IX

13 0 0
                                    


"Step one, succes!" sorakan pun terdengar membahana di ruang kelas XI. Semua murid di sana melakukan tos.

Fardian yang duduk di panggung kecil itu menjulingkan senyum. Matanya melirik ke Kenan yang kelihatan sangat gembira. Inilah pertama kalinya Fardian juga merasa telah melakukan hal yang semestinya dia lakukan.

"Dua hari lagi, semuanya stanby di lokasi. Aku tidak mau ada yang terlambat. Mengerti?" Fardain menyentak mereka, semua bersorak kembali.

Fardian berniat membubarkan semua teman-temannya, nemun seorang dari mereka nampaknya terlalu pernasaran. Dia lantas mengangkat tangan. "Far, sori nih. Aku mau nanya." Klaimat itu disambut keheningan semua murid. "Kenapa harus triple date? Kenapa nggak berdua saja kamu sama Aina?"

Semuanya mengangguk. Ternyata mereka punya pertanyaan yang sama, yang sedari tadi mengusik pikiran mereka.

"Oke, jadi," Fardian berdehem sebelum menjelaskan. "itu semua memang sengaja. Pertama karena mengajak Aina berduaan itu cukup sulit, aku yakin. Kedua, karena salah satu teman kita sedang jatuh hati," Fardian berdehem lagi sembari matanya melirik jahil ke Kenan. "Katiga karena dalam rencana nanti, kita butuh bantuan si kembar Renia-Lenia."

Semuanya kembali manggut-manggut. Memang tidak biasanya Fardian menyembunyikan strateginya dari anak-anak yang lain. Tetapi karena alasan tertentu, Fardian memilih merahasiakan strategi yang satu ini. Anak-anak hanya mendapat perintah untuk mengawasi jalannya misi nanti. Mereka hanya mendapat mandat untuk berjaga di lokasi dan menunggu kabar selanjutnya dari Fardian.

____

Sabtu pagi di kota Jakarta. Ketiga pemuda telah siap dengan pakaian andalan mereka. Kenan yang paling memesona, paling wangi, dan tentu saja paling antusias. Sudah tiga puluh menit menunggu, Kenan masih kuat berdiri. Sedangkan kedua teman yang lain sudah duduk-duduk di bangku dekat pintu masuk taman hiburan Dufan.

Sepuluh menit berlalu, terlihat tiga gadis berjalan mendekati Kenan. Senyum terkesima nampak di muka Renia. Kenan juga. Mereka saling sapa sambil malu-malu. Kenan pun menyapa dua gadis lainnya.

Fardian dan Reksa tiba-tiba sudah ada di sisi kenan, entah sejak kapan. Mereka ikut memberi salam.

Sejenak, pandangan Reksa ke gadis keriting bertopi dengan jaket yang lengannya terikat di pinggang itu sama sekali tidak berkedip. Gadis berwajah manis itu hanya tersenyum datar. Matanya memicing kala mendapati dirinya diperhatikan.

"Kenapa?" tanya Lenia kepada Reksa.

Pemuda berkulit agak gelap itu hanya menggeleng sambil menggaruk belakang telinga. Lalu tersenyum tipis. Lenia kemudian mengangkat bahu. "Ya sudah, masuk yuk," ajak Reksa.

Sebelum mereka masuk, tepat di detik Reksa memandang Lenia dengan pandangan-ya begitu. Fardian juga sedang memandangi Aina. Gadis bertubuh kecil dan bertinggi sepantaran dadanya ini memakai sweater merah, nampak kebesaran, jemarinya tertutup kain ujung lengan. Rok pendek yang dipakainya selutut itu cukup berbahaya. Untung cuaca cuma mendung, jadi angin tidak sedang nakal-nakalnya.

Fardian menggeser bola mata ke atas. Melihat raut muka Aina. Masih sama. Datar seperti biasa. Jika boleh jujur, Fardian punya pikiran, hanya Renia yang niat berkencan, dua gadis lainnya memakai setelan rumah tanpa make up tipis memoles wajah mereka. Yah, sudahlah.

Kemudian mereka berenam masuk ke Dufan. Menyerahkan tiket atau kupon masing-masing lalu mendapat cap lambang khas taman hiburan ini pada lengan mereka.

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang