Pengakuan

256 12 1
                                    

"Lo ikut gue..." Kata Nauval tanpa basa-basi langsung menarik pergelangan tangan Nina yang sedang bercengkerama bersama Felly di kantin--meninggalkan Felly yang masih membeku di tempat--memandang heran Nauval yang langsung menyeret Nina tanpa permisi itu.

Nauval terlihat sangat marah, rahangnya mengeras, matanya menatap tajam ke depan, tangannya begitu kuat mencengkeram tangan Nina. Dia masih saja menyeret Nina tanpa peduli rasa sakit tangan Nina akibat cengkeraman tangannya, hingga Nauval menghentikan langkahnya di gedung belakang sekolah.

"Nauval!! Apa-apaan sih!!" Nina mengibas tangannya hingga terlepas dari cengkeraman Nauval.

"Maksud lo apa nyeret-nyeret gue kayak gitu? Sudah cukup ya Nauval, kalau emang lo gak suka sama gue, lo gak perlu ganggu hidup gue kayak gini lagi." Nauval masih enggan membuka mulutnya, laki-laki itu hanya memandang tajam kearah Nina. Matanya seperti menyiratkan kemarahan yang begitu dalam.

"Kenapa lo diem aja? Lo mau gue mati di sini sampai lo mau bicara?"

"Gue cinta sama lo."

"Basi."

"Gue serius."

"Gue gak perlu percaya sama lo."

"Tapi kali ini gue serius Nina, gue cinta sama lo. Tolong lo percaya sama gue, lo hargai perasaan gue."

"Hargai perasaan lo?" Nina tersenyum remeh. "Gampang ya lo ngomong gitu? Lo lupa kalau gue juga punya perasaan? Lo pikir hanya perasaan lo yang harus gue hargai? Sedangkan lo mempermainkan perasaan gue selama ini?"

"Nina... maafin gue." Nauval menangkupkan kedua tangannya ke pipi Nina, Nina segera menepis tangan Nauval.

"Harusnya gue sadar dari dulu, apa yang gue curigai selama ini Val. Kenapa lo waktu itu cium gue? Dan paginya--lo bilang kalau--kalau lo lebih cinta Dera di banding gue? Gue nyesel pernah menaruh perasaan ke lo Val."


Nina mulai tak kuasa menahan air matanya. Dadanya terasa sesak, mata dan wajahnya terlihat memerah. Ingin rasanya dia mencemooh laki-laki di hadapannya ini, tapi bibirnya kaku dan gemetar. Terasa berat bila ia harus mencemooh laki-laki yang sejujurnya masih dia cintai.


"Lo hebat, bahkan terlalu hebat dalam hidup gue. Lo bikin gue kayak sekarang ini dan pada akhirnya lo membuat pernyataan kalau lo lebih mencintai sepupu lo di banding gue? Gue bukan Dera Val... kalau emang lo cinta sama Dera, lo gak perlu buat gue cinta sama lo."


Nauval memandang iba gadis itu yang sudah banjir air mata. Dia tahu, dia salah. Bahkan dia mengerti bagaimana sakitnya Nina. Namun sebenarnya, tidak ada sama sekali niatnya untuk membuat Nina seperti sekarang ini. Nauval bimbang, memang dia sangat mencintai Dera, sepupunya di bandingkan Nina. Tetapi melihat Nina yang akhir-akhir ini dekat dengan Okta, Nauval merasa tidak cemburu hebat.

"Tapi gue gak suka lo deket sama Okta!" Sentak Nauval dengan nada meninggi.

"Kenapa? Lo siapa gue? Lo gak berhak melarang gue deket dengan siapapun, termasuk Kak Okta."

"Tapi gue gak suka!! Gue cinta sama lo, kenapa sih lo bohongin perasaan lo sendiri Na? gue tahu kalau lo juga masih cinta sama gue, tapi lo terlalu munafik!"

"Lo gak pernah sekasar ini Nauval." Desis Nina parau. Dia benar-benar tidak habis pikir, setan apa yang merasuki tubuh Nauval hingga membuat Nauval seperti sekarang ini.

"Maafin gue..."

"Lo gak perlu minta maaf lagi. Sudah cukup! Gue minta lo jangan ganggu gue lagi."

Kau Setia Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang