suprice yang aku buat di sana. Dandannya nggak usah lama-lama ya besok, natural aja udah cantik kok. Hahaha... besok aku jemput kamu jam 9 pagi harus sudah siap tinggal berangkat.

Oya, kalau kamu tanya kenapa aku buat surat ini dan nggak ngasih langsung juga ke kamu, itu karena aku... hmm, sekali-kali lah buat surat cinta buat kamu. Barangkali aku Cuma bisa buat sekali ini saja buat kamu, karena memang susah banget nulis ginian kamu tahu... Lah curhat kan jadinya. Ya anggap saja ini surat cinta dari aku, sebagai surprice kecil-kecilan, yang surprice besarnya besok. Tunggu ya. Udah dulu, capek ini otak mikir mau nulis apa, tangan juga udah pegel. Hahaha. Muaaach...


Yang kau cinta dan selalu mencintaimu



Nina tidak bisa lagi membendung air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Dia memeluk kertas itu sambil terisak. Sakit, rasanya sakit sekali, bahkan lebih sakit ketika dia mendapati Nauval berada di sebuah café bersama dengan Fara. Waktu memang tak pernah berpihak kepada siapapun, menyesal untuk sekarang pun tidak ada artinya karena semua sudah terlambat.

Kriieeeett kreek

Terdengar suara decitan engsel pintu yang berkarat saat Nina menarik pintu besi itu dengan kedua tangannya. Sepi dan kosong. Tetapi berhasil membuat gadis itu terbelalak kaget saat matanya menyapu seluruh ruangan di hadapannya. Berbeda dengan sewaktu pertama dia datang, ruangan ini tampak lusuh dan kotor, barang-barangnya pun berserakan dimana-mana, seperti kapal pecah lebih tepatnya. Tetapi sekarang, meski sedikit berdebu namun masih terlihat sempurna.

Rumah pohon itu, rumah kayu yang mendapat nama Rumah Pelangi dari Nauval itu di sulap menjadi sebuah ruangan yang paling indah dan romantis. Beberapa stiker spongebob menghiasi dinding kayu yang di cat berwarna kuning itu, Nauval mengerti benar jika gadis kesayangannya itu sangat menyukai kartun spon berwarna kuning itu. Nina melangkahkan kakinya memasuki rumah itu, matanya memandang kagum ke seluruh penjuru ruangan. Rasanya seperti berada dalam sebuah dunia hayalan, rumah impian yang di bangunnya bersama orang yang dia cintai pula. Dia memandangi satu per satu bingkai foto yang terpampang berbagai pose mesra dan absurd-nya bersama Nauval yang memenuhi dinding-dinding kayu, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum bahagianya.

Pandangannya beralih ke sebuah meja dengan dua kursi yang di tata rapi, lengkap dengan dua piring dan gelas, juga dua lilin di tengahnya dan setangkai mawar yang mulai mengering. Nina memicingkan matanya ketika melihat sebuah kotak yang lumayan besar dan kotak kecil di atas meja tersebut. Dia berjalan mendekat, lalu menarik salah satu kursi di sana dan duduk. tangannya bergerak membuka kotak besar berwarna kuning itu. Matanya kembali menitikkan air mata ketika melihat kue tart berbentuk spongebob dengan di desain sempurna menyerupai kota Bikini battom dalam dunia spongebob. Di atasnya tertuliskan "happy sweet seventeen my rainbow" lengkap dengan lilin berbentuk angka 17. Namun sayang, kue tart itu sudah menjamur dan hampir membusuk, sama seperti rindu yang di tanggung Nina hingga saat ini, menumpuk dan menyesakkan dadanya.

Nina menutup kembali kotak besar itu, tangannya beralih kepada kotak kecil yang berada di sampingnya. Bibirnya mengatub rapat, sekujur badannya bergetar hebat. Tanpa sadar air matanya kembali berlinang tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang membeku menatap dua cincin manis di sana. Jari-jarinya yang gemetar bergerak meraih kedua cincin itu dari dalam kotak. Dia tersenyum gamang mendapati inisial "NN" di dalam cincin itu. Harusnya kedua cincin ini sekarang sudah tersemat manis di jarinya dan jari Nauval. Tapi ternyata semua itu hanya mimpi yang tidak akan pernah dia dapatkan sama sekali. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat dan memejamkan mata, tangannya menggenggam erat kedua cincin itu hingga membentuk sebuah kepalan. Dia menahan segala gejolak di dalam dirinya, seluruh badannya bergetar hebat, kakinya melemas seolah tidak lagi menginjak lantai di bawahnya.

Harusnya ini menjadi kado terindah dalam hidupnya, tapi kado itu memang tidak berpihak kepadanya, sebelum dia menerima kado terindah ini, Nina harus mendapat mimpi buruk. Mimpi yang nggak pernah dia bayangkan sebelumnya, mimpi yang menjadi kenyataan pahit dalam hidupnya, yang menggoreskan luka yang begitu dalam di hatinya. Jika di pertanyakan apakah dia tidak berhak bahagia dengan orang yang dia sayang, Tuhan? Hanya Tuhan yang memiliki jawaban terindah atas pertanyaan menyakitkan seperti ini.

Menyesal, namun waktu tidak akan pernah kembali. Segala yang telah terlewati hanya akan menjadi album kenangan saja, dan hanya dapat di putar kembali tanpa bisa mengulangnya lagi.

**

wohooo... thanks buat yang udah baca sampe sini, yg belum sempet ngevote, yuk luangin waktu dua detik doang kok.
maaf ya sad ending :(
pernah baca ulang cerita ini jadi ikutan benci juga sih :v haha
next bakal buat yang happy ending kok 😂😂
coba deh setelah baca epilog ini puter lagi celine dion yang judulnya to love you more atau nggak laura pausini yang judulnya It's not good bye 😅
banjir gue :'(
babay.. :*
kalo minta extra part coment yaa :*

Kau Setia Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang