VIII

76 0 0
                                    


"Kau siap buat jalankan rencana pertama, Kenan?" Reksa bertanya sembari mengulum senyum.

Di hadapan cermin toilet, Kenan sedang bersiap. Dia merapikan kemeja berlengan panjang warna biru muda yang bembalut tubuh kekarnya, kemaja itu nampak pas dan macho karena menampilkan lekuk otot dada serta lengan Kenan. Pemuda itu kini mengancingkan bagian pergelangan tangan, rambutnya sedang disisir seadanya oleh Reksa dari belakang.

"Udahlah Sa, nggak usah terlalu klimis," keluh Kenan pada Reksa.

"Ehh, ini bukan klimis, Bro. Tapi kekinian. Sisir ke belakang sedikit biar rambutnya pas kering menjulang ke atas. Apalagi pelet di atas jambangmu ini, buat kau tambah macho."

"Ternyata Reksa bakat jadi mas-mas salon, ya," cibir Kenan membalas. Menata rambut sebenarnya bukan hal yang selalu dia dambakan, bahkan Kenan tidak berpikir pernah menyisir rambut sebelum ini. Kenan lebih suka menatanya dengan tangan sekadarnya.

"Hus, keahliannya boleh diturunin ke aku, tapi sifat mas-mas salon jangan turunin ke aku juga lho." Reksa kemudian mendengus dan tersenyum lebar saat sudah siap. Mulut Reksa membuka lebar ketika dipandanginya tubuh maskulin Kenan dalam cermin. "Hmm," Reksa menggosok janggutny yang tidak berbulu. "kayaknya lebih keren kalau kancing bagian dada dibuka deh, Nan."

"Kau gila?!" Kenan langsung membalik badan, melangkah menjauh sedikit dari Reksa sambil tangannya mematri kerah kemejanya sendiri. "Ini sekolah, masa aku harus jalan-jalan sambil pamer dada sih?"

"Yeee, katanya mau jadi binaragawan. Tahu kan kalau atlet satu itu pas tampil cuma pakai apa?" Reksa menusuk Kenan dengan argumennya.

"Tapi nggak di sekolah juga, Bro!"

"Tapi kalau dibuka... wuih, aku yakin seribu persen, anak-anak gadis di sekolah ini bakal langsung lumer di tempat. Aku yakin banget!"

Kenan semakin melangkah mundur, sampai punggungnya menempel pada dinding. "Nggak-nggak, aku nggak mau!"

Reksa kemudian menggumam. Bagaimana ya caranya supaya kenan mau melepas kancing bagian atasnya? Pikir Reksa dalam hati. pemuda itu memantau tubuh pemuda kekar yang tersudut di pojok ruang toilet itu sekali lagi. Sekarang sih oke juga penampilannya, tapi agak kram maching sama badannya yang kekar kalau tidak dibuka itu kancing. Akhirnya Reksa memilih berlagak memandang langi sambil kembali mengusap janggut.

"Emang kamu nggak mau, Renia langsung meleleh pas lihat dada berotot itu?" celetuk Reksa akhirnya. Suaranya pelan tetapi terdengar sangat meyakinkan. Dan kalimat itu sukses mengintimidasi kenan. Buktinya sekarang pemuda itu terbengong, sambil-oke dia pasti lagi mikirin fantasi agak jorok sekarang ini.

"Nggak mau ya?" sentak reksa lagi, menyadarkan Kenan dari lamunan fantasi indah itu.

"Mau lah. Aku mau, Sa."

Reksa tersenyum. Segampang ini kah? "Ya udah, buka dua kancing paling atas," perintah Reksa.

Buru-buru Kenan meyambar kancing paling atas lalu melepasnya. Kini, hmm, tubuhnya yang kekar semakin terlihat karena dada itu berkibar di dalam kemeja sana.

Reksa mengacungkan dua jempolnya, kemudian menyeloroh, "Wow, kalau aku ini cewek, pasti aku langsung pingsan sekarang. Pengen banget meluk kamu, Nan."

Kenan yang mendengar kata-kata mengelikan itu dari sahabatnya sendiri cuma bisa meringis dan menggeliat jijik. "Bahaya aku lama-lama di sini. Awas, aku mau chau dulu." Kenan mendesak keluar sambil mendorong tubuh Reksa menjauh dari pintu di belakangnya. Pintu pun terbuka dan Kenan melangkah semakin jauh tanpa mau repot menoleh ke kanan-kiri.

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang