Lovable

95 3 0
                                    

Pernah mencintai seseorang secara diam-diam? Apa kau tidak berani mengatakan perasaanmu kepadanya? Sampai kapan kau mau melakukan itu? kau butuh bantuan? Jika iya, maka datanglah pada kami. Kami adalah sekumpulan muda-mudi yang dapat membantumu mengeluarkan gejolak mendesak dalam hatimu itu. kami bisa menyatukan siapa saja. Dari engkau dan dia, menjadi kalian. Ya, kami bisa menuntunmu kepada kisah cinta yang selama ini engkau angan-angankan.

Tertanda,

Lovable

Poster tersebut terpampang di balik kaca mading sekolah. Seorang siswi tengah menggeleng kepala setelah membacanya. Dia yakin itu hanya bohong belaka. Lagi pula ini sekolah, ini tempat menimba ilmu, bukan tempat mencari pasangan. Untuk apa seseorang membuat poster seperti itu? Menyediakan jasa mak comblang? Jangan bercanda!

Gadis bertopi itu terkekeh ditahan. Tangannya menutup mulut seketika saat ada siswi lain mendekat. Sejenak gadis itu melirik siswi yang baru datang tersebut, dia menelusuri pandangan si siswi, tatapan mata siswi itu jatuh pada poster menjijikkan tadi, poster makcomblang.

Dia kembali terkekeh. "Kau percaya dengan poster itu?" tanyanya kemudian, tak tahan ingin mengolok siswi tersebut karena pandangan matanya sama sekali tak berkedip.

"Memangnya kamu tidak tahu?" balas si siswi dengan suara riang. Dia menoleh ke gadis bertopi  itu seraya matanya berkilat semangat. "Mereka itu seperti malaikat pemanah cinta. Mereka hebat."

Si gadis yang mendengar kalimat tersebut keluar dari siswi di hadapannya langsung nyengir, jijik! Namun ia tutupi. "Benarkah?"

"Ya. Lovable pernah menyatukan Pak Haris, tukang kebun sekolah, dengan Bu Indira, Wali kelas galak anak kelas dua. Mereka itu kan jauh sekali perbedaan sosialnya, tapi mereka bisa bersatu. Hebatkan?" si siswi lebih antusias lagi untuk menceritakan yang lain. "Mereka juga berhasil menyatukan dua hati yang saling bertolak belakang, awalnya saling membenci namun akhirnya bisa bersatu. Itu dialami temanku sendiri, aku sungguh tidak percaya itu semua, tapi itu nyata. Mereka benar-benar keajaiban."

Mata gadis bertopi yang awalnya dipenuhi keraguan dan sorot mata merendahkan mulai tertarik. "Kau tidak bohong kan?" tanyanya. Pertanyaan yang sedetik kemudian dia sumpah serapahi.

"Aku tidak mungkin bohong. Temui mereka di kelas XIA, kalau kau ingin dicomblangin sama mereka." siswi itu tersenyum lebar. Sepertinya dia sangat senang karena telah memberikan informassi bagus bagi yang membutuhkan.

"Lalu kau sendiri, sudah pernah dibantu oleh mereka?"

Si siswi berambut pirang panjang itu tiba-tiba cemberut. Dia menggeleng pelan.

"Kenapa? Kau belum membuktikannya sendiri, kan?" kini sorot mata gadis itu berubah kembali, sorot mata kemenangan. "Bagaimana kau bisa yakin mereka itu 'Keajaiban'?" dalam hati gadis itu saat mengucap kata keajaiban, berlagak muntah.

"Karena aku menyukai salah satu dari tiga member Lovable, mereka punya aturan tidak boleh jatuh cinta pada murid manapun. Mereka memegang teguh aturan itu. kalau mereka jatuh cinta, pekerjaan mereka bisa terhalangi." Siswi itu mulai menunduk dalam. Dari suaranya, si gadis tahu, siswi pirang tersebut menahan airmata.

Baiklah saatnya pergi dari sini. Pikir si gadis bertopi.

"Aku turut sedih, tapi kalau aku jadi kau, coba saja kejar dia. Kamu belum tahu kan apa dia menerimamu atau tidak," ucap si gadis itu. "Ya sudah, terimakasih sudah memberitahuku mengenai mereka, aku mau ke kelas dulu."

Kemudian si gadis dan siswi pirang itu berpisah.

@@@

"Bagaimana, Len? Udah dapat seseorang yang bisa ngebantu kita?" tanya gadis berambut keriting panjang dan bermuka manis itu kepada gadis berpakaian mirip laki-laki yang wajahnya tertutup topi.

Topi yang dia kenakan ia buka. ternyata di balik topi tersebut tersembunyi rambut keriting gandul yang sama seperti lawan bicaranya. "Entahlah, di mading ada poster menggelikan, aku tak percaya. Biasanya kata-kata cantik dalam poster hanyalah bualan." Sembari duduk di atas meja. Lenia namanya, gadis yang lebih mudah berinteraksi dengan laki-laki dibanding perempuan ini mendesah. Dia merasa menyerah.

"Tapi kita coba saja dulu Len, siapa tahu mereka bisa membantu kita." Gadis berkulit putih mulus itu merujuk. Dia juga sama lelahnya, rambut keritingnya lama-lama bisa jadi kribo kalau seperti ini terus menerus. Tetapi mau dikata apa, kini mereka berdua butuh bantuan seseorang untuk membuat satu sahabatnya jatuh cinta.

"Renia, kembaranku yang cantik dan mempesona, kenapa kita tidak menyerah saja. Dia-nya saja tak mau jatuh cinta. Kalau begitu kita tidak usah terlalu memikirkan dia." Lenia mengibaskan rambutnya seperti di iklan shampo. Seharian memakai topi membuatnya gerah. "Ah, ruang kelas memang paling nyaman."

"Len!" Renia langsung mencengkram bahu adik kembarnya. Lenia mengerjap kaget. "Denger ya, kamu nggak inget apa yang dokter katakan waktu itu?"

"Tapi kan, Ren," sergah Lenia.

"Diam!" Renia membentak. Dia menengok sedikit ke arah bangku paling depan di pojok sana, sebelum membisikan kembali kata-kata dokter waktu itu, agar adiknya tidak menyerah. "Dia tidak punya banyak waktu, setidaknya beri dia memori terindah sebelum pergi dari dunia ini. Apa kamu tidak merasa kasihan, setiap hari bergelut dengan buku dan pelajaran, dia bakal berpulang dalam keadaan tidak bahagia, dia harus tahu soal cinta, Len."

Lenia mendesah setelah mendengar suara lembut itu menusuk telinga. "Baiklah, bodohnya kita karena tak pernah pacaran sebelumnya, tapi mencoba membuat dia jatuh cinta. Oke, sekarang aku mengerti maksudmu, kenapa kau terus mencari seseorang yang bisa melakukannya."

Senyum merekah di wajah Renia. "Bagus, itu baru adikku!" pekiknya senang.

"Cih, dilihat dari mana pun kau dan aku memang adik-kakak."

"Hehe, bener juga sih." Renia langsung mengacak rambut Lenia.

Lenia juga ingin mengacak rambut Renia, tetapi Renia keburu menodongkan tangan di depan muka Lenia. "Jangan lakukan itu, Dik. Rambut kakakmu bisa sangat kacau," cegahnya.

"Ih, sungguh beruntung, KAKAK-ku. Adikmu ini tidak terlalu peduli penampilan. Kamu bisa mengacak rambutnya kapan saja. Huh!" pipi Lenia mengembung, mulutnya mengerucut.

Renia tertawa, kemudian mengacak lagi rambut Lenia.

----

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang