Mataku menangkap jelas keluguan mereka yang mencipta kegembiraan bagi diriku. Mereka sekumpulan kanak yang selalu punya rasa kuriositas tinggi. Sekumpulan kanak yang penuh imaji dalam dunia fantasi dan selalu ingin menjadikannya perspektif nyata. Fantasi mereka ialah perihal suatu objek remeh namun krusial. Sungguh, pemikiran mereka kritis. Mereka anak-anak yang punya semangat membara untuk belajar. Tak kenal letih meski harus tertatih. Tak kenal waktu untuk terus menuntut ilmu.
Hari minggu adalah saat dimana seharusnya orang-orang pada umumnya berekreasi. Beristirahat sejenak dari segala kepenatan yang telah disuguhkan terus-menerus. Namun, kiranya lain untuk mereka. Hari minggu adalah saat bagi mereka memuaskan diri akan hausnya menambah wawasan pengetahuan. Sungguh, aku heran sekaligus kagum. Aku yang biasanya hanya bisa bermalas-malasan saat hari minggu. Mengeluh sedemikian rupa karena tugas yang luar biasa banyaknya. Lain halnya dengan mereka yang tetap ceria ketika harus bangun pagi-pagi dan berjalan beberapa meter untuk belajar. Mendatangkan malu akan diriku yang kurang bersyukur akan apa yang sudah aku miliki. Membuatku ingat pentingnya bersyukur perihal segala yang telah ada di sekitarku. Sudahkah kamu bersyukur hari ini?
Mereka merupakan anak-anak yang memiliki berbagai persoalannya masing-masing. Dari yang bisa bersekolah seadanya sampai yang tidak dibolehkan bersekolah oleh orangtuanya. Bahkan, satu atau dua dari mereka disuruh membantu orangtuanya bekerja mencari uang. Dari sisi psikologisnya, ada yang berkepribadian normal, sampai yang punya kelebihan khusus dibanding dengan anak pada umumnya. Sungguh, tekad juang mereka sangat luar biasa. Pada faktanya, mereka adalah anak-anak yang cerdas. Hanya saja, mungkin beberapa faktor yang kurang mendukung untuk mereka berkembang dan membuka jendela dunia lebih lebar lagi. Setajam-tajamnya pisau akan tumpul bila tidak pernah diasah, bukan? Mungkin, begitulah kiranya sekilas penggambarannya.
Lantas bila begini, siapa yang seharusnya disalahkan? Katanya, sekolah gratis? Bukankah pendidikan itu amat perlu? Hak yang seharusnya dimiliki setiap warga negara. Dari rakyat sampai pejabat. Dari melarat sampai kolongmerat. Semestinya, mereka bisa mengenyam pendidikan dengan baik.
Alangkah sayang jika tak ada yang mau berbagi kepada mereka. Mengajarkan abc sampai bisa membaca adalah suatu kebanggaan tersendiri. Mengajarkan menulis sampai mereka bisa bercerita merupakan suatu kepuasan tersendiri. Biar tak seberapa, semoga dapat menjadi amal jariyah untuk kita. Insyaallah. Bahagianya, kita masih punya rasa peduli terhadap sesama. Mari berderma terhadap sesama. Tindakan kecil untuk perubahan-perubahan yang lebih baik. Kalau bukan kita yang peduli terhadap mereka? Siapa lagi?
Bulu. 2016
