VII

25 1 0
                                    



Anak-anak berkumpul di rumah Kenan, berpuluh botol minuman kopi kaleng setengah kosong berserakan di lantai ruang tamu. Rencana telah dibuat. Ya, siang itu juga semuanya bolos sekolah, sempat diberhentikan satpam dan guru, namun karena mereka diizinkan Bu Sofi, mereka pun lolos dan berada di sini sekarang.

"Jadi selama ini tahap pendekatan yang kita lakukan berhasil?" celetuk seorang kawan yang setelah itu menyesap kopi kalengnya.

"Yap, meskipun kelihatan gagal tetapi sebenarnya berhasil. Aina udah kenal sama kalian kan sekarang? Jadi mudah buat dekati dia sekarang ini, pura-pura ajak ngobrol aja." Reksa mendesah kecut. Pasalnya cuma dia-dan Fardian-yang belum melakukan tahap pendekatan. Tetapi sudah menangis semenggila itu, hanya karena mendengar percakapan Kenan ketika menjalankan misi.

Lantaran diskusi strategi telah usai, banyak di antara anak-anak yang melengos ke kamar Kenan dan memainkan Playstation pemuda kekar itu, ada beberapa yang mendesak masuk ke taman belakang-yang banyak terdapat bunga dan kursi gantung-untuk leyeh-leyeh sebentar. Yang lainnya, sibuk menggoda perempuan manis berseragam imut (Maid). Tentu saja mereka tidak menggoda yang tua, tetapi yang masih dua puluhan umurnya, dan mereka juga tidak terlalu memainkan perasaan si Maid. Mereka kan sudah tahu batasan perlakuan buat perempuan.

Beralih ke ruang tengah lagi, di sana hanya ada Kenan, Reksa, Fardian, dan Reza. Keempatnya duduk melingkar dengan bahu kembali menegang. Apa yang mau dibicarakan sama Fardian? Kenapa tiba-tiba dia menyuruh kita duduk melingkar di tengah suasana serius mengerikan ini? Kenan punya firasat buruk akan hal ini.

Reksa dan Reza juga sama, mereka nyaris bertanya saat Fardian tiba-tiba lebih dulu menyela dan berkata, "Sepertinya peraturan pertama Lovable bakal aku hapus." Keheningan pun menyapa. Semua melongo bingung karena ini hal yang sangat mengejutkan. Tetapi Fardian tidak menangkap kilatan ekspresi yang sama seperti Reksa dan Reza di mata kenan, Fardian melihat kilatan sumringah di sana. Kemudian Fardian hanya mendengus dan tersenyum tipis.

"Alasannya adalah, ada salah satu di antara kita yang jatuh hati dengan seorang perempuan." Fardian mengedikkan bahunya. "Dan aku nggak mungkin melarang 'mereka' menjalin hubungan itu. Toh, sudah waktunya kita selesaikan misi Lovable, sebentar lagi kita kelas XII."

Reksa mengangguk, Reza terdiam-dia tidak ada sangkut pautnya dengan peraturan pertama, karena peraturan itu hanya diperuntukkan bagi Reksa, Kenan, dan Fardian. Sedangkan laki-laki kekar yang bercita-cita jadi binaragawan itu, sedang menahan senyum senang sembari hatinya meneriakkan, "Yes, Anjeeeng! Akhirnya, aku bisa jalin hubungan sama-"

"Bener nggak, Kenan?" Fardian bertanya sebelum Kenan sempat meneriakan nama calon pacarnya.

Reksa dan Reza memandangi Kenan serius. Mata keduanya seperti mengintimidasi. Seakan empat bola mata itu mananyainya 'siapa perempuan itu, Kenan?' dengan sangat mendesak. Kenan yang tidak sadar pemikirannya salah ternyata menyeletuk, "Ah, kalian tahu lah siapa orangnya." Sambil meringis menutupi senyum, menahan pipinya biar nampak tidak terlalu merah.

"Loh kok nggak nyambung sih, Bro?" Reza sudah cekikikan sambil menepuk punggung Kenan yang kini melongo semakin bingung. Yang nggak nyambung apa? Itu pikir Kenan.

"Halo...," Reksa berucap sambil mengipas tangan di depan muka Kenan. "Masih di sini kan ya? Apa belum balik Kenannya?"

Fardian menahan tawa yang akan menyembur dari mulutnya.

"Apaan sih?" Kenan menampik tangan Reksa pelan. "Ku kira kalian nanya aku soal gadis itu."

Yap semakin tidak nyambung. Kecuali Fardian, dia tahu sekarang Kenan sedang membicarakan siapa dan arahnya ke mana. Tetapi tidak bagi Reksa dan Reza. Kedua pemuda itu malah geleng-geleng sedikit frustasi.

"Ya sudah, kalau sudah begini, kita jujur-jujuran saja, bagaimana?" usul Fardian. Tatapan matanya hanya tertuju ke arah Kenan. Baru saat itu kedua pemuda yang tadi kebingungan akhirnya mengerti semuanya.

"Ooo, jadi Kenan... hmm," Reksa dan Reza serempak menggodanya. Menahan tawa dan saling menggeser pantat menjauhi Kenan lalu saling berbisik.

"Iya, Iya." Kenan sudah kepayahan. Sudah terlanjur jadi bubur ini. "Iya, aku seneng karena peraturan pertama dihilangkan. Tapi sungguh loh, aku belum ada hubungan apa-apa sama dia, aku tak mengkhianati Lovable, jangan kalian pikir aku-"

"Kita tahu kok," Fardian menyambar sebelum Kenan berkata lebih jujur lagi. "Loyallitasmu ke Lovable sangat besar, sampai perasaanmu kamu korbankan. Aku tahu, kalian berdua sudah punya komitmen, bakal menjalin hubungan di kelas tiga nanti. Makannya aku nggak mau terlalu mengekang kamu, di kelas tiga, hubungan cinta bakal rumit. Kamu harus memilih nantinya, antara kertas soal dan pacar."

Kenan membuka mulutnya lebar, menganga. "Dari mana kamu tahu, Far?"

"Aku kan, punya banyak mata-mata," Fardian menjawab singkat.


Lalu mereka bercerita tentang bidadari yang beruntung itu. Bidadari yang mampu menaklukan hati kecil pemuda bercangkang kekar ini.

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang