Adam dan Hawa

1.2K 17 3
                                    

Duhai anak cucu Adam yang mencintai. Janganlah gentar jadi batas mengekspresikan perasaan yang ada. Janganlah segan jadi risau yang mengacapkan dalam sanubari. Maumu kapan lagi? Bila ada suatu afeksi. Tak usah gentar pun tak usah segan, habisi saja. Kalau-kalau tak lekas, mana tahu ada yang mendahului. Bukankah hukum rimba masih berlaku hingga kini? Siapa cepat dia yang dapat. Besarkan nyali, kau perlu berani.

Duhai Hawa tulang rusuk Adam yang dicintai. Janganlah kau biarkan prestise tumbuh dan membelenggumu erat sekali. Janganlah kau biarkan ragu menggelayuti dan mendekapmu lama lagi. Maumu kapan lagi? Bila kau pun rasakan suatu afeksi. Tak usah ada prestise pun tak usah ragu. Kalau-kalau terus kau tutupi, mana tahu sesal itu datang lagi. Bukankah penyesalan itu letaknya selalu di baris paling akhir?

Duhai dua insan yang saling mencintai. Ketahuilah bahwasanya mempertahankan keselarasan yang ada, lebih pelik daripada menciptakan dan mengakhirinya. Memang. Awalnya begitu manis dicecap. Sungguh. Lambat laun kalian harus bersiap diri mencecap pahit pun jua asamnya segala rupa. Bukankah hidup ialah perjalanan antara air mata dan gelak tawa? Hidup tak cuma tentang bahagia saja. Pun hidup tak cuma tentang sedu sedan saja. Keduanya beriringan dan saling menggenapi.

Sabtu malam, di bulan Februari.

Ruang AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang