III

29 0 0
                                    


Dua gadis yang tadi membuka pintu, duduk di bangku yang telah dirapatkan, menatap ketiga cowok yang duduk di hadapan. Renia, saat pertama melihat ketiga laki-laki itu, matanya langsung terpaku pada sosok kekar Kenan, apalagi saat Kenan berjalan sebelum akhirnya duduk, dadanya bergerak-gerak membuat jantung Reina terguncang.

Gadis pemilik rambut keriting gandul nan panjang ini mengelus rambut dari atas ke bawah, mencoba merapikannya. Renia meneguk ludah dan berhenti menyisir rambut setiap kali matanya tertuju ke dada Kenan. "H-hai," sapa Reina terbata.

Ah, bagi Kenan itu sudah jelas terbaca. Naluri jahil laki-lakinya pun mulai bergaya. Dia sengaja menaik-turunkan dadanya tanpa menggerakkan tubuh. Menggoda Reina sampai dia meneguk ludahnya sekali lagi.

"Ren," sungut Lenia seketika sembari menyikut perut kembarannya. "Fokus Renia, fokus!"

"Hahaha, biarkan saja dia memandangi dadaku yang memang sekseh ini." Kenan sambil memainkan dadanya lagi. Tapi kelakuannya tak lama kemudian mendapat tatapan membunuh Fardian dan Reksa. Terpaksa pemuda itu berhenti melakukannya.

"Ehem, langsung saja. Ada yang bisa kami bantu?" kata Reksa dan Fardian nyaris berbarengan.

Karena Reina memerah wajahnya, setengah malu dan tersipu, di tidak bisa diandalkan untuk sekarang ini. jika dia bicara, yang keluar mungkin seperti radio kekurangan sinyal, patah-patah. Leina lah yang mengambil alih semuanya. Dia mendengus sebal sejenak sebelum berkata, "Kami mau minta tolong." Sambil matanya memindai pandang ke seluruh ruang kelas.

Anak-anak lain di kelas ini sedang berdiri di belakang ketiga cowok itu, bersedekap dan mengangguk-anggukkan kepala sok gaya. Mereka layaknya gerombolan geng sedang menginterogasi salah satu anggota geng musuh, persis gayanya seperti itu, tapi karena Leina adalah cewek hebat, pandangannya sama sekali tidak mau kalah.

"Aku minta tolong sama kalian bertiga, untuk membuat sahabat kami jatuh cinta." Leina memandang ke belakang, ke arah pintu sebelum menambahkan, "ngomong-ngomong kenapa pintu ditutup ya?"

Fardian tidak menjawab, Reksa lah yang menjawab. "Untuk menjaga privasi. Kedua, kalian datang pas jam pelajaran, kalau ada guru lihat bagaimana?" Dia pun menggeleng, menunjukkan keherenannya kepada kedua gadis ini, berani sekali mereka membolos demi berkunjung ke markas Lovable. Pikirnya.

"Oke, siapa sahabat kalian itu, dan siapa yang jadi targetnya? Maksud kami, siapa orang yang disukai sama sahabat kamu itu?" Reksa mengetuk-ketuk jarinya ke meja pelan, menunggu. Ini dia keahliannya, dia akan mencerna semua informasi awal dari klien, kemudian menemukan cara atau celah di mana klien dan target bisa dipersatukan.

Tetapi Lenia cuma menggeleng. Itu membuat Reksa dan Fardian mengernyit dahi.

"Maksudmu?"

"Ya maksudku, sahabatku itu tidak punya orang yang disukai, jadi kita tidak punya target."

"Ha?!" malah bocah-bocah di belakang ketiga cowok itu terpekik sendiri, padahal ketiga cowok itu saja diam. Setelah dapat tatapan horor dari Reksa dan Fardian, mereka menangkup mulut dengan tangan masing-masing. Hening kembali.

"Jadi kami harus apa?" kini giliran Fardian yang bicara.

"Aku mau kalian buat sahabatku jatuh cinta, cari siapa saja yang bisa melakukannya, tapi ingat, orang tersebut tidak boleh jatuh cinta sama sahabatku."

"Jadi maksudmu, kita cuma harus membuat sahabatmu itu jatuh cinta. Hanya itu tok?" Reksa memajukan kepalanya, menekan kata 'Tok'.

Lenia mengangguk. "Apa kalian bisa?"

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang