Realita baru

326 18 0
                                    

"Yuk, pulang Na..." Ajak Dera yang selesai membereskan buku-bukunya.

"Ng--Gue pulang sendiri aja Der, lo bilang ya sama Nauval kalau hari ini gue nggak bareng sama dia."

"Oh, ya sudah. Gue duluan ya Na, Fel." Dera berlalu.

"Lo yakin mau bertemu dengan Kak Okta Na?"

"Mungkin iya. Udah yuk." Nina berjalan beriringan bersama Felly menuju parkiran. Di sana telah ada laki-laki yang menyandarkan badannya di bibir mobilnya--menanti seorang gadis yang tengah berjalan mendekat kepadanya.

"Gue duluan Na, udah di jemput tuh. Baik-baik ya, jangan lupa bagi cerita nanti di skype." Nina hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu mendekat kepada Okta yang sudah menantinya dari tadi.

"Sorry Kak udah lama nunggu." Ucap Nina lembut sambil menyunggingkan senyum manisnya, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Okta hanya tersenyum, kemudian Okta membuka pintu mobilnya sembari menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Nina masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba Okta membawanya pergi? Padahal sebelumnya, mungkin mengenalnya pun tidak. Okta melajukan mobilnya hati-hati, sesekali dia melirik dengan ekor matanya, kepada gadis yang berada di sampingnya--sedang memperhatikan padatnya lalu lalang kendaraan di jam sekolah seperti ini dari kaca mobilnya. Okta menghentikan mobilnya di sebuah café yang tak jauh dari sekolah mereka. Mereka segera masuk ke dalam café itu dan menghentikan langkahnya di salah satu meja yang berada di sudut padat merayap.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Okta memperlihatkan daftar menu.

"Aku mau milkshake cappuccino aja Kak."

"Ya, sudah itu aja mbak dua ya."

"Baik, saya permisi dulu."

Nina merogoh ponselnya di saku roknya, namun tidak ada pesan apapun dari Nauval. Kenapa dia masih berharap? Nina menarik nafasnya dalam-dalam, menghirup sebanyak-banyaknya udara untuk di tampung oleh paru-paru. Merasa diperhatikan, Nina mendongak dan mendapati Okta tengah menatapnya lembut dengan mengulas senyum yang tersungging di sudut bibirnya. Tingkah yang aneh, gumam Nina dalam hati.

"Hm... sebenarnya kenapa Kak Okta mengajak aku ke sini?" Tanya Nina memecah keheningan.

"Ini pesanannya mas, mbak. Selamat menikmati." Ucap seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka kemudian berlalu. Okta masih bergeming, tidak merespond apapun dari pertanyaan yang di lontarkan oleh Nina barusan.

"Kak..." Nina memanggil Okta untuk meminta jawaban atas pertanyaannya tadi. Okta sedang memikirkan sesuatu, sambil menyeruput milkshake pesanannya, kemudian menghentikan aktivitasnya. Memandang lekat gadis di depannya itu. Tatapan yang aneh, Nina merasa ada sesuatu penting yang akan dikatakan oleh laki-laki di hadapannya itu, wajahnya terlihat sangat serius. Tapi Nina tidak bisa menerawan apapun, dia bukan cenayang.

"Aku tahu kamu sering memperhatikan aku di pojok kantin dulu waktu SMP setiap jam istirahat." Ucapnya tiba-tiba yang membuat Nina membelalak membulatkan matanya. Nina amat sangat terkejut, lebih-lebih dia sangat malu sekali ketahuan seperti ini.

Dia tahu? Kak Okta tahu? Kalau saja dia tahu Okta mengajaknya pergi hanya untuk mengatakan ini, dia pasti akan menolaknya dari tadi. Nina sangat malu sekali.

"Ja--jadi Ka--Kak Okta--?" Ucapnya terbata-bata. Lidahnya terasa kelu. Nina benar-benar tidak menyangka bahwa kebiasaannya yang selalu dia lakukan secara diam-diam ternyata diketahui oleh target. Ingin sekali Nina menutupi wajahnya dengan kantung plastik sekarang juga untuk menyembunyikan malu yang luar biasa seperti ini.

"Ya, aku tahu Nina." Tungkas Okta memotong kalimat Nina. kalimat ini pun sukses membuat Nina membeku juga.

Okta tahu namanya? Sejak kapan? Selama ini tidak pernah Nina berkenalan dengan Okta. Hari apakah ini sehingga berturut-turut memberikan banyak sekali kejutan kepada Nina?

Kau Setia Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang