Nina menatap laki-laki dihadapannya sambil tersenyum. Betapa dia mengagumi sosok laki-laki itu, yang tengah men-drible bola basket dengan lincahnya di sebuah lapangan outdorr.
Matanya enggan melepaskan pandangan dari sosok Nauval--laki-laki yang tengah dekat dengannya, sedang berlatih basket di bawah terik matahari yang berada tepat mengenai ubun-ubun kepala, namun tak menyurutkan semangat Nauval untuk berlatih basket. Peluh yang membasahi seluruh tubuh Nauval tidak mengurangi pesona indah ciptaan Tuhan yang satu itu. Tidak salah jika Nauval mendapat kepercayaan menjadi captain basket di sekolahnya.
Laki-laki yang mendekati sempurna ini, selalu di gandrungi kaum hawa di sekolahnya. Siapapun akan meleleh dengan pesona yang ada di dalam diri Nauval, termasuk Nina--gadis yang juga memiliki ketertarikan dengan Nauval, sama seperti perempuan yang lainnya.
"Thanks ya lo selalu bawain gue minum setiap gue latihan basket." Nauval mengusap peluh didahinya seraya meraih botol minuman yang disodorkan Nina kemudian meneguknya hingga tersisa setengah botol.
"Gak ke kantin?" Nauval menoleh sekilas kepada gadis yang duduk di sebelahnya itu.
"Kan udah tadi, beliin lo minum?" Nauval hanya manggut-manggut mendengar jawaban Nina.
"eh Val... gue cariin lo lagi..." Nauval dan Nina menoleh bersamaan, mencari asal suara yang tiba-tiba datang. Ternyata Dera, gadis itu menyunggingkan senyum manisnya mendapati Nauval sedang duduk berdua dengan Nina di tepi lapangan basket outdorr.
"Ada apa Der?"
"Pulang sekolah antar ke mall ya?"
"Tapi... Nina?" Nauval melirik sekilas kepada gadis di sebelahnya.
"Gue bisa pulang sendiri kok." Tungkas Nina dengan senyum yang tersungging di sudut bibirnya, seperti mengerti situasi dan maksud keduanya.
Nina tahu benar kalau Nauval tidak mungkin menolak ajakan Dera, dia juga tidak mungkin melarang Nauval pergi dengan Dera, mengingat bahwa dirinya dengan Nauval memang hanya sebatas teman dekat saja. Sejak SMA, Nina memang selalu pulang pergi ke sekolah bersama Nauval sejak awal mereka masuk di SMA ini. Sebenarnya Nina tidak menuntut itu dari Nauval, tapi jika dia menolak juga percuma, Nauval pasti tetap memaksanya. Namun sejak kehadiran Dera beberapa minggu ini, Nina merasa Dera selalu membatasi kedekatannya dengan Nauval dan selalu berusaha mencuri moment untuk menjauhkannya dari Nauval. Entah hanya feeling Nina saja atau memang kenyataannya begitu.
"Udah bel masuk... gue tunggu di parkiran ya nanti Val, Na... mau bareng gue?" Tawar Dera. Nina pun mengangguk dan berjalan beriringan dengan Dera menuju kelas mereka yang kebetulan satu kelas.
**
"Eh Na... kenalin ini Dera sepupu gue... Der, kenalin ini Nina temen gue..."
Temen?Ulang Nina dalam hati.
Entah mengapa ucapan yang memang benar adanya itu membuat dada Nina sesak. Bagaimana tidak, jika Nauval yang selama satu tahun belakangan ini menjadi orang terdekatnya. Bahkan dengan perhatian dan sikap Nauval yang selalu menggodanya dengan rayuan manis itu membuat Nauval berhasil menempati seluruh ruang hatinya. Tapi pada kenyataannya, pernyataan Nauval barusan berhasil meluruhkan nama Nauval dari hatinya. Apa Nauval melakukan ini kepada semua perempuan? Atau Nina hanya perempuan yang ke-GR-an saja selama ini? Nina tidak bisa menuntut apapun dari Nauval, untuk memperjelas hubungannya sekalipun dengan Nauval. Dia hanya mampu menikmati gejolak yang ada di hatinya, gejolak yang sangat sulit untuk dinikmati tanpa air mata."Nina..." jawab Nina dengan senyum tipisnya--mengulurkan tangannya--menjabat tangan Dera.
"Dera..." balas Dera, yang tersenyum manis kepada Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Setia Tapi Tak Nyata
Roman d'amoursesal yang datang selalu takkan membuatmu kembali maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanya pun kini telah berlalu