Angan

1.3K 27 0
                                    

Mencintaimu bak menyulut nestapa tak mau sirna. Mengingatmu sama halnya mencipta mega mendung tak berujung. Memicu gerimis datang tak diundang. Membuncahkan gelebah, kian parah.

Rasanya hatiku masih mau mencecap manis pahitnya romansa. Lain dengan akalku yang menolak keras keberadaan segala rasa yang dulu pernah ada. Pun aku, dia, dan mereka tau bahwasanya melupakan tak semudah membalikkan telapak tangan. Apakah melupakan berarti melepaskan? Entah, boleh jadi semacam itu. Lantas, mengapa aku masih digelayuti keraguan? Bahkan pada nyatanya, tak ada lagi yang perlu dipertaruhkan. Tak ada lagi yang perlu diperjuangkan. Pun tak ada lagi yang perlu dipertahankan.

Menanti datangnya mentari menyembul menyingkirkan mega mendung. Menyinari dengan segala kehangatannya yang menenangkan. Ah, enyahlah nestapa. Maunya hatiku sembuh dari luka. Merasakan segala riuh asmara yang meletup-letup dalam dada. Hanya gembira. Adalah kita yang amat lewat gembira. Namun baiknya, jangan lupakan segala sakit dan perihnya. Yang pernah dewasakan masing-masing dari kita. Sungguh. Inginku berakhir dengan gembira. Menjadikanmu sebagai dermaga terakhir cintaku yang selalu jadi anganku. Mewujudkan perspektif nyata tanpa memeluk ragu yang sempat mengganggu.

Ruang AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang