Flashback

269 19 3
                                    

Flashback on**

Nauval mengacak-acak rambutnya frustasi, dia benar-benar nggak nyangka Nina bakal memutuskan hubungan mereka seperti ini, memang ini salahnya. Tapi kenapa perempuan sulit sekali mendengar terlebih dahulu penjelasan laki-laki? kenapa juga perempuan selalu percaya dengan apa yang di lihatnya walaupun ketika mata mereka melihat, apa yang mereka pikirkan itu belum tentu benar? Nauval masih membeku di tempatnya, meski gadisnya sudah sejak beberapa menit yang lalu menghilang dari pandangannya.

"Val, gue minta maaf."

"Bukan salah lo, dia udah pergi."

Jawab Nauval yang masih berdiri memunggunggi Fara. Gadis itu tampak menyesal membuat hubungan laki-laki yang dia sayang hancur karena dirinya.

Bagaimanapun, jika ia berada di posisi Nina, pastinya dia juga akan melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan Nina. Namun kalaupun dia mengetahui hal yang sebenarnya terjadi Fara juga akan menyesal karena terlalu bertindak gegabah dan langsung memutuskan hubungannya begitu saja tanpa tahu hal yang sebenarnya terjadi.

"Gue bakal bantu lo buat dia bisa balik lagi ke lo."

Nauval memutar badannya menghadap Fara yang berdiri di belakangnya, ternyata perempuan itu sudah banjir air mata. Walaupun awal dari kedatangannya ke tampat ini menemui Nauval untuk mengharapkan laki-laki itu kembali ke pelukannya, tetapi kini Fara sadar, bahwa Nauval berhak mendapatkan cinta dari seseorang yang ia sangat cintai, bukan dirinya yang telah menyia-nyiakannya.

"Nggak perlu Ra." Nauval menggenggam tangan Farad an menatap matanya dalam-dalam. "Gue Cuma minta sama lo, berhenti berharap sama gue. Berhenti cinta sama gue, lo yang membuat gue jatuh cinta sama Nina dan gue berharap lo bisa terima itu. Jangan pernah jauhin gue dari perempuan yang gue cintai. Lo ngerti kan maksud gue? Karena gue juga nggak mau nyakitin hati lo, jangan siksa hati lo buat gue, cukup gue yang sakit hati karena kesalahan lo ninggalin gue gitu aja waktu dulu, tolong berhenti.

Fara langsung mendekap tubuh Nauval, memeluknya erat-erat. Mungkin berat, namun dia haru bisa. Ini salahnya dan kali ini adalah cara untuk menebus kesalahannya waktu itu. Kalau saja dia tidak meninggalkan Nauval untuk pindah ke Australia tanpa memberikannya penjelasan apapun, mungkin hal seperti sekarang ini tidak akan pernah terjadi.

"Maafin gue Val, maafin gue."

"Berhenti minta maaf Ra, semua sudah terjadi." Nauval melepaskan pelukan Fara, lalu menghapus butiran bening yang sudah membanjiri pipi Fara. "Cukup ya, nggak usah nangis lagi. Gue juga minta maaf, gue harus menemui Nina." Nauval mengecup kening Fara, mungkin ini hal istimewa Nauval kepada Fara akan menjadi hal terakhir yang diberikannya.

"Gue harus pergi."

Nauval segera menuju parkiran, masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan area café itu. Pikirannya selalu di penuhi oleh gadis yang sangat ia cintai. Bagaimanapun caranya, Nina harus mendengar penjelasan darinya, dia benar-benar nggak mau hubungannya berakhir begitu saja, semuanya harus selesai dengan happy ending. Nauval melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, segara perasaan gelisah membelenggu hati dan pikirannya, dia tidak tahu bagaimana keadaan Nina sekarang, apa gadisya masih menangis? Mungkin saja, yang paling Nauval khawatirkan jika sindrom aneh Nina kambuh.

Sesekali Nauval mengetuk-ngetuk setir ketika penjalanannya di perhadapkan dengan lampu merah, jarak antara café dengan rumah Nina sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi entah kenapa kali ini perjalanannya terasa lama sekali.

"Please Na, tungguin gue. Jangan nangis terus."

Nauval semakin panik, ketika dia berusaha menghubungi gadis itu namun hanya suara operator yang menjawab dan mengatakan bahwa nomor Nina tidak aktif. Nauval mengacak-ngacak rambutnya frustasi, benar-benar membuatnya tidak tenang, dia tidak mau sesuatu terjadi dengan gadinya itu.

Ttiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt!!!


Brrraaaaakkkk!!!

Nauval membanting setir ke kiri menghindari truk yang melaju kencang kearaahnya namun dia tidak bisa menghindari pohon besar yang berada di pinggir jalan, kepalanya terbentur setir dan kaca depan mobilnya pecah sehingga ada beberapa serpihan kaca itu tertanjap manis di kepala Nauval. Darah segar mengalir di dari beberapa bagian kepalanya, hingga pandangan matanya mulai kabur dan perlahan kesadarannya mulai menghilang. Beberapa orang yang melihat itu langsung mengeluarkan tubuh Nauval dari dalam mobil, sebagian menelfon ambulance.

Flashback off**

*******

wakkaaaa... maaf dikit doang.
jangan lupakan jejak penghargaan kalian ya.. muach :*

Kau Setia Tapi Tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang